Tugas review materi perkuliahan
Pinder Ch. 2
The Development of Work Motivation Theory
Tujuan Chapter:
Chapter ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca dan praktisi tentang bagaimana sebuah teori motivasi kerja dikembangkan, dan dapat dimanfaatkan oleh praktisi untuk diaplikasikan dalam lingkup organisasional
Pembahasan dalam chapter ini berpusat pada diagram diatas. Diagram diatas menggambarkan bagaimana sebuah teori bisa berkembang, mulai dari tahap perumusan hingga tahap penggunaan secara praktikal.
Kenapa Membuat Teori
Meskipun kata teori sering dipandang “kotor” oleh praktisi dan mahasiswa, namun sejatinya seluruh tindakan dalam motivasi kerja didasarkan atau berdasar pada sebuah teori.
Skema pengembangan teori memberikan gambaran, bahwa teori sendiri berasal dari “sesuatu yang di observasi”. Artinya, teori adalah “usaha” untuk memahami, dan membuat penyimpulan dan aplikasi dari sebuah fenomena.
Yang mana aplikasi ini menjadi “Alat” yang dapat digunakan untuk memaksimalkan hal-hal dalam settingan organisasi.
“Teori adalah sebuah jaring yang kita terbar untuk menangkap sesuatu yang kita sebut sebagai “dunia” , untuk merasionalisasi, menjelaskan, dan menguasai hal tersebut” -Popper, 1968. p95
Teori Motivasi Kerja Herberg
The Motivator-Hygiene Theory: Tahap Awal
Secara umum: Ada faktor-faktor yang memicu perilaku positif, dan ada faktor-faktor yang memicu perilaku negatif.
Studi awal dengan wawancara pada 203 insinyur dan akuntan di area Pittsburgh pada tahun 1959.
Setelah dilakukan wawancara, ditemukan pattern bahwa ada hal-hal yang membuat mereka semakin termotivasi.
Ditemukan juga hal-hal yang membuat mereka menjadi tidak motivatif.
The Motivator-Hygiene Theory: The Motivators vs The Hygiene Factors
Hezberg menemukan beberapa faktor yang dikategorikan sebagai motivator, diantaranya Achievement, Recognition, Interesting Work, Responsibilty dan Advancement.
Hezberg juga menemukan beberapa faktor yang dikategorikan sebagai Hygiene, diantaranya Company Policies, Unhappy Relations with Supervisor, Poor Working Conditions, Bad Relationship with Peers. Hygiene = bentuk analog dari konsep “Mental Hygiene” dalam duni psikiatri.
The Motivator-Hygiene Theory: The Controversy
Setelah kemunculan teori ini, banyak dilakukan studi untuk membuktikan, menyanggah dan memperkuat teori ini.
Sejalan, karena dalam pengembangan teori, teori akan diuji dengan realitas di lapangan.
Namun dari teori ini ditemukan bahwa dia menjadi harus dijelaskan karena teori ini menjadi salah satu yang paling umum digunakan saat itu.
Teori ini bisa menjadi hikmah dan pelajaran tentang bagaimana tantangan saat mengembangkan sebuah teori.
Dan khusus untuk ilmuwan di dalam sekup perilaku, menjadi rambu-rambu, untuk hati-hati dalam proses pengembangan sebuah teori.
Mengaplikasikan Teori Motivasi
Secara Umum Dapat Dipahami:
Dalam konteks pengujian lapangan atau penggunaan secara komersil, disimpulkan bahwa teori motivasi bukan berarti tidak memiliki kualitas pengaplikasian, atau mereka tidak harus diaplikasikan dalam konteks organisasi riil.
Kalau mau mengaplikasikan teori memang baiknya (dan pastinya) teori yang sudah teruji secara saintifik dalam ranah penelitian sains.
Secara sederhana, sangat sulit jika manajer “harus memastikan” teori ini bisa secara valid diterapkan, apalagi jika menggunakan pendekatan harian.
Bisa jadi dalam pengujian sebuah teori, memang “kekuatan saintifik” yang ada belum mampu untuk benar-benar menguji validitas sebuah teori.
Karena bisa jadi, “kekuatan saintifik” ini tidak benar-benar bisa “menjawab” sebuah teori motivasi kerja itu valid atau tidak.
Penutup dan Kesimpulan:
Teori Hezberg menjadi contoh, betul memang ada asimetri dalam teori 2 faktor ini, betul memang ada temuan-temuan yang mungkin menyanggah teori ini. Lantas apakah dengan hal ini, kita menganggap teori ini tidak dapat digunakan/menolak aplikasinya? Tentu saja tidak. Karena terbukti ada validitas yang patut diperhitungkan, dan utilitas untuk dapat digunakan.
No comments:
Post a Comment