Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Thursday, August 5, 2021

Katanya Vaksin Membunuh....

 

Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4883645/momen-ribuan-santri-tebuireng-berebut-pegang-keranda-jenazah-gus-sholah/2

Katanya Vaksin Membunuh....

 

Muhammad Abdullah ‘Azzam

 

Belum berhenti kabar duka silih berganti dan bersamaan para politisi di Ibukota masih sibuk memoles diri. Terlihat berbagai baliho mulai tumbuh di seluruh penjuru Indonesia, entah merupakan wujud optimism atau memang sejatinya yang dipikirkan mereka adalah dirinya sendiri. Tetapi lepas dari hal tersebut, masih sangat luar biasa kita saksikan wabah covid-19 yang terus menerjang, dengan berbagai varian baru, level peyeberan dan fatalitas yang berbeda-beda. Buktinya PPKM masih terus diperpanjang dan tiada satupun penyelenggara pemerintah menjamin kapan wabah ini selesai.

 

Namun ada sebuah sudut pandang yang mungkin umum kita temui di berbagai forum, baik forum receh media social, media-media mainstream hingga diskusi para ahli. Tentang vaksin. Vaksin ini sebuah komoditas, ini tidak terbantahkan karena pengadaan dan pembuatan vaksin perlu biaya. Namun Sebagian besar ahli juga menyatakan kita tidak punya pilihan lain untuk bisa lepas dari pandemi ini selain mempercepat proses vaksinasi, hingga akhirnya terbentuk herd immunity atau minimal memperingan gejala jika memang ada individu yang terjangkit virus ini.

 

Penelitian-penelitian dan proses pengembangan vaksin yang dilakukan oleh para ahli ini sejatinya tidak main-main. Bisa dikatakan penelitian yang mereka lakukan bisa dipertanggungjawabkan karena sampai detik ini, teknologi Kesehatan kita paling mampu ya memproduksi pengobatan semacam ini. Beda seperti di Teyvat nya Genshin Impact, kalua mati tinggal makan telur goreng atau steak daging, merasa sakit tinggal makan sate jamur. Intinya untuk mempercepat selesainya pandemi para ahli merekomendasikan kita untuk segera memperoleh vaksin. Tetapi tentu, tidak ada yang Namanya kesepakatan antar manusia, sebuah keniscayaan karena memang tiap manusia punya free will masing-masing.

 

Mulai muncullah pernyataan-pernyataan, dimulai dari yang paling rendah, teori konspirasi, hingga beberapa klaim dan pernyataan bahwa vaksin akan mempercepat kematian kita. Singkat cerita, ada khalayak ramai yang beranggapan bahwa vaksin itu membunuh. Jika ditambah konspirasi maka dibumbui dengan rencana elite global untuk mengurangi jumlah populasi manusia, harus ada sekitar 2 milyar manusia yang dikorbankan dan seterusnya.

 

Pernyataan-pernyataan seperti ini membuat pikiran saya tergelitik. Karena baru pertama kali ini saya tahu bahwa tugasnya Malaikat Izrail diambil alih oleh vaksin, tentu dalam pikiran orang-orang.

 

Konsep Dasar Kematian

 

Allah SWT didalam Al-Qur’an sudah menyebutkan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Allah SWT perkuat juga dengan pernyataan bahwa urusan kematian adalah hal ghaib, sebagaimana rezeki, sebagaimana takdir. Allah SWT juga menyatakan bahwa mereka-mereka yang berjiwa tenang akan dipanggil untuk Kembali ke sisi Allah, sedang mereka yang dzalim terhadap diri sendiri akan menghadapi konsekuensinya. Hidup dan mati adalah urusan Allah SWT, dimana kita meninggal adalah urusan Allah SWT, bagaimana kita meninggal adalah urusan Allah SWT. Manusia hanya bisa mengusahakan agar saat momen kematian itu hadir lisan ini memgucap kalimat terbaik, Laa ilaaha Illa Allah, Wa anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuluhu. Dua buah kalimat yang Insya Allah menjadi kunci akhir yang baik (husnul khatimah).

 

Ini adalah konsep dasar daripada kematian yang juga merupakan salah satu bagian dari fondasi keimanan seorang muslim. Sederhana, sebenarnya, karena tugas manusia hanya meyakini bahwa segala sesuatu berkaitan dengan kematian adalah urusan Allah SWT. Tetapi penulis sendiri akan berkata, bahwa sulit memang untuk bisa menerima, bahkan memeprsiapkan diri menghadapi kepastian tersebut. Maka tidak heran jika terjadi sesuatu, akan sangat mudah orang mengait-ngaitkan dengan kematian. Baik sesuatu yang terjadi bersifat supranaturan atau memang ilmiah.

