Astra International dan Kajian Terhadap Metode Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Oleh :
WIJAYA,Adi.T; CHAMIDAH; 'AZZAM,Muhammad Abdullah; PRAMITAJATHI,Novia; PUSPITASARI,Susan Desy.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNS SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
paper Sumber Daya Manusia dengan kasus Metode
Pelatihan dan Pengembangan Astra International.
Kami menyusun paper ini dari informasi yang kami peroleh dari beberapa sumber.
Bagi mahasiswa kami berharap paper ini dapat menjadi wawasan baru, dan dapat
menjadi evaluasi bagi pihak yang terkait. Paper ini masih jauh dari sempurna
sehingga kami sangat mengharapkan masukan atau saran para pembaca untuk mengoreksi
paper ini.
Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Sinto Sunaryo SE, MSi selaku dosen Manajemen Sumber Daya Manusia
Lanjutan, yang telah membimbing kami sehingga paper ini dapat terselesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Manajemen A yang telah
memberikan dukungan kepada kami.
Surakarta, 14 Maret 2015
Penulis
BAB I
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Sumber daya manusia yang kompeten dan yang berkualitas
sangat dibutuhkan untuk mendukung produktivitas dan aktivitas agar tujuan
perusahaan atau suatu organisasi dapat tercapai dengan sempurna, oleh karena
itu diperlukan pengembangan karyawan dan melihat perkembangannya, pelatihan
merupakan satu aspek yang menempati posisi yang penting agar mutu dan kemampuan
sumber daya manusia yang telah ada mampu bersaing dan dapat mengikuti
perkembangan zaman, terlebih pada era globalisasi, dimana ilmu pengetahuan dan
teknologi di berbagai bidang berkembang dengan sangat pesat. Seiring dengan
arus era globalisasi maka metode-metode pengembangan karyawan harus
menyesuaikan dan tepat sasaran, agar karyawan dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam
suatu organisasi SDM merupakan faktor terpenting karena merupakan penggerak
utama perusahaan, apalagi perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif
seperti PT. Astra International. Pelatihan dan pengembangan adalah fokus utama
untuk kemajuan perusahaan, salah satu yang melakukan hal ini
adalah PT. Astra Graphia, Tbk. (AG). Anak perusahaan Astra International (AI)
ini tak kalah piawai dari induknya dalam mengelola pelatihan karyawannya. Ada
dua pelatihan yang didapat karyawan AG, yaitu pelatihan tersentral di Astra
Management Development Institute (AMDI) dan yang dikelola intern AG. Framework
tiap pelatihan mengacu pada visi Astra International. Pelatihan yang diberikan
secara bertahap, untuk pelatihan yang tersentral di AMDI, jenjang awal adalah
karyawan baru atau freshgraduate wajib mengikuti Astra Basic Management
Program selama satu bulan. Materinya berisi segala hal mendasar tentang dunia
kerjanya, seperti bisnis, sistem, nilai-nilai, dan filosofi AI secara
menyeluruh.
Setelah beberapa lama bekerja dan
naik pangkat menjadi supervisor, karyawan berhak mendapat kursus lagi, yaitu Astra
Supervisory Management Program. Di sini mereka mulai mempelajari aspek
kepemimpinan untuk mengasah kemampuannya menangani, memotivasi, serta
memberikan penghargaan dan penilaian pada anak buah. Ketika memasuki posisi
manajer, karyawan mendapat kesempatan mengikuti jenjang berikutnya: Astra
Middle Management Program. Kala memasuki posisi general manager, ia
diberi Astra General Management Program. Di sini, assessment kembali
dilakukan, bahkan persyaratannya lebih berat; hanya mereka yang diajukan oleh
direksinya yang boleh mengikuti. Jenjang berikutnya, Astra Excecutive
Management Program. Pada tingkatan ini, materi yang diberikan lebih mendalam.
Isi materi banyak bersifat makro: bisnis global, managemen strategis, isu-isu
hangat, dan sebagainya. Biasanya diberikan setahun dua kali melalui seminar
atau memanggil pakar politik dan ekonomi.
Di samping berbagai program
pelatihan berjenjang tersebut, seluruh karyawan juga mendapat pasokan lain yang
hukumnya wajib — terutama ketika memasuki level manajer. Pelatihan bersifat
umum ini berupa Astra Management Sistem, Man Management Astra, dan Astra Seven
Habit. Karyawan dilihat sebelum pelatihan (pre-activities), saat di
dalam kelas, hingga post-activities. Pelatihan yang bersifat knowledge
dan skill development akan terlihat jelas hasilnya melalui performa
kerja.
Karyawan
mendapat dua pola, di AMDI dan internal AG. Bisa jadi karyawan mendapat
pelatihan dari AG dulu, berhubung belum ada kelas di AMDI. Di luar pelatihan
itu, ada juga pelatihan di luar kantor (outbond) dan menggaet konsultan
luar yang diadakan tiap pertengahan tahun.
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH
1.
Jelaskan
pro dan kontra sebuah sistem pelatihan yang diterapkan oleh Perusahaan Astra?
2.
Dalam
kondisi perusahaan/organisasi yang bagaimana sistem tersebut akan berhasil
diterapkan?
3.
Dengan
program pelatihan yang sistematis seperti yang diterapkan Astra, apakah hal
tersebut dapat menjamin karyawan untuk tetap berada dalam perusahaan? Jelaskan
argumen Anda! Jelaskan menurut Anda jika sebuah sistem pelatihan yang bagus
tidak dapat menjamin loyalitas karyawan , apa yang dapat dilakukan oleh
perusahaan?
BAB II
A.
LANDASAN
TEORI
Definisi
Pelatihan
Noe, Hollenbeck,
Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan,
training is a planned effort to facilitate the learning of job-related
knowledge, skills, and behavior by employee. Hal ini berarti bahwa pelatihan
merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang
pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para
pegawai.
Menurut
Gomes (2003:197), pelatihan adalah
setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan
tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya.
Menurut
Robbins, Stephen P, (2001:282), Training meant formal training that’s
planned in advanced and has a structured format.
Definisi
Pengembangan
Menurut Werner dan DeSimone (2009:4) pengembangan
sumber daya manusia (human resources
development ) diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang sistematis
dan terencana yang dirancang oleh organisasi untuk memberikan kesempatan kepada
anggotanya untuk mempelajari keahlian yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan kerja saat ini dan yang akan datang.
Definisi Organisasi
Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah
suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan
atasan mengejar tujuan bersama.
Stephen P. Robbins
menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Definisi Turnover
Menurut Harninda (1999:27): Turnover intentions pada dasarnya adalah sama dengan
keinginan berpindah karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya.
Harnoto (2002:2) menyatakan:
turnover intentions adalah kadar atau intensitas dari keinginan untuk keluar
dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan timbulnya turnover intentions
ini dan diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
baik.
Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Terhadap Turnover
pada Beberapa Jurnal
. The results provide strong support for the
hypothesis that is the negative relationship between
organizational commitment and turnover intention. Employees' training is significantly correlated with organizational commitment, turnover
intentions and the commitment-turnover
relationship. (Jehanzeb, Khawaja; Rasheed, Anwar; Rasheed, Mazen F. Vol 8. 2013. International Journal of Business and Management. Toronto ).
relationship. (Jehanzeb, Khawaja; Rasheed, Anwar; Rasheed, Mazen F. Vol 8. 2013. International Journal of Business and Management. Toronto ).
Small
business owners should note that one way to keep valuable employees is
training.
When employers invest in employees, employees return that investment with loyalty and productivity. Small-business owners who want to retain valued workers should consider employee training, according to Zig Ziglar, a motivational speaker and author. (Love,Thomas. Vol 86. 1998. Chamber of Commerce of the United States. Washington ).
When employers invest in employees, employees return that investment with loyalty and productivity. Small-business owners who want to retain valued workers should consider employee training, according to Zig Ziglar, a motivational speaker and author. (Love,Thomas. Vol 86. 1998. Chamber of Commerce of the United States. Washington ).
