Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4883645/momen-ribuan-santri-tebuireng-berebut-pegang-keranda-jenazah-gus-sholah/2 |
Katanya
Vaksin Membunuh....
Muhammad
Abdullah ‘Azzam
Belum
berhenti kabar duka silih berganti dan bersamaan para politisi di Ibukota masih
sibuk memoles diri. Terlihat berbagai baliho mulai tumbuh di seluruh penjuru
Indonesia, entah merupakan wujud optimism atau memang sejatinya yang dipikirkan
mereka adalah dirinya sendiri. Tetapi lepas dari hal tersebut, masih sangat
luar biasa kita saksikan wabah covid-19 yang terus menerjang, dengan berbagai
varian baru, level peyeberan dan fatalitas yang berbeda-beda. Buktinya PPKM
masih terus diperpanjang dan tiada satupun penyelenggara pemerintah menjamin
kapan wabah ini selesai.
Namun ada
sebuah sudut pandang yang mungkin umum kita temui di berbagai forum, baik forum
receh media social, media-media mainstream hingga diskusi para ahli. Tentang
vaksin. Vaksin ini sebuah komoditas, ini tidak terbantahkan karena pengadaan
dan pembuatan vaksin perlu biaya. Namun Sebagian besar ahli juga menyatakan
kita tidak punya pilihan lain untuk bisa lepas dari pandemi ini selain
mempercepat proses vaksinasi, hingga akhirnya terbentuk herd immunity
atau minimal memperingan gejala jika memang ada individu yang terjangkit virus
ini.
Penelitian-penelitian
dan proses pengembangan vaksin yang dilakukan oleh para ahli ini sejatinya
tidak main-main. Bisa dikatakan penelitian yang mereka lakukan bisa
dipertanggungjawabkan karena sampai detik ini, teknologi Kesehatan kita paling
mampu ya memproduksi pengobatan semacam ini. Beda seperti di Teyvat nya Genshin
Impact, kalua mati tinggal makan telur goreng atau steak daging, merasa sakit
tinggal makan sate jamur. Intinya untuk mempercepat selesainya pandemi para
ahli merekomendasikan kita untuk segera memperoleh vaksin. Tetapi tentu, tidak
ada yang Namanya kesepakatan antar manusia, sebuah keniscayaan karena memang
tiap manusia punya free will masing-masing.
Mulai
muncullah pernyataan-pernyataan, dimulai dari yang paling rendah, teori
konspirasi, hingga beberapa klaim dan pernyataan bahwa vaksin akan mempercepat
kematian kita. Singkat cerita, ada khalayak ramai yang beranggapan bahwa vaksin
itu membunuh. Jika ditambah konspirasi maka dibumbui dengan rencana elite
global untuk mengurangi jumlah populasi manusia, harus ada sekitar 2 milyar
manusia yang dikorbankan dan seterusnya.
Pernyataan-pernyataan
seperti ini membuat pikiran saya tergelitik. Karena baru pertama kali ini saya
tahu bahwa tugasnya Malaikat Izrail diambil alih oleh vaksin, tentu dalam
pikiran orang-orang.
Konsep
Dasar Kematian
Allah SWT
didalam Al-Qur’an sudah menyebutkan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan
merasakan mati. Allah SWT perkuat juga dengan pernyataan bahwa urusan kematian
adalah hal ghaib, sebagaimana rezeki, sebagaimana takdir. Allah SWT juga
menyatakan bahwa mereka-mereka yang berjiwa tenang akan dipanggil untuk Kembali
ke sisi Allah, sedang mereka yang dzalim terhadap diri sendiri akan menghadapi
konsekuensinya. Hidup dan mati adalah urusan Allah SWT, dimana kita meninggal
adalah urusan Allah SWT, bagaimana kita meninggal adalah urusan Allah SWT.
Manusia hanya bisa mengusahakan agar saat momen kematian itu hadir lisan ini
memgucap kalimat terbaik, Laa ilaaha Illa Allah, Wa anna Muhammadan ‘Abduhu wa
Rasuluhu. Dua buah kalimat yang Insya Allah menjadi kunci akhir yang baik
(husnul khatimah).
Ini adalah
konsep dasar daripada kematian yang juga merupakan salah satu bagian dari
fondasi keimanan seorang muslim. Sederhana, sebenarnya, karena tugas manusia
hanya meyakini bahwa segala sesuatu berkaitan dengan kematian adalah urusan
Allah SWT. Tetapi penulis sendiri akan berkata, bahwa sulit memang untuk bisa
menerima, bahkan memeprsiapkan diri menghadapi kepastian tersebut. Maka tidak
heran jika terjadi sesuatu, akan sangat mudah orang mengait-ngaitkan dengan
kematian. Baik sesuatu yang terjadi bersifat supranaturan atau memang ilmiah.
Salah
satunya adalah vaksin ini. Vaksin adalah bikinan manusia, berbagai macam metode
dapat digunakan untuk membuat vaksin. Teori dasar vaksin adalah memperkenalkan
tubuh dengan sebuah sebab penyakit yang sudah dilemahkan, sehingga tubuh bisa
membentuk antibody yang diperlukan untuk melawan penyakit tersebut. Tetapi
karena intinya adalah menyuntik sakit ke tubuh, diperlukan usaha-usaha ekstra
agar memastikan vaksin tersebut aman digunakan. Apakah vaksin menggaransi kita
bebas dari penyakit atau kematian? Kematian jelas tidak, karena menurut konsep
keimanan, kematian ini adalah urusan Allah SWT. Bebas dari penyakitpun
relative, karena memang inilah realitas pengobatan, tidak ada garansi. Karena
bahkan sakit pun juga kehendak Allah SWT.
Lantas
bagaimana jika manusia menyatakan vaksin itu membunuh? Orang mati gara-gara
vaksin? Sekali lagi saya akan sampaikan. Konsep kematian menurut keimanan
seorang muslim sangat mudah diucapkan tetapi sulit diaplikasikan. Padahal ya,
karena konsep ini merupakan konsep keimanan, dengan indicator inilah kita bisa
mengukur keimanan kita. Silahkan bisa pembaca simpulkan sendiri.
Individu
Bertanggungjawab
Sebaiknya
setiap-setiap anak manusia bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Kalimat ini
akan umum kita temukan kalua berbicara tentang pertanggungjawaban manusia di
akhirat. Tidak peduli setinggi apapun anda di dunia, seberkuasa apa, kalau
sudah bicara akhirat selesai sudah. Semua akan membawa bekal masing-masing dan
bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing. Makannya ini disebut pengadilan
paling adil.
Entah kenapa
vibe demikian sangat terasa di musim pandemi ini. Berbagai Langkah
pencegahan, terapi, pengobatan, dan prosedur pengurusan kematian yang sudah
proven untuk mempercepat proses pemulihan dan pengentasan pandemi sudah
berkali-kali di sosialisasikan. Tetapi masih saja ada orang yang abai, merasa
punya pandangan sendiri dan benar-benar yakin atasnya. Loh sederhana saja,
sudah jelas organ tubuh yang terdampak sekali akibat infeksi covid adalah
paru-paru, tetapi masih sangat mudah sekali ditemukan orang-orang merokok
dengan bebas merdeka dimuka public.
Inilah
konsekuensi dari free will yang dimiliki manusia, sebuah kekuatan untuk
memutuskan mau jadi apa dan melakukan apa. Sebuah berkah yang membuat manusia
mampu menjadi lebih mulia dari malaikat, karena saat terbuka kesempatan berbuat
jahat dia memilih berbuat baik. Karena malaikat hanya memiliki 1 pilihan saja,
patuh pada Tuhan yang Maha Esa. Berkah juga yang membuat manusia bisa lebih
mulia daripada binatang melata, karena dengan akal manusia bisa memilih yang
terbaik untuk kehidupannya. Selalu ada kesempatan menjadi lebih baik.
Maka dengan
berkah yang Allah SWT berikan kepada manusia, bisakah kita menggunakannya
dengan bertanggungjawab? Silahkan saja anda punya pandangan apa soal vaksin,
soal covid, dan soal-soal yang lain. Tetapi coba saja lihat, sudah berapa
banyak rekan anda yang kehilangan sanak saudara setelah terkena wabah ini?
Takdir kematian mereka Allah SWT temukan bertetapatan dengan kondisi pandemic
ini. Mau memang itu takdir sejatinya, tetap kehilangan adalah kehilangan.
Lantas bagaimana perasaan mereka saat anda misalkan berkoar-koar menyatakan
covid 19 itu tidak ada? Mereka yang mati hanya etok-etok saja, dan
seterusnya.
Belum lagi
jika ditambah dengan bumbu-bumbu konspirasi. Tolong sadar, pandemic ini hanya
bisa selesai kalau kita mengusahakan selesai. Silahkan lakukan yang anda
pandang benar, tetapi tetaplah bertanggungjawab. Tetapi tentu, tidak ada pertanggungjawaban
lebih baik selain melaksanakan sesuatu yang memang sudah diuji oleh para ahli
bisa memberikan dampak. Jangan tiru presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang
menyuruh rakyatnya minum bayclin. Karena ini konyol.
Pada
Akhirnya, yang Dibutuhkan adalah Arah
Kemana
Indonesia akan bergerak untuk mempercepat normalisasi? Mempercepat selesainya
pandemic?. Saya tidak akan berpanjang-panjang menjelaskan apapun dalam segmen
ini karena saya masih sayang sama masa depan saya. Meminjam istilah komika
Abdur, bahwa yang dihadapi sekarang adalah kondisi dimana katanya “woles” tapi
ternyata lebih mirip otoritarian. Maka saya hanya akan menyampaikan,
ingat-ingatlah bapak dan ibu penguasa, segala sesuatu itu akan dimintai
pertanggungjawaban. Semakin banyak rakyat yang terlantar karena ketidakjelasan
kebijakan, penerapan kebijakan tidak tepat sasaran, hingga egoism penjenengan
sekalian nanti ada yang menagih.
Wallahu
‘Alam
No comments:
Post a Comment