 

Salah satunya adalah vaksin ini. Vaksin adalah bikinan manusia, berbagai macam metode dapat digunakan untuk membuat vaksin. Teori dasar vaksin adalah memperkenalkan tubuh dengan sebuah sebab penyakit yang sudah dilemahkan, sehingga tubuh bisa membentuk antibody yang diperlukan untuk melawan penyakit tersebut. Tetapi karena intinya adalah menyuntik sakit ke tubuh, diperlukan usaha-usaha ekstra agar memastikan vaksin tersebut aman digunakan. Apakah vaksin menggaransi kita bebas dari penyakit atau kematian? Kematian jelas tidak, karena menurut konsep keimanan, kematian ini adalah urusan Allah SWT. Bebas dari penyakitpun relative, karena memang inilah realitas pengobatan, tidak ada garansi. Karena bahkan sakit pun juga kehendak Allah SWT.

 

Lantas bagaimana jika manusia menyatakan vaksin itu membunuh? Orang mati gara-gara vaksin? Sekali lagi saya akan sampaikan. Konsep kematian menurut keimanan seorang muslim sangat mudah diucapkan tetapi sulit diaplikasikan. Padahal ya, karena konsep ini merupakan konsep keimanan, dengan indicator inilah kita bisa mengukur keimanan kita. Silahkan bisa pembaca simpulkan sendiri.

 

Individu Bertanggungjawab

 

Sebaiknya setiap-setiap anak manusia bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Kalimat ini akan umum kita temukan kalua berbicara tentang pertanggungjawaban manusia di akhirat. Tidak peduli setinggi apapun anda di dunia, seberkuasa apa, kalau sudah bicara akhirat selesai sudah. Semua akan membawa bekal masing-masing dan bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing. Makannya ini disebut pengadilan paling adil.

 

Entah kenapa vibe demikian sangat terasa di musim pandemi ini. Berbagai Langkah pencegahan, terapi, pengobatan, dan prosedur pengurusan kematian yang sudah proven untuk mempercepat proses pemulihan dan pengentasan pandemi sudah berkali-kali di sosialisasikan. Tetapi masih saja ada orang yang abai, merasa punya pandangan sendiri dan benar-benar yakin atasnya. Loh sederhana saja, sudah jelas organ tubuh yang terdampak sekali akibat infeksi covid adalah paru-paru, tetapi masih sangat mudah sekali ditemukan orang-orang merokok dengan bebas merdeka dimuka public.

 

Inilah konsekuensi dari free will yang dimiliki manusia, sebuah kekuatan untuk memutuskan mau jadi apa dan melakukan apa. Sebuah berkah yang membuat manusia mampu menjadi lebih mulia dari malaikat, karena saat terbuka kesempatan berbuat jahat dia memilih berbuat baik. Karena malaikat hanya memiliki 1 pilihan saja, patuh pada Tuhan yang Maha Esa. Berkah juga yang membuat manusia bisa lebih mulia daripada binatang melata, karena dengan akal manusia bisa memilih yang terbaik untuk kehidupannya. Selalu ada kesempatan menjadi lebih baik.

 

Maka dengan berkah yang Allah SWT berikan kepada manusia, bisakah kita menggunakannya dengan bertanggungjawab? Silahkan saja anda punya pandangan apa soal vaksin, soal covid, dan soal-soal yang lain. Tetapi coba saja lihat, sudah berapa banyak rekan anda yang kehilangan sanak saudara setelah terkena wabah ini? Takdir kematian mereka Allah SWT temukan bertetapatan dengan kondisi pandemic ini. Mau memang itu takdir sejatinya, tetap kehilangan adalah kehilangan. Lantas bagaimana perasaan mereka saat anda misalkan berkoar-koar menyatakan covid 19 itu tidak ada? Mereka yang mati hanya etok-etok saja, dan seterusnya.

Belum lagi jika ditambah dengan bumbu-bumbu konspirasi. Tolong sadar, pandemic ini hanya bisa selesai kalau kita mengusahakan selesai. Silahkan lakukan yang anda pandang benar, tetapi tetaplah bertanggungjawab. Tetapi tentu, tidak ada pertanggungjawaban lebih baik selain melaksanakan sesuatu yang memang sudah diuji oleh para ahli bisa memberikan dampak. Jangan tiru presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyuruh rakyatnya minum bayclin. Karena ini konyol.

 

Pada Akhirnya, yang Dibutuhkan adalah Arah

 

Kemana Indonesia akan bergerak untuk mempercepat normalisasi? Mempercepat selesainya pandemic?. Saya tidak akan berpanjang-panjang menjelaskan apapun dalam segmen ini karena saya masih sayang sama masa depan saya. Meminjam istilah komika Abdur, bahwa yang dihadapi sekarang adalah kondisi dimana katanya “woles” tapi ternyata lebih mirip otoritarian. Maka saya hanya akan menyampaikan, ingat-ingatlah bapak dan ibu penguasa, segala sesuatu itu akan dimintai pertanggungjawaban. Semakin banyak rakyat yang terlantar karena ketidakjelasan kebijakan, penerapan kebijakan tidak tepat sasaran, hingga egoism penjenengan sekalian nanti ada yang menagih.

 

 

Wallahu ‘Alam

 

 

For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini

follow me on insta @Azzam_Abdul4 
Thanks for your support!

Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya

No comments:

Post a Comment