Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Monday, March 20, 2017

Dilihat Manusia



Dilihat Manusia
Sebuah Catatan dari Orang-orang Luar Biasa
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam

Masih dalam kondisi yang sama, saya memang masih belum bisa berjalan normal sebagaimana orang lain, namun Alhamdulillah sedikit demi sedikit saya bisa lepas dari alat bantu jalan seperti kruk dan walker. Pelan-pelan juga mulai bisa duduk sebagaimana yang lain, dan Alhamdulillah saya sudah mampu mengeluarkan hadats sebagaimana orang lain. Intinya Alhamdulillah, meskipun belum bisa jadi aktivis utuh, namun dengan kemudahan teknologi dan sebagainya sudah ada hal-hal yang bisa pelan-pelan saya lakukan. Terima kasih atas doa dari orang-orang sekalian, yang mungkin membaca tulisan saya yang kemarin, 30 Hari.
Kali ini saya tidak akan menulis cerita tentang saya, namun orang-orang di sekitar saya yang saya temui di perjalanan “diam” saya. Mereka adalah manusia yang semoga Tuhan berikan kebaikan dalam kehidupan mereka. Mereka adalah manusia luar biasa, yang mampu menepis keinginan besar untuk “dilihat” dan “dipuji” manusia. Senantiasa memperbaiki diri dan baik keada sesama, dan senantiasa melakukan yang terbaik demi kebaikan orang disekitarnya.

Dekat Dengan Al-Qur’an dan Sebuah Keta’atan
Dalam hari hari tertentu, saya melaksanakan terapi avasin di rumah seorang warga Semarang. Rumah tersebut luar biasa karena saya menggaransi koleksi buku yang ada di rumah tersebut berkali lipat lebih banyak dari yang dimiliki perpustakaan masjid kampus saya. Berbagai koleksi dari kitab-kitab berbahasa arab hingga ensiklopedia berbagai judul terpampang disana, termasuk kitab sejarah peradaban-peradaban besar dunia. Rumah yang luar biasa, dari penampakan luar kita bisa paham betul keluarga yang tinggal di dalamnya adalah keluarga terpelajar.
Pada suatu saat, saya berkesempatan untuk berjumpa dengan pemilik rumah yang menurut kabar yang saya dengan juga tengah mengalami sakit. Sayapun berkunjung dan masuk ke bagian dalam rumah tersebut. Pemandangan pertama adalah sebuah kursi roda yang terletak di sebuah kamar. Ada apa gerangan dengan kursi roda tersebut? Karena seingat saya, meskipun pemilik rumah ini sakit, beliau masih sanggup berjalan dan mengisi berbagai pengajian di rumahnya. Ketika saya mengucap salam, terlihat sang pemilik rumah di dalam kamar, tengah duduk, didepannya terpampang sebuah Al-qur’an yang sepertinya baru saja beliau baca. Diluar, istri beliau bercakap dengan ummi saya.
Percakapan kami pun mengalir, bayangkan, sesame orang sakit saling berkunjung, apa yang kira-kira mereka bicarakan?. Saya tertarik dengan beberapa perban yang tertempel di lengan beliau, dan beliau bercerita, kelak perban-perban tersebut akan menjadi tempat dialirkannya darah segar saat beliau cuci darah. Dalam hati, meskipun saya belum bisa berjalan normal, saya bersyukur vena saya tidak perlu diobok-obok semacam itu. Percakapan tersebut berlangsung lama, dan kami berdua saling mendoakan untuk kesembuhan kami.
Adzan isya mengiringi ucapan salam antara saya dan beliau, serta ummi saya dengan istri beliau. Dalam perjalanan selepas terapi, saya bertanya, kenapa kok ada kursi roda di rumah tersebut? Ummi menjawab, disana ada saudara kandung sang pemilik rumah yang turut dirawat karena sebuah penyakit. Dirawat disana karena tidak ada family lain yang mampu merawat beliau. Saya hanya temenung, dan tersenyum perlahan. Apakah manusia mampu melihat-nya? Bahwa Allah memuliakan pemilik rumah, dengan indahnya qur’an, dan kasih sayang yang terwujud dari sebuah keta’tan.
Menyelamatkan Manusia dengan Senyum
Dalam perjalanan saya menjalani hidup bebas kerjaan ini, saya diberi kesempatan untuk bertemu orang-orang hebat di bidang medis, dimana mereka semua yang saya temui, kebetulan hampir semuanya senantiasa tersenyum dihadapan pasien mereka, bahkan tidak jarang melucu untuk dapat menghibur dan memberikan motivasi kepada para pasien tersebut. Dalam sebuah proses penanganan medis, kita betul-betul mengetahui bahwa yang terlibat didalamnya hanya para pasien dengan paramedic, dan disaksikan oleh Tuhan, dan perilaku paramedic sangat menentukan nasib seorang pasien.
Saya sempat tertawa miris saat mendengar ada kasus seorang dokter bedah justru malah melecehkan pasien yang tengah dirawatnya, atau paramedic lain yang entah kemasukan setan darimana yang justru dia berhubungan badan dengan seorang mayat. Maka, bisa dikatakan, mereka adalah manusia yang diberikan Tuhan kesempatan untuk menyelamatkan atau semakin menghancurkan kehidupan seseorang. Saya bersyukur, mereka yang saya temui sepanjang usaha penyembuhan saya adalah para ahli medis yang menggunakan senyum untuk menyelamatkan manusia.
Para dokter terapi avasin saya yang senantiasa berkomunikasi dan menghadirkan gelak tawa, ditengah terapi yang memang menyakitkan. Dokter-dokter spesialis baik syaraf maupun penyakit dalam yang bahkan mampu menenangkan seorang kakek yang mengalami gangguan di jantung dan paru-parunya. Dokter spesialis THT yang dengan senyum dan keramahannya bisa dengan mudahnya menghilangkan trauma individu akan rumah sakit. Hingga para perawat baik yang menerima dan melayani pasien nya dengan senyum dan semangat, sehingga pasien tersebut merasa nyaman, merasa tenang meskipun tengah mengalami penyakit yang tidak bisa dikatakan ringan.
Saya sendiri? Saya hanyalah seorang pemuda yang diminta untuk bersabar dengan belum bisa berjalan. Saya seolah seperti seseorang yang beruntung, karena dalam proses penyembuhan ini saya senantiasa dikelilingi oleh orang-oang luar biasa baik, dimana kesan pertamanya adalah, mereka semua menyelamatkan manusia dengan senyum. Atau, senyum mereka lah yang membantu menyelamatkan hidup manusia.
Kalian adalah Rekan Terbaik
Saya tertawa ketika seorang rekan meminta maaf karena belum bisa bekerja maksimal dalam menjalankan sebuah amanah. Dalam proses penyembuhan ini, saya memang meninggalkan sangat banyak amanah di kampus, termasuk amanah akademik seperti skripsi. Namun, saya  sangat bersyukur, Allah menghadirkan sahabat luar biasa disekitar saya , dengan mudahnya mereka menerima dan menjalankan amanah-amanah yang saya memang belum bisa selesaikan.
Meskipun kondisi yang serba terbatas seperti ini beberapa amanah bisa bersama kami selesaikan, baik itu proses pembentukan forum alumni, hingga pembentukan sebuah lembaga fakultas. Tidak ada kata yang bisa saya ungkapkan selain bersyukur, karena jika kita berbicara soal siapakah beban dalam proses amanah tersebut, saya menganggap sayalah bebannya, karena saya sendiri belum bisa melakukan sesuatu sebagaimana mestinya.
Maka, bagi mereka yang menganggap mereka belum bisa melakukan yang terbaik, inilah jawaban saya. Tahukah, saya sangat bersyukur kepada Allah, karena telah dipertemukan dengan rekan-rekan terbaik seperti kalian. Rekan terbaik yang semoga, Allah SWT mempertemukan kita di surge-surga Allah.
Kawan..
Kepada siapapun yang berada dalam kondisi tidak beruntung, sedang ditimpa ujian yang berat, bersabar dan berdoalah, serta berusaha. Karena saya yakin Allah menyiapkan malaikat-malaikat tanpa sayap disekeliling kita. Mereka adalah manusia biasa dengan kaki tangan yang sama kita miliki, namun hati dan keimanan serta dukungan mereka kepada kita semua adalah berkah yang tidak terkira. Bagi siapapun yang merasa khawatir dengan kesembuhan dan aktifitas duniawi, ingatlah bahwa senantiasa ada individu terbaik yang Allah berikan kepada kita untuk memudahkan urusan kita.
Namun kawan, janganlah kamu lupakan mereka yang memberikan kebaikan ditengah ketidakmampuanmu untuk berbuat sesuatu. Ukir kebaikan-kebaikan mereka, nama-nama mereka jauh didalam hatimu. Abadikan mereka dalam pikiran dan karya-karyamu. Dan angkatlah derajat mereka dengan doa-doa yang kamu ucapkan, disampin doamu untuk kesembuhan penyakitmu. Allah menyukai orang-orang yang mendoakan saudaranya tanpa saudaranya tahu, dan Allah menyukai orang yang pandai dan tahu membalas budi, saling menyayangi, dan saling menasehati.
Untuk mereka yang berada disana, saya hanya bisa mendoakan, semoga keberkahan Tuhan senantiasa menaungi keluarga dan diri beliau-beliau ini.
Wallahu ‘Alam


No comments:

Post a Comment