1443 Hijriah
Oleh:
Muhammad Abdullah ‘Azzam
Tahun 1442
Hijriah baru saja kita lewati, tepatnya pada hari senin sore tanggal 9 Agustus
2021 Masehi. Banyak hal yang terjadi baik dalam skala individu, wilayah, bangsa
hingga ummat. Tetapi ada sebuah kesamaan, kesamaan sudut pandang bahwa kita
semua bisa melakukan yang lebih baik lagi. Entah mungkin untuk tujuan pribadi,
tujuan besar Bersama, atau membawa perbaikan bagi bangsa dan negara. Karena bagaimanapun,
kita masih diberikan hidup pada sebuah masa dimana orang bisa meti mendadak
tanpa sebab.
Bagaimana kita
menyikapi harapan-harapan yang sudah kita bangun? Bagaimana kita mampu
melakukan sebuah perubahan, kecil dan besar pada lingkungan sekitar kita? Hingga
bagaimana ada kontribusi yang dapat kita lakukan untuk bangsa dan negeri ini? Semua
ini bukan saya yang berhak menjawab.
Saya hanyalah
seorang penulis, menuliskan opini dengan subjektif meskipun berusaha seobjektif
mungkin dalam menyikapi berbagai kondisi. Maka disini perlu ditegaskan bahwa
apapun yang anda ingin lakukan, kesemuanya Kembali kepada anda. Karena inilah
pilihan hidup kita masing-masing. Tetapi pada tulisan ini kiranya ada beberapa
hal yang bisa saya bagi, berkaitan dengan kondisi riil yang kedepannya nanti
akan kita hadapi,
Betapa
berharganya adab dan perilaku terpuji
Kita sudah
meyaksikan dalam banyak hal, terutama dalam perjalanan bangsa Indonesia menyelesaikan
pandemic Covid-19. Hal yang sejernih kristal adalah fakta bahwa mereka yang
diberikan kekuasaan tidak semuanya menjadi representasi orang dengan perilaku
terpuji. Tidak ada orang baik yang tega melakukan korupsi dana bantuan social. Sangat
terpampang jelas dalam akadnya bahwa judul bantuan social ditujukan kepada
mereka yang membutuhkan, mereka yang terdampak pandemic dengan sangat luar
biasa. Tetapi masih saja ada manusia dengan jabatan tinggi di negeri ini ikut
mencuri, menggemukkan diri sendiri saat rakyat susah mencari sesuap nasi.
Maka sungguh
semakin berat tugas mereka yang berada di posisi memastikan Pancasila menjadi
falsafah kehidupan bangsa. Karena kenyataannya mereka yang harusnya memberikan
contoh, berada pada Menara gading dan panggung public malah asik melakukan
perilaku serong. Berbagai Tindakan criminal dan pelanggaran yang jelas
mencederai martabat Lembaga pengelola pemerintahan tetapi seolah dibiarkan
begitu saja karena mereka memiliki kekuasaan. Akan sangat mungkin panitia Sembilan
yang merumuskan Pancasila menangis melihat bagaimana rumusan mulia mereka demi
kemaslahatan bangsa hanya menjadi olok-olok, lebih parah lagi hal tersebut
diperolok oleh mereka yang berkuasa.
Maka sekiranya
kita memiliki keinginan untuk memperoleh kekuasaan, menjadi pemimpin dimanapun
kita berada. Asset berupa adab dan perilaku terpuji sangatlah mahal. Hal-hal
dasar, common sense yang “seharusnya semua orang tahu” bisa menjadi penentu bagaimana
nanti kita memimpin. Bayangkan saja bagaimana perasaan tetangga kita yang baru
saja kehilangan sanak saudaranya, saat kita hadir pada acara pemakaman namun
tetap tertawa terbahak-bahak. Sekarang coba naikkan skalanya menjadi kepala Lembaga
pemerintahan yang masih sempat foya-foya, haha-hihi saat rakyatnya menderita. Sungguh
pengadilan Allah SWT adalah seadil-adilnya, dan kita semua hanya bisa berdoa,
kita tidak menjadi pesakitan dihadapan Allah SWT.
Tentang
islam dan masa depan
Sudut pandang
masyarakat global terhadap islam, dengan bantuan globalisasi, internet dan
sejenisnya semakin terbuka. Semua orang sekarang bebas menilai bagaimana islam
yang sejati, karena sudah ada kemampuan untuk melakukan counter issue. Menyampaikan
pesan-pesan sejati yang tidak terdistorsi kepentingan golongan tertentu yang
disalurkan melalui media-media. Bisa dikatakan islam Kembali menuju zaman
dakwah fardhiyah, dakwah personal. Tetapi naik tingkat, dengan segala
perkembangan teknologi terciptalah ceruk-ceruk dakwah yang membuat orang banyak
bisa mencari, jika menginginkan kebenaran sejati.
Tetapi memang
dalam banyak hal, islam masih dipandang sebagai agama bar-bar. Bisa disaksikan
bagaimana berbagai macam youtuber, melakukan prank dengan merubah cover kitab
agama tertentu dengan Al-Qur’an, memilih ayat ekstrim dari kitab tersebut, dan
membacakannya didepan publik. Sangat mudah orang kebanyakan mengamini bahwa
ajaran tersebut adalah ajaran islam yang kuno, terbelakang, tidak progresif. Barulah
saat diberitahu bahwa yang dibacakan adalah ajaran nenek moyang mereka, mereka
hanya bisa tersenyum getir dan sambi lalu, melupakan bahwa barusan mereka
mempersalahkan islam atas pandangan kuno nenek moyang mereka.
Masih menjadi
tantangan tersendiri artinya, bagi ummat islam untuk terus menjadi corong
perkembangan peradaban. Hal ini yang berhasil ummat islam lakukan pada masa
kekhalifahan khulafaur rasyidin, dinasti umayyah, dinasti abassiyyah, dan
dinasti-dinasti lain selama lebih dari 800 tahun. Peradaban islam-lah mercusuar
masyarakat beradab nan maju. Ajaran islam yang memerdekakan manusia dari
penghambaan kepada mahluk benar-benar ber evolusi menjadi ajaran yang juga merevitalisasi
manusia itu sendiri. Dunia medis, ekonomi, astronomi, pelayaran, geografi,
studi social, dan seterusnya semua berkembang pesat, dan dunia hanya bisa
belajar dan belajar.
Inilah saat
yang tepat untuk Kembali membuat momentum itu. Tidak aka nada satu manusiapun
yang bisa percaya, kalau sebuah kitab 14 abad yang lalu sudah membicarakan
tentang pertumbuhan janin yang baru bisa dipahami manusia modern beberapa saat
yang lalu. Sangat sulit kiranya menerima fakta bahwa manusia yang buta huruf
dan tidak bisa baca tulis mampu menemukan fakta oseanografi bahwa lautan di
dunia tidak sepenuhnya bercampur, ada dinding tidak terlihat yang memisahkan
antar mereka. Serta keajaiban-keajaiban lain.
Maka sejatinya,
masa depan kejayaan manusia berikutnya memang ada di tangan islam, dan Allah
SWT sudah menjamin hal ini. Lantas, apa yang akan kita lakukan pada tahun 1443
H ini untuk bisa mewujudkan kejayaan tersebut?
Tentang Hari
Akhir dan hari akhir
Beberapa ulama
berpendapat bahwa ummat islam tidak akan bertahan sampai tahun 1500 Hijriah. Artinya,
kemungkinan besar memasuki tahun-tahun tersebut kiamat tinggal menghitung hari
saja. Penulis tidak akan mengkaji Panjang lebar tentang hal ini karena
sederhana, penulis tidak memiliki pengetahuan atasnya. Tetapi ada sebuah
kepastian, bahwa saat islam, Al-Qur’an sudah diangkat Allah SWT dari bumi ini,
saat itulah hari terakhir bagi seluruh mahluk yang ada di muka bumi ini. Tidak peduli
seberapa maju-nya peradaban saat itu, dan seterusnya.
Karena sejatinya
kita semua sedang berjalan, semakin hari menuju Kiamat yang sejati. Masing-masing
kitapun setiap hari berjalan menuju kiamat kita masing-masing, kematian.
Maka tidak
berpanjang lebar, disini hanya akan dikutip sebuah Hadits, Ketika kamu saksikan
saat itu langit sudah diruntuhkan dan kamu sedang mengenggam sebutir biji
kurma, maka tanamlah. Tanamlah biji kurma tersebut. Artinya tidak peduli
sekecil apapun, sampai saat kita telah tiba nanti cobalah untuk terus dan terus
berbuat kebajikan.
Tidak ada
satupun yang menyuruh kita semua mampu untuk membangun masjid sendiri, mampu
mengumrohkan ribuan orang, dan seterusnya. Karena ini sudah Kembali pada urusan
rezeki dan bagaimana Hamba Allah SWT menegelola rezekinya. Tetapi kita semua
disarankan untuk terus bersedekah, beramal semampu kita. Kita semua dianjurkan
untuk menuntut ilmu, sekuat kita. Kita semua dianjurkan untuk menyayangi sesama,
merawat bumi, menjaga hubungan ketetanggaan, dan seterusnya.
Inilah hal-hal
baik yang sangat bisa dikumpulkan satu demi satu. Karena saat kita bertemu
dengan akhir, hanya amal-amal semacam inilah yang menemani kita, dan tentu
tidak lupa kita berdoa, semoga Allah SWT berkenan memanggil kita dalam keadaan
husnul khatimah.
Wallahu ‘Alam
Selamat Tahun
Baru Islam 1 Muharam 1443H
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment