Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Wednesday, June 10, 2015

Manusia Tanah Belanda, Generasi Merkantilis Terkuat





MANUSIA TANAH BELANDA
GENERASI MERKANTILIS TERKUAT

Ada yang menarik dengan kompetisi mengenal Belanda ini. Adalah bagaimana peserta diminta untuk mendeskripsikan sebuah negara nun jauh disana, yang kadang beberapa peserta mungkin hanya mengenal lewat foto-foto di internet atau melalui buku-buku. Saya pribadi mengenal Belanda melalui mata pelajaran yang paling tidak disukai siswa Indonesia, karena menjemukan, panjang dan terlalu banyak hafalannya. Terutama tanggal, tahun, dan peristiwa serta tokohnya, yaitu buku- buku sejarah. Buku sejarah sangat menarik menurut saya. Bagaimana diceritakan kejatuhan sebuah bangsa, kejayaan suatu bangsa. Bagaimana mereka berinteraksi, bagaimana mereka mengaplikasikan teknologi. Bagaimana sebuah pertempuran merubah nasib suatu bangsa, bagaimana selembar kertas dapat menentukan apakah suatu bangsa merdeka atau tidak. Saat membaca buku itulah, saya mengenal, Belanda adalah sebuah bangsa yang “menghapus” kejayaan nenek moyang bagsa saya, Indonesia.
Dengan 4 atau 5 kapal jenis caravel, Cornlis De Houtman dengan sekian ratus anak buahnya membawa sebuah petaka bagi sebuah bangsa besar di asia tenggara. Proses kolonisasi selama 350 menjadi cerita tersendiri, entah luka lama, atau pelecut semangat bagi generasi saat ini. pertanyaan muncul di benak saya, seperti apa mereka saat itu? Mengapa kejayaan dan kemakmuran Banten, Mataram Islam, Aceh, dan Ternate-Tidore tidak mampu mengalahkan mereka yang bermodalkan baju besi dan mesiu?. Maka sebuah kebanggaan, bagi saya diberikan kesempatan untuk menjawab sendiri pertanyaan saya. Tentang Belanda yang tanahnya menghasilkan manusia luar biasa yang membungkam keperkasaan nenek moyang saya.
Tanah Belanda yang berada di eropa barat, sebagaimana bagian barat eropa yang lain adalah tanah yang dingin. Melalui empat musim dalam satu tahun, berbatasan sangat dekat dengan negara-negara lain, dan tanahnya tidak sesubur tanah kami. Bahkan dalam sebuah novel tulisan Andrea Hirata, penduduk di tanah-tanah itu sangat individualis. Rumah-rumah berjarak sangat jauh, sunyi, dan terkesan angkuh. Interaksi yang terbentuk antar mereka adalah interaksi yang dingin, pragmatis. Untuk manusia seperti saya, yang tinggal di lingkungan komunal, hal seperti itu merupakan neraka. Tetapi bagaimanpaun, sejarah mencatat, umat manusia mengetahui, bahwa dari tanah-tanah itu lahir para penakluk. Bukan hanya sekadar menaklukan, bahkan benar-benar menguasai. Apa yang membuat mereka berbeda?.
            Ada sebuah kajian menarik mengenai tanah eropa, terutama tanah Belanda. Sejarah berlanda yang panjang, dengan luas wilayah di dataran eropa yang sangat sempit membawa dilema tersendiri. Minimnya lahan pertanian, ketidaktersediaan sumber daya alam, membawa Belanda menuju sebuah negara yang sangat percaya pada kualitas individu, kualitas SDM nya. Bagaimanpun mungkin masyarakat yang tidak cerdas bisa membendung lautan dan bahkan membangun ibukota dibawah permukaan laut?. Pernyataan tersebut menjawab satu pertanyaan, manusia di Belanda tidak menyerah dengan tanah yang menindas mereka. Tanah Belanda yang keras bahkan tidak menguntungkan telah mereka taklukan. Mereka kuasai dan dijinakkan dengan kemampuan manusia mereka. Manusia yang dikarunai oleh tuhan dengan kemapuan akal, sedangkan menurut beberapa yang lain memperoleh sendiri kemampuan untuk berlogika.
Tanah Belanda memang sudah jinak, bisa diolah, dan dikelola. Bahkan tanah tersebut menjadi saksi atas banyak penemuan gemilang, mulai dari disebarnya buku Galileo Galilei, terdampak revolusi kristen dan panen besar bunga tulip. Tapi, apakah itu cukup?. Belanda adalah negara yang kecil memang, akan tetapi, negara kecil ini berpikiran sangat besar. “apa yang saya miliki di eroap ini tidaklah cukup”. Mungkin demikian yang ada di pikiran orang Belanda saat itu. Hebatnya, bukan hanya memikirkan, tapi mereka merealisasikan. Di tengah hiruk pikuk perdagangan spanyol dan koloniasasi massal inggris dan prancis, Belanda menjelma menjadi kekuatan baru. Kekuatan yang muncul dari kemampuan mereka dalam mengelola aset-aset kekayaan.
Cukup menarik ketika melihat Belanda dan manusianya dari perspektif ini. perspektif bagaimana mereka menkalukan dan mengubah tanah mereka dengan kegemilangan manusianya. Tentunya, kegemilangan ini diabadikan oleh dunia, terutama melalui permainan digital. Berbagai permainan (game) menggambarkan Belanda sebagai sebuah bangsa yang unik. Unik, karena keunggulan mereka dalam bidang perdagangan dan pengelolaan kekayaan. Age of Empire buatan Microsoft dan Ensemble Studios misalnya, disaat negara lain terfokus pada pengelolaan perkebunan dan pertambangan untuk memperoleh emas, Belanda telah memiliki bank, sebagai sumber perolehan emas. Disaat negara lain digambarkan fokus pada armada perang yang serba besar dan mahal, terutama untuk dominasi perairan, kapal perang utama Belanda, fluyt digambarkan memiliki kekuatan seperti frigate inggris dan lincah seperti kapal-kapal turki. Begitu juga dengan permainan-permainan lain. bagaimana negara kecil ini, dengan tanah yang sempit bahkan tidak bernilai, bisa berperan bersar dalam percaturan dunia.
Berikutnya, adalah bagaimana Belanda merubah tanah koloni mereka menjadi tanah mereka. Tanah koloni Belanda ada di dua lokasi terpisah. Asia tenggara di Indonesia dan amerika selatan di guayana dan suriname. Apabila melihat dari persepktif koloni, koloni Belanda adalah koloni yang sengasara, siperas habis oleh Belanda. Sebagaimana orang spanyol melakukan hal sama terhadap koloninya. Akan tetapi, apabila melihat dari perspektif kebutuhan modern, apa yang dilakukan Belanda, manusianya terhadap koloni sangat elegan. Berusaha tidak terlibat dalam konflik lokal, mengatur perjanjian-perjanjian yang berat sebelah dengan koloni menjadi cerita bisnis modern yang amat sangat menguntungkan. Maka, dalam beberapa game, sekali lagi, Belanda dikenal sebagai bangsa merkantilis terkuat.
Maka, kami akan menyimpulkan bahwa tanah Belanda menjadi saksi munculnya generasi merkantilis terkuat sepanjang sejarah. Keberhasilan mengkoloni Indonesia dan wilayah Amerika Selatan menjadi cerita sukses bangsa Belanda. Meskipun tanah Belanda sangat tidak adil, kecil, dan tidak produktif, manusia yang besar disana benar-benar menjelma menjadi kekuatan dunia. Baik dimasa lalu, hingga masa sekarang. Bagaimana dengan bangsa tanah jelai dan tanah emas Indonesia?.


Referensi

1.      HIRATA,Andrea. Edensor. Penerbit Bentang  , 2007.
2.      SURYANEGARA, Ahmad Mansur. Api Sejarah. Salamandani Pustaka Semesta , 2009.


Referensi Digital
1.      Age of Empire III, Board Game. Ensemble Studios and Microsoft Corporation. 2009
2.      Rise of Nation, Gold Edition. Big Huge Games and Microsoft Corporation. 2009
    
     My Regards to NVO NESO HWC 2015 that give me a chance to create this articles. succes are upon you.  
*

   pictures : source from google, michiel de ruyter, dutch admiral 






No comments:

Post a Comment