To survive in highly competitive business environment
organizations are focusing on capitalizing itshuman recourses. These resources
are very difficult to imitate and combination with other resources also help to gain edge over competitors. The result
shows significant positive association of both training perceptions
with affective commitment. The finding also shows significant negative association of affective commitment with employee turnover
intention. This study helps managers to understand training-attitude-organizational performance relationship.
(Ashar, Muhammad; Ghafoor, Mudasar; Munir, Easha;
Hafeez, Sadia. Vol 3.
2013. Macrothink Institute Inc. Las Vegas ).
BAB III
Analisis dan
Pembahasan
- Pro dan Kontra Metode Pelatihan yang Dilakukan Perusahaan Astra
Perusahaan Astra telah menerapkan metode pelatihan
demikian sejak perusahaan didirikan. Mengapa demikian? Dikarenakan Astra
merupakan perusahaan yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia. Seperti
perusahaan lain dari Jepang, sumber daya manusia memang menjadi fokus dan aset perusahaan. Akan tetapi,
penerapan metode pelatihan demikian tetap memicu pro dan
kontra,
baik di kalangan internal maupun eksternal perusahaan.
Sebagaimana Toyota ketika menerapkan “Toyota
Ways” di Amerika yang mendapat penolakan keras dari kalangan liberal,
penerapan metode pelatihan Astra (Astra Management Developement Training) juga mendapat penolakan ketika
diterapkan di perusahaan Astra.
Menurut penuturan Bapak Haryanto (Owner Piero) pada
kuliah umum MSDM yang dilaksanakan di Aula FEB UNS pada 31 Oktober 2014,
pada awal beliau memasuki Astra di tahun 80-an, kondisi sumber daya manusia di Astra tidak seperti
sekarang. Agenda-agenda pelatihan yang dilakukan hanya diikuti segelintir
pegawai,
dan produktifitas pegawai sangat rendah. Tetapi berdasarkan
wawancara yang kami lakukan dengan Wahyu Ari, seorang karyawan Astra pada 13 Maret 2015,
dijelaskan bahwa metode pelatihan Astra telah bekerja
dengan baik. Memberikan kenyamanan pada karyawan, mencegah turnover
dan otomatis meningkatkan produktifitas. Maka berdasarkan hal diatas,
kami merumuskan pro-kontra dari metode pelatihan ini
sebagai berikut :
A.
Setuju dengan
metode pelatihan ini
a.
Konsep dasar pelatihan ini sederhana dan mudah diterapkan
Pelatihan
ini menerapkan metode pelatihan berkelanjutan yang mengkombinasikan metode
pelatihan on the job training,
pemberian materi maupun studi kasus. Konsep berkelanjutan sebenarnya mudah
untuk diaplikasikan, akan
tetapi
kendala pada konsistensi pelaksanaan. Untuk program
pelatihan sendiri sebenarnya normatif, sesuai dengan yang ada pada teori. Mulai perencanaan
hingga evaluasi. Maka, secara
normatif dengan fokus yang cukup, metode pelatihan ini dapat diterapkan dengan mudah.
b.
Pelatihan dapat menekan angka pemberian kompensasi
materil
Berdasarkan
wawancara yang kami lakukan, Astra International
menerapkan metode pelatihan ini secara menyeluruh dalam setiap kegiatan
organisasi. Standar manajemen yang ketat dan waktu kerja yang sangat fleksibel
dihadapkan agar karyawan bisa memilih metode kerja apa yang paling cocok bagi
mereka. Akan tetapi, ketika
hasil yang diperoleh maksimal, ada kompensasi yang pantas bagi karyawan. Perbedaannya adalah,
dengan metode yang mengembangkan loyalitas seperti ini,
karyawan tidak “menuntut”, tapi “menerima” apa yang manajemen berikan. Karena
berdasar teori Hezberg, faktor
nonmateri seperti kenyamanan temapt kerja dapat menjadi kompensasi yang
meningkatkan produktifitas.
c.
Pelatihan ini meberikan dampak jangka panjang pada pertumbuhan
produktifitas yang terus-menerus
Perbedaan
sistem pelatihan yang diterapkan Astra dengan yang lain adalah Astra memberikan
pelatihan yang memicu pertumbuhan kreatifitas dan pengembangan pribadi
karyawan. Sehingga dengan karyawan yang terus berkembang, berdampak
positif pada produktifitas agregat perusahaan. Meskipun hal ini dapat dinikmati dalam
jangka waktu yang cukup lama. Tidak dapat diperoleh secara instan.
d.
Metode pelatihan ini menekan angka turnover
Pelatihan
dan pengembangan terbaik adalah dapat menumbuhkan loyalitas karyawan dan
memberikan kenyaman kerja bagi mereka. Sekali lagi berdasarkan teori Hezberg,
hal demikian dapat secara simultan menekan angka
turnover. Berdasarkan jurnal yang kami jadikan sebagai landasan teori,
di negara-negara seperti Pakistan dan Saudi Arabia,
hal ini telah terbukti. Tentunya,
Astra bisa menjadi bukti untuk cakupan Indonesia.
e.
Metode ini dapat digunakan secara fleksibel,menyesuaikan
dengan kondisi perusahaan dan masalah yang dihadapi
Astra
International
dan anak perusahaannya menerapkan metode pelatihan yang secara model berbeda,
tetapi konsepnya sama. Karena tidak mungkin perusahaan Uniter Tractors disamakan dengan Astra
Agro Lestari. Maka, konsep
pelatihan ini sangat fleksibel. Beragam jenis perusahaan dapat memakai metode pelatihan ini.
B.
Tidak setuju dengan
metode pelatihan ini
a.
Diperlukan konsentrasi dan fokus di bidang SDM yang cukup
tinggi
Tidak
semua perusahaan memiliki pandangan yang sama pada hal ini. Terkadang beberapa
perusahaan menganggap SDM bukan sebagai bagian penting dari perkembangan
perusahaan. Dikarenakan orientasi dari perusahaan pun juga tidak dapat
disamakan. Oleh karena itu, sulit bagi perusahaan yang memiliki orientasi di luar ini untuk menerapkan
metode pelatihan sebagaimana yang diterapkan Astra.
b.
Di awal penerapan angka turnover meningkat tajam, berbanding lurus dengan penolakan terhadap metode
pelatihan
Setiap
perubahan menghasilkan resistensi (Robbins,Stephen P. 2013). Begitu juga dengan
penerapan metode pelatihan ini. Di awal penerapan,
sebelum terciptanya adaptasi bagi SDM di di perusahaan,
metode pelatihan ini memicu banyak pertentangan,
bahkan karyawan mengalami penurunan produktifitas yang
cukup parah, diikuti dengan
turnover yang cukup tinggi (Haryanto, 31 Oktober 2014).
c.
Hasil tidak dapat diperoleh secara singkat
Kenyaman
kerja,
meningkatnya produktifitas yang dinikmati Wahyu Ari
sangat bertentangan dengan yang dialami Bapak Haryanto. Secara matematis diperlukan waktu hampir 20 tahun bagi Astra
International untuk dapat menikmati hasil dari pelatihan ini. Dikarenakan proses adaptasi dari sistem ini
memakan waktu yang cukup lama, serta metode dan konsep yang bertahap inilah yang menyebabkan hasil dari
pelatihan ini tidak dapat dinikmati dalam waktu yang singkat.
d.
Memicu kondisi persaingan yang tidak sehat dan meningkat nya arus
turnover
Beberapa
perusahaan terkadang tidak memiliki sistem kontrol manajemen yang baik kepada
karyawan. Sehingga muncul dua kondisi. Kondisi pertama,
demi memperoleh jabatan tertentu terkadang karyawan
menempuh segala cara guna menyenangkan jajaran manajerial. Hal ini memicu
persaingan yang tidak sehat dan dapat menjadi kontraproduktif dengan tujuan
perusahaan. Kedua, karyawan
yang telah berkemampuan memadai dapat dengan mudah meninggalkan perusahaan.
Kendala ini yang paling merugikan pada perusahaan yang fokus pada bidang
pengembangan SDM akan tetapi tidak memiliki sistem kontrol manajemen yang baik.
- Kondisi yang Memungkinkan Perusahaan untuk Melakukan Pelatihan yang Dilakukan Astra
Setelah membaca kasus dari PT Astra,
kami menyimpulkan bahwa kondisi perusahaan yang berhasil melakukan sistem
tersebut adalah :
A.
Memiliki Perencanaan yang jelas dalam menentukan arah
pengembangan perusahaan. Perencanaan
ini berguna sebagai pedoman pengembangan perusahaan. Dengan perencanaan ini,
perusahaan dapat menentukan kapan dan apa yang ingin
dilakukan. Sehingga pelatihan demikian dengan konsep yang telah dijelaskan
dapat dilaksanakan tanpa berbenturan dengan pengembangan di bidang lain.
B. Perusahan
yang mempunyai komitmen dan fokus
dalam
pengembangan SDM. Maksudnya disini adalah bahwa
perusahaan sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya yang merupakan asset
terpenting yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jika perusahaan tersebut
memiliki SDM yang berkualitas maka perusahaan dapat dengan mudah berkembang.
C. Memiliki sistem manajerial yang baik.
Mereka harus dapat mengelola semua karyawan yang dimiliki, misalnya PT Astra yang
memiliki kuang lebih 217,714 karyawan tetapi mereka dapat mengelolanya
dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat salah satu karyawa Astra sebagai
narasumber kami yang berhasil kami wawancarai mengatakan bahwa sistem
manajemen perusahaan
tesebut sangat bagus. Astra sangat memperhatikan perkembangan karyawan dan juga
perusahaannya, setiap seminggu sekali diadakan pelatihan karyawan sekaligus
pengembangan perusahaan, dan yang murni pelatihan karyawan diadakan setiap 6
bulan sekali, dan evaluasi diadakan setiap setahun sekali. Kondisi pendukung
lainnya yaitu perusahaan tersebut harus siap dari segi apapun, baik siap secara
finansial, memperisapkan trainernya dan juga siap menunjang kesejahteraan karyawan
yang mengikut pelatihan.
Secara garis besar,
perusahaan yang telah memiliki fokus SDM dan sistem
manajemen yang baik telah memiliki standarisasi pengelolaan terhadap lini yang
lain meskipun, dalam skala minimum. Maksudnya, lini produksi, finansial, dan pemasaran cukup untuk membiayai dan menyediakan
sarana dan prasarana pelatihan. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan dengan baik dasar-dasar
manajemen, dapat
menerapkan sistem pelatihan ini. Karena yang paling diperlukan adalah
perencanaan yang baik, pengkondisian
organisasi yang baik, proses
pengarahan dan sosialisasi yang baik, serta kontrol manajerial yang baik.
3. Dengan
program pelatihan yang sistematis seperti yang diterapkan Astra, apakah hal
tersebut dapat menjamin karyawan untuk tetap berada dalam perusahaan? Jelaskan
argumen Anda! Jelaskan menurut Anda jika sebuah sistem pelatihan yang bagus
tidak dapat menjamin loyalitas karyawan , apa yang dapat dilakukan oleh
perusahaan?
A.
Hasil Penelitian dalam Jurnal Internasional
The results
provide strong support for the hypothesis that is the
negative relationship between organizational commitment and turnover intention.
Employees' training is significantly correlated with
organizational commitment, turnover intentions and the commitment-turnover relationship.
(Jehanzeb, Khawaja; Rasheed, Anwar; Rasheed, Mazen F.
Vol 8. 2013. International Journal of Business and Management. Toronto ).
To survive
in highly competitive business environment organizations are focusing on
capitalizing itshuman recourses. These resources are very difficult to imitate
and combination with other resources also help to gain
edge over competitors. The result shows significant positive association of both training perceptions with affective
commitment. The finding also shows significant negative association of affective commitment with employee turnover
intention. This study helps managers to understand training-attitude-organizational performance relationship.
(Ashar, Muhammad; Ghafoor, Mudasar; Munir, Easha;
Hafeez, Sadia. Vol 3.
2013. Macrothink Institute Inc. Las Vegas ).
Small
business owners should note that one way to keep valuable employees is
training.When employers invest in employees, employees return that investment
with loyalty and productivity. Small-business owners who want to retain
valued workers should consider employee training, according to Zig Ziglar, a
motivational speaker and author.
(Love,Thomas. Vol 86. 1998.
Chamber of Commerce of the United States. Washington ).
Beberapa jurnal membuktikan, bahwa metode
pelatihan dan pengembangan dapat menurunkan tingkat turnover di kalangan karyawan,
penelitian di Pakistan menyebutkan bahwa korelasi pelatihan dan pengembangan
berbunyi “makin baik pelatihan, makin rendah tingkat turnover”. Senada dengan
pelatihan di Saudi Arabia, bedanya pelatihan
di Saudi Arabia juga menggunakan variabel kompensasi sebagai variabel yang
mendukung pelatihan dan pengembangan dalam menekan angka turnover. Sedangkan
menurut jurnal Thomas Love, dijabarkan bahwa pelatihan dan pengembangan
penting bagi perusahaan-perusahaan kecil guna memenangkan persaingan.
Hal ini dibuktikan dalam Principles of Marketing Kotler, 2012. Bahwa berbagai perusahaan kecil dapat
menjaga persaingan dengan perusahaan besar seperti Wal-Mart, Coca-cola. Bahkan
perusahaan seperti Starbucks dan Dunkin Donuts telah
sampai pada tahapan “mengkondisikan” SDM sebagaimana pasar yang diinginkan dan
tentunya hal ini menuntut loyalitas pegawai dan ternyata mereka berhasil. Oleh
karena itu, kesimpulan kami, dengan fokus pelatihan pengembangan dapat
meminimalisir dan menekan turnover, yang memberi dampak positif seperti
meningkatnya produktifitas, kemampuan menguasai pasar, dan memenuhi
kebutuhan konsumen.
B.
Program Pembantu Pelatihan dan Pengembangan
Ketika
pelatihan dan pengembangan tidak dapat meminimalisir atau justru malah
memperbesar angka turnover, maka
kami menyiapkan beberapa program yang dapat memaksimalkan
fungsi pelatihan dan pengembangan dalam meminimalisir turnover.
1.
Management Otorization System
Manajerial memiliki hak pterogatif untuk mengatur jalannya perusahaan. Seperti yang
dicontohkan di Astra, perusahaan
memiliki standarisasi tinggi dalam urusan manajerial. Sehingga,
karyawan tidak bisa seenaknya mempermainkan manajemen.
Sistem ini dapat diterjemahkan dalam beberapa sub-sistem. Yaitu;
a.
Corporation
Contract
Kontrak yang ditandatangai dan disepakatai antara
perusahaan dan karyawan. Dengan kontrak ini perusahaan memiliki bukti hitam di
atas putih dalam mempermasalahkan ketika karyawan tidak memenuhi persyaratan
yang ditetapkan perusahaan.
b.
Corporation
Loyality Day
Hari dimana keseluruhan karyawan mengungkapkan
kesetiaannya. Program ini dapat diterjemahkan dalam perayaan terhadap hari-hari
besar perusahaan. Dalam program ini karyawan seluruh lini dapat berbaur
bersama. Sehingga, dapat
terjadi banyak transformasi ide dan informasi dan mempererat kebersamaan
perusahaan.
c.
Corporation
Punishment
Sistem hukuman yang diterapkan ketika karyawan melakukan
pelanggaran-pelanggaran. Hukuman disini adalah hukuman produktif. Seperti
mengutus karyawan untuk mengerjakan tugas-tugas sulit dan lain sebagainya.
Pemberian punishment langusung di
bawah kendali manajemen.
2.
Enjoy and Do. Flexible Work!
Belajar dari
kesuksesan Microsoft dan google, penerapan sistem flextime
dan flexwork dapat meminimalisir
turnover orang-orang berbakat. Skilled
worker biasanya memiliki karakteristik dan metode kerja yang berbeda dengan
karyawan biasa. Maka, untuk
mewadahi mereka memang diperlukan beberapa kelonggaran,
karena dalam beberapa kasus,
skilled
worker meraih produktifitas maksimum
ketika bekerja pada keadaan yang “ideal” menurut mereka.
3.
Bribe Offering
To survive in highly competitive business environment
organizations are focusing on capitalizing its human
recourses. These resources are very difficult to imitate and combination with
other resources also help to gain edge over competitors. The result shows significant positive association of both training perceptions with affective
commitment. The finding also shows significant negative association of affective commitment with employee turnover
intention. This study helps managers to understand training-attitude-organizational performance relationship.
(Ashar, Muhammad; Ghafoor, Mudasar; Munir, Easha; Hafeez,
Sadia. Vol 3.
2013. Macrothink Institute Inc. Las Vegas ).
Pemberian
kompensasi yang sesuai menjadi jalan terakhir. Oleh karena itu, metode kompensasi
perlu dicari yang terbaik baik dari sisi karyawan maupun perusahaan. Untuk
kompensasi ini akan dijelaskan lebih lanjut oleh penyaji pada pekan yang lain.
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem pelatihan dan pengembangan yang
dilakukan PT Astra berdampak positif terhadap karyawan karena dapat
meningkatkan produktifitas kinerja mereka. Karyawan bahkan diwajibkan mengikuti
pelatihan dan pengembangan yang dilakukan perusahaan Astra. Pelatihan dan pengembangan tersebut dilakukan
secara bertahap tergantung jabatan karyawan tersebut. Untuk pengembangan
perusahaan dilakukan seminggu sekali sedangkan khusus untuk pelatihan karyawan
dilakukan 6 bulan sekali dan evaluasi setahun sekali. Pelatihan tersebut dibuat
senyaman mungkin sehingga karyawan menikmati program tersebut dengan senang
hati.
Program pelatihan ini dapat berjalan
lancar didukung dengan system manajerial yang baik dan juga komitmen perusahaan
tentang pentingnya sumber daya manusia bagi perusahaan. Kondisi perusahaan yang
telah siap semuanya baik kondisi finansial, lini produktifitas dan pemasaran juga mendukung keberasilan dari program
ini. Dengan keberhasilan program yang diterapkan maka akan menekan turnover
dari perusahaan. Hal ini berdampak positif terhadap perkembangan perusahaan.
Saran
Menurut
kelompok kami program ini sangat bagus untuk diterapkan. Untuk perusahaan yang
sudah mempunyai kesiapan seperti Astra sebaiknya dapat menggunakan program
pelatihan ini karena program ini berdampak jangka panjang yang baik untuk
perusahaan. Perusahaan lain juga dapat mencontoh Astra yang sangat
memperhatikan karyawannya bahkan sampai memberi berbagai macam tunjangan
seperti pegawai negeri. Program ini dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi
sesuai dengan target yang ditentukan untuk perkembangan perusahaan.
Daftar Pustaka
1.
ASHAR, Muhammad; GHAFOOR, Mudasar; MUNIR, Easha; HAFEEZ, Sadia. The Impact of Perceptions of
Training on Employee Commitment and Turnover Intention: Evidence from Pakistan. International
Journal of Human Resource Studies, 2013, 3.01
2. DESSLER, Gary. Human Resources
Management. Prentice
Hall , 2006.
3. JEHANZEB, Khawaja; RASHEED, Anwar; RASHEED, Mazen F. Organizational Commitment and Turnover Intentions: Impact of
Employee's Training in Private Sector
of Saudi Arabia. International Journal of Business and Management, 2013, 8.08
of Saudi Arabia. International Journal of Business and Management, 2013, 8.08
4. KOTLER,Phillip;
Amstrong. Principles of Marketing. Pearson , 2012.
5. LOVE, Thomas. Training can reduce employee turnover. Nation's Business, 1998, 86.08
6.
ROBBINS, Stephen P. Organizational Behavior. Prentice
Hall , 2013.
Situs Web
4. https://www.scribd.com/doc/216817695/Definisi-Turnover-Intentions diakses pada 14 Mar. 15 pukul 20.34
No comments:
Post a Comment