Sumber : google.com |
Ramadhan dan Keteladanan
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam
Alhamdulillah kita melaksanakan
ibadah pada bulan ramadhan di Indonesia. Kalimat ini menarik karena jika
melihat waktu berpuasa di negara tropis, Indonesia misalnya. Tidak peduli musim
apapun, baik itu kemarau atau hujan, waktu berpuasa di negara tersebut
seringkali tidak berubah, dari pukul 04.00-18.00. Menilik cerita Andrea Hirata
dalam buku Edensor, saat dia sedang berjuang melakukan ujian tesis. Ujian tesis
yang kebetulan dilaksanakan saat bulan ramadhan ini dilaksanakan pukul 18.00,
saat itu musim panas dan pukul 18.00 masih belum ada tanda-tanda matahari akan
tenggelam. Sungguh bukan hal yang mudah, meskipun di belahan bumi selatan
mungkin memiliki waktu puasa lebih cepat.
Beruntung kita bisa menjalani bulan
ramadhan di Indonesia. Ketika iklan produk sirup berseri sudah tayang di televise,
kita sudah diingatkan untuk segera bersiap menyongsong ramadhan. Saat ramadhan
pun tidak kalah menyenangkan, jejeran makanan khas dan unik tersaji di
pasar-pasar ramadhan, benar-benar menggugah semangat untuk melanjutkan ibadah
puasa keesokan harinya. Selain itu, pada waktu sahur kita diingatkan oleh
sekelompok anak-anak muda dengan kentongan, gallon bahkan beduk. Menggugah kita
dari tidur lelap untuk segera bersahur.
Sedangkan cerita seorang teman yang
pernah mengadvokasi tenaga kerja Indonesia di Hongkong, ramadhan menjadi
tantangan tersendiri. Aturan lokal dimana majikan dilarang membiarkan tenaga
kerja kelaparan membuat ibadah puasa ramadhan menjadi tantangan yang sukar
dipenuhi. Tidak ada izin untuk bersahur, bersama penghuni rumah harus sarapan,
untuk memastikan di hari itu tidak ada yang berpuasa. Shalat tarawih pun harus
dilaksanakan ditengah sunyi dan gelap malam, bukan di masjid, tetapi di toilet
atau di bilik-bilik sempit di rumah majikan.
Bersyukur kita bisa ber-ramadhan di
Indonesia. Hiburan saat ramadhan berlimpah ruah, bahkan terkadang dilakukan
usaha-usaha meniru semangat para pejuang Badar. Meriam bambu,perang sarung,
hingga kembang api membanjiri pasar saat ramadhan. Kemeriahannya setara dengan
tahun baru di negara-negara asing. Jika pada malam selepas tarawih terdengar
bunyi dentuman, bisa dipastikan itu salah satu dari kembang api tadi. Jika dentuman
tadi seperti suara ledakan kecil, dipastikan suara itu datang dari petasan,
adik dari kembang api.
Sedangkan di berbagai tempat, Iraq,
Suriah dan Palestina misalnya. Suara dentuman bisa berarti siulan izrail. “Hari
ini kamu akan mati bro” mungkin begitu bunyinya. Petasan roket yang kita
mainkan dengan ceria disini, di tempat-tempat tadi berganti menjadi roket
jelajah jarak jauh dengan daya ledak bisa meremukkan satu kota. Bunyi ledakan
kecil seperti petasan disana, bisa jadi turut mengantarkan proyektil berupa
peluru tajam. Luar biasa.
Tetapi, entah kenapa saat 1
ramadhan datang menghampiri, seluruh ummat muslim sedunia berlomba-lomba
menjadi orang baik. Tidak peduli mereka harus berpuasa lebih dari 16 jam,
berpuasa secara sembunyi-sembunyi atau berpuasa sambil merunduk menghindari
ledakan dan peluru. Semua serempak beribadah, memberikan amal terbaik untuk
dipamerkan kepada Allah SWT kelak di akhirat. Muda, tua, kaya, miskin, semua
memberikan yang terbaik, selama satu bulan berlomba menjadi hamba Allah yang
beriman.
Semua dikarenakan sebuah perintah
sederhana, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al Baqarah: 183). Perintah umum mencakup seluruh ummat islam yang sudah
mencapai drajat mukallaf untuk
dibebankan kewajiban berpuasa. Perintah wajib ini berlaku umum, maka, sebagai
wujud keta’atan kepada Allah dan rasul, serta usaha mencapai derajat muttaqqin (bertakwa), ummat islam
berlomba-lomba memenuhi kewajiban ini.
Maka dari dasar perintah
melaksanakan ibadah puasa, bisa disimpulkan bahwa ibadah ini bersifat kolektif.
Dimana kewajiban melaksanakannya pun komunal,seluruh komunitas muslim di dunia
dimanapun dia berada wajib melaksanakan ibadah puasa, dan dianjurkan
menjalankan ibadah-ibadah lain pendukung ibadah puasa ramadhan. Bayangkan,
komunitas besar beranggotakan 1.6 Milyard orang bersama-sama berlomba menjadi
orang shalih dan dilaksanakan penuh selama 1 bulan.
Pertanyaan yang muncul adalah,
bagaimana hasil maksimal dari ramadhan, menjadi orang bertakwa, bisa diperoleh?
Penjabaran dari kondisi dan tantangan menjalankan ibadah ramadhan di berbagai
belahan bumi menjadi jawabannya. Sifat ibadah-ibadah pada bulan ramadhan yang
komunal, menjadi jawaban. Gelar “muttaqqin” tentu memiliki tantangan berat
untuk dapat memprolehnya, namun pada saat bulan ramadhan kita bisa “meringankan”
tantangan tersebut dengan menerapkan “keteladanan”.
Menjalankan berbagai ibadah di
bulan ramadhan di tempat-tempat mayoritas non-muslim jelas lebih berat
dibandingkan dengan di tempat mayoritas muslim. Tetapi, menjalankan ibadah di
bulan ramadhan pada tempat-tempat mayoritas muslim akan terasa lebih berat jika
sesame muslim tidak menjalankan ibadah tersebut.
Maksud dari dua kalimat diatas,
menunjukkan peran vital bagaimana seharusnya kita berbuat pada saat bulan
ramadhan. Berbicara kesuksesan dari ramadhan, maka baiknya seluruh anggota lingkungan
kita menjalankan ibadah-ibadah tersebut semaksimal mungkin. Apalagi, jika kita
berada di negara mayoritas muslim. Beberapa kelompok muslim saja, tidak
menjalankan ibadah tersebut, puasa misalkan, bisa jadi mempengaruhi semangat
anggota kelompok lain dalam beribadah.
Sumber : https://soniazone.files.wordpress.com/ |
Ambil contoh dalam satu keluarga,
sang bapak tidak berpuasa. Maka cukup sulit membayangkan anak-anak dan istrinya
bisa menjalankan ibadah puasa. Misalkan lagi dalam satu kelurahan ada
sekelompok masyarakat, mereka muslim, menggelar pesta makan-makan di siang
hari. Tentu akan menjadi kendala tersendiri bagi kelompok masyarakat lain untuk
meneruskan ibadah puasanya.
Coba contoh negatif diatas, kita
ubah menjadi seperti ini. Seorang kepala keluarga berpuasa penuh dan rutin
mengajak keluarganya ke masjid untuk sholat tarawih. Tentu, istri dan
anak-anaknya akan berusaha memenuhi dan mencontoh ajakan sang bapak selaku
kepala keluarga. Misalkan acara makan-makan masyarakat di kelurahan X diganti
menjadi agenda buka bersama dan pemberian santunan kepada anak yatim. Jangankan
yang berpuasa, yang tidak berpuasa pun akan menahan diri makan di siang hari,
agar bisa terlihat “pantas” saat agenda berbuka bersama nanti.
Disinilah bagaimana ibadah kolektif
ini mendidik penganutnya untuk menjadi pribadi yang toleran. Tidak hanya
menuntut hak-hak nya dipenuhi, namun memikirkan apakah pemenuhan hak-hak nya
menganggu kepentingan orang lain atau tidak. Disinilah Allah SWT membicarakan
urgensi keteladanan untuk dapat secara nyata, memberikan dampak berupa
perbaikan di masyarakat. Dan pada bulan ramadhan, aspek keteladanan ini
berdampak langsung kepada kualitas ibadah ummat muslim, secara kolektif pula.
Jika kita menganggap bulan ramadhan
sebagai madrasah akbar untuk membentuk pribadi berkualitas, maka keteladanan
menjadi cara terbaik untuk mendidik diri dan keluarga selama berada di madrasah
ini. Dengan demikian, selama satu bulan orang-orang akan melihat kedalam
dirinya, berusaha memberikan contoh terbaik kepada diri sendiri dan lingkungan.
Contoh terbaik baik berupa ibadah maupun ‘amal-‘amal yang lain. Maka selagi masih
ada waktu, segera bersama-sama memaksimalkan semua amal yang mungkin
dilaksanakan selama bulan ramadhan. ‘Itikaf kolektif, khataman Al-Qur’an,
sholat tarawih, dan sholat-sholat wajib menjadi sarana bagaimana ramadhan
mendidik ummat islam secara komunal, untuk dapat menjadi tauladan bagi diri dan
lingkungannya. Tentu, ibadah-ibadah tadi lebih menyenangkan jika dilaksanakan
secara bersama-sama.
Dengan penjabaran diatas, maka
sesungguhnya produk budaya seperti warteg ber-gorden, adalah salah satu wujud
toleransi sesungguhnya. Toleransi yang memang bertujuan membantu keberhasilan
ibadah komunitas muslim, di negara mayoritas muslim. Berbicara ibadah ramadhan
tidak berbicara kekuatan iman masing-masing individu. Tetapi, semua ini
berbicara tentang bagaimana ummat islam mendidik diri dan komunitasnya untuk
dapat menjadi tauladan.
Sumber : http://cdn2.tstatic.net/suryamalang/foto/bank/images/layang-layang-di-bristol_20160509_103041.jpg |
Memang betul pahala dari puasa,
Allah SWT-lah yang kelak akan menilai. Namun jika kita semua bersepakat
ramadhan adalah madrasah perbaikan, maka kita berbicara gambaran umum para
lulusannya. Kita tidak berbicara soal 1 atau 2 orang yang “kelihatannya”
muttaqqin, tidak, muttaqqin atau tidak-nya hamba itu urusan Allah. Tapi kita
berbicara, bagaimana 1.6 Milyard muslim, memberikan kebaikan positif secara
sosial, melalui keluhuran ahlak, ketulusan budi, dan totalitas pengabdian dalam
lingkup beribadah kepada Allah SWT. Kesemuanya Allah SWT didik, dengan
ibadah-ibadah mulia di bulan ramadhan.
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini
https://www.selasar.com/jurnal/36090/Ramadhan-dan-Keteladanan
Untuk artikel menarik lainnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/ramadhan-dan-kesejahteraan-sosial.html
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini
https://www.selasar.com/jurnal/36090/Ramadhan-dan-Keteladanan
Untuk artikel menarik lainnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/ramadhan-dan-kesejahteraan-sosial.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/menemukan-kembali-islam-indonesia.html
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment