Mempersiapkan Sistim Keuangan Ritel Modern
Oleh :
Muhammad Abdullah ‘Azzam
Penyiapan Sistem Keuangan
Sistem keuangan,
seringkali menjadi kendala tersendiri dan pemakluman jika sebuah bisnis
mengalami kegagalan. Sering juga menjadi penyebab sebuah bisnis harus berurusan
dengan lembaga seperti Ditjen Pajad, BPK bahkan KPK. Menjadi glass ceiling bagi kalangan pebisnis
pemula jika berbicara soal proyeksi bisnis kedepan. Terakhir, masalah keungan
sering membuat pengusaha dibuat pusing, memang betul urusan keuangan memiliki
porsi tersendiri dalam bisnis, namun, tidak selayaknya membuat bisnis terhambat
berkembang.
Urusan keuangan
setiap tahun meminta kebutuhan tidak sedikit atas akuntan dan auditor. Baik perusahaan
besar, menengah dan instansi-instansi pemerintah. Berbagai transaksi bisnis
yang curang dan tidak adil sering dlilandasi oleh motivasi ini. Program kredit
dan pinjaman dari bank dimotovasi dari kondisi keuangan sekitarnya. Bahkan,
belakangan ini setiap negara didunia kesejahteraannya diukur dari sebaik apa
negara-negara tersebut dapat mengelola uanganya. Diambil contoh, isu kegagalan
kredit property di Amerika Serikat pada 2008 imbasnya hingga negara mematikan
seluruh operasional pelayanan publik.\
Penulis
memang bukan ahli di bidang ini, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya
tentang menyiapkan sumber daya manusia ritel modern, penulis menekuni bidang
sumber daya manusia. Tetapi, sedikit banyak penulis mengetahui rambu-rambu pada
bidang ini. Baik itu rambu merah, hijau ataupun kuning, karena, jika sekali
saja pebisnis terutama dalam urusan ritel menabrak rambu merah keuangan,
urusannya bisa panjang. Maka, inilah tips-tips bagaimana memulai mengelola
keuangan untuk bisnis ritel modern.
1
Jangan
pernah sekalipun mencampurkan uang pribadi dengan uang perusahaan
Rambu-rambu pertama adalah ini, dan jujur, rambu-rambu ini
seharusnya dipatuhi dan tidak dilanggar sampai kapanpun. Banyak kasus uang perusahaan
dilarikan secara tidak bertanggung jawab disebabkan karena uang perusahaan
turut digunakan dalam urusan pribadi. Mencampurkan uang perusahaan dengan uang
pribadi juga memudahkan lembaga negara bagian keuangan seperti BPK dan KPK
untuk mengendus dan menemukan berbagai bukti transaksi tidak wajar. Terakhir,
dengan mencampurkan kedua jenis uang tadi, bisa menjadi isyarat anda akan
kesulitan membangun kembali bisnis anda jika terjadi sesuatu.
Sekitar 3 tahun lalu, penulis selama setengah tahun pernah
terlibat dalam bisnis sepatu. Saat itu masih semester 3 atau 4, penulis
menyuplai sepatu dari semarang yang tentunya produk bermerek kepada kalangan
mahasiswa di Surakarta. Dimodali sejumlah 400.000 oleh ayah, penulis mampu menumbuhkan
bisnis hingga mencapi omzet 1.500.000/bulan, jumlah cukup besar untuk bisnis
fashion pemula. Tetapi, sebuah kebiasaan penulis lakukan dan menimbulkan
masalah, penulis menggunakan uang hasil berbisnis (modalnya) sebagai uang untuk
menambal berbagai kebutuhan. Hingga akhirnya, laba bersih 1.400.000 yang
rencananya akan penulis gunakan untuk ekspansi menguap begitu saja, dan tentu,
penulis sudah malas untuk memulai kembali bisnis sepatu tadi hingga sekarang.
Pengalaman diatas ditambah pesan dari berbagai pebisnis dalam
pengalaman penulis memberikan satu kesimpulan. Hendaknya anda memasukkan nilai
kerja dan tenaga anda dalam mengelola keuangan perusahaan. Lebih khususnya
untuk usaha ritel modern, sangat baik jika sejak awal anda mampu mendefinisikan
seberapa besar keuntungan yang anda inginkan dari sejumlah uang yang anda
investasikan. Atau, seberapa besar persentase pembagian pendapatan dari posisi
anda sebagai tataran manajer. Dengan demikian, keseluruhan modal awal tadi
semenjak awal telah jelas imbal balik sejumlah dan berupa apa.
Semart dalam hal ini memutuskan bahwa proyeksi pengembalian
modal dari investor adalah 15% setiap tahun dari jumlah modal yang
diinvestasikan. Sedangkan untuk jajaran manajer akan memperoleh 25% dari
keseluruhan pendapatan Semart setiap bulan. Memang hal diatas belum kami
detailkan sebagaimana mestinya, namun untuk tahap awal hingga bisnis berjalan
hal diatas cukup untuk memproyeksi pengeluaran dan pendapatan bisnis pada
tahun-tahun pertama. Selain itu, proyeksi penjualan dan program-program lain
pendukung penjualan bisa disesuaikan dengan kepuasan dari jajaran manajer,
sebagai tim pertama pembangunan bisnis.
2.
Sistem akuntansi?
Banyak pebisnis pemula terjebak dalam urusan akuntansi. Sering
mereka khawatir melangkan lebih jauh karena belum mampu melakukan proses
akuntansi terhadap bisnis mereka sendiri. Namun, berdasarkan pengalaman penulis
saat berjualan sepatu ataupun membuat konsep Semart, kami semua menyepakati
bahwa akuntansi memang penting, tapi pada saat memulai bisnis belum saatnya
mengkhawatirkan akuntansi. Mengapa demikian?
Pertama, pada proses awal bisnis keseluruhan sumber daya
modal kita akan langsung berada di posisi debit. Alias,semua uang kita akan
dihabiskan untuk mempersiapkan segala macam hal seperti membangun toko dan
sejenisnya. Kecuali hanya 10% yang memang lumrah kita cadangkan untuk
mengantisipasi berbagai macam hal yang tidak diinginkan. Meskipun jumlah uang
di awal besar, namun semuanya bisa dengan mudah diprediksi lari kemana dan
digunakan untuk apa. Selain itu, karena pemegang uang pun belum banyak
(biasanya hanya pemilik, investor, dan jajaran manajerial) lebih mudah
mengidentifikasi siapa-siapa yang memegang uang.
Maka, pada tahap awal memulai bisnis hendaknya disipakan saja
sistematika pencatatan pengeluaran dan pendapatan, serta identitas penanggung
jawab uang-uang tadi. Karena pada tahap awal sampai toko berdiri dan beroperasi
tentu belum memungkinkan jika kita sudah repot-repot menghitung depresiasi dan
sejenisnya. Baru, setelah toko mulai beroperasi mulai disiapkan sistem
akuntansi yang lebih terstandar. Caranya bisa memanfaatkan akuntan publik atau
merekrut lulusan akuntansi menjadi staff bagian keuangan. Karena, bagian
keuangan tidak melulu soal akuntansi, tapi lebih fokus kepada urusan di poin
ketiga.
3.
Proyeksi,
ruh dari keungan dalam ritel modern
Bisnis ritel modern sangat dipengaruhi oleh tren pasar dan
permintaan konsumen. Maka kemampuan memprediksi dan membuat proyeksi terutama
di bidang keuangan harus menjadi perhatian esensial dalam berbisnis. Proyeksi sangat
menentukan keberjalanan bisnis karena secara langsung berdampak kepada berbagai
urusan seperti penyediaan produk, program-program promosi, dan bagaimana modal
bisa diambil oleh pemilik atau investor.
Dalam melakukan proyeksi, sebagai pebisnis pemula memang
cukup sulit karena seringkali kita belum mengetahui peta bisnis sebuah industry
ritel modern. Disinilah peran konsultasi dan pengumpulan data bermain. Usahakan
pada tahap awal membangun bisnis, kita memiliki sumber informasi dari ahli
tertentu agar tidak salah dalam membuat proyeksi keuangan. Selain itu, data
dari lapangan sangat bagus jika bisa kita proleh secara ideal.
Penulis dan tim Semart sangat terbantu karena saat
mempersiapkan proyeksi keuangan kami memperoleh banyak ilmu dari seorang
manajer minimarket di Kota Magelang, relasi manajer keuangan Semart. Bagaimana tingkah
laku produk saat proses penjualan, berapa rata-rata marjin pendapatan dari
masing-masing produk hingga penanganan jika terjadi masalah terutama pada
produk unggulan (akan kami bahas pada bagian Sistem Operasi RItel Modern) kami
peroleh dari beliau. Sedikit banyak, proyeksi kami saat itu sudah hampir
mendekati kondisi riil pasar.
Tentu, dalam berkonsultasi apalagi jika berdasarkan pada
hubungan “teman” akan ada banyak hal yang ditutupi oleh konsultan. Tetapi setidaknya
informasi awal tadi cukup untuk mulai membuat proyeksi bisnis, setidaknya
pantas jika disajikan didepan calon investor. Karena, jika tidak melakukan
proses itu dan hanya melakukan proyeksi berdasarkan imajinasi akan banyak titik
poin yang “tidak masuk akal” jika disampaikan didepan investor. Misalkan,
pendapatan dari parkir memang tinggi, namun, asumsi ini berlaku jika kita
mengetahui seberapa banyak pengunjung biasanya datang untuk kategori ritel
modern tertentu. Tidak mungkin kan jika diawal pembukaan ritel kita langsung
menetapkan tariff parkir sejumlah sekian ribu dan sejenisnya.
Untuk semakin meyakinkan investor dengan proyeksi bisnis
kita, tentu diperlukan berbagai data-data yang berkaitan langsung dengan
operasional bisnis kita. Data-data tersebut ialah :
a. Jumlah
penduduk wilayah tertentu
b. Pendapatan per-kapita
penduduk
c. Jumlah wajar
kunjungan ritel sejenis di wilayah tersebut
d. Harga
produk di usaha ritel sekitar wilayah tersebut
e. Potensi kunjungan
(bisa menggunakan data kepadatan lalulintas)
f.
Komposisi penduduk di suatu wilayah
g. Data-data
lain jika diperlukan
Data a sampai f adalah data yang digunakan Semart saat
memproyeksi bisnis kami di wilayah Hotel Lodji, Balapan, Surakarta. Dengan data-data
tadi, Semart menjamin bisa memperoleh break even point pada tahun ketiga dengan
proyeksi pendapatan belasan juta perbulan, sudah dipotong operasional dan
sejenisnya. Dengan data demikian dan proyeksi demikian, ketika kami
mempresentasikan didepan calon investor tentu akan terlihat “sebagaimana
mestinya”.
Tips, nilai besar dan Break Even Point (BEP) cepat memang
menggoda. Tetapi, bisnis juga realistis apalagi jika berbicara retail modern. Maka,
usahakan jangan tertipu dengan nilai-nilai besar, karena bisa jadi nilai besar
tadi adalah pendapatan bisnis kita setelah sekian tahun lamanya. Jangan terpengaruh
dengan BEP cepat, karena bisa jadi mengejar BEP kita harus mengorbankan banyak
hal yang lebih penting dari sekadar BEP.
Demikianlah
rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan sistem keuangan saat
akan memulai ritel modern. Jangan berpikir terlalu sukar, karena bisa jadi yang
kita hadapi lebih mudah daripada itu. Jangan berpikir terlalu muluk karena pada
dasarnya keuangan juga merupakan proses. Jangan menipu dan kebanyakan
berkhayal, karena sampai lebaran monyet juga uang 100.000 tetap akan tertulis
sejumlah demikian di mata uang yang berlaku. Jujur, jangan mencampur-aduk harta
pribadi dengan perusahaan, dan dukung semua rencana dan proyeksi menggunakan
data dan pengalaman dari para ahli. Itulah seni mengelola keungan, khususnya di
bidang ritel modern
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini
https://www.selasar.com/jurnal/35716/Mempersiapkan-Sistem-Keuangan-Ritel-Modern
Untuk seri sebelumnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/ritel-modern-mempersiapkan-sumber-daya.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/04/ritel-modern-mempersiapkan-empat-pilar.html
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini
https://www.selasar.com/jurnal/35716/Mempersiapkan-Sistem-Keuangan-Ritel-Modern
Untuk seri sebelumnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/ritel-modern-mempersiapkan-sumber-daya.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/04/ritel-modern-mempersiapkan-empat-pilar.html
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment