Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, February 23, 2015

Fenomena Angel Beats! dan Kritik Terhadap Parent Educating

"ada seorang anak berusia 9 tahun bunuh diri setelah membaca sebuah komik yang menceritakan keindahan hidup setelah kematian. di pesan terakhir dia menulis ingin merasakan nikmatnya hidup di komik yang dia baca itu" -kata seorang trainer di seminar parenting

artike malam ini sebenarnya berawal dari kegelisahan aja. tepatnya rasa tidak terima sih. hehe. bukanlah. masak akademisi membuat karya berdasarkan rasa ngga suka. artikel ini cuman sebuah counter issue, sebuah pencerahan buat kita semua terutama orang tua. sehingga, kedepannya bisa lebih cerdas menghadapi perilaku menyimpang anak berdasarkan akar masalahnya, bukan ari dampak masalahnya, dan kemudian melontarkan kritik dan memperburuk kondisi rumah cuman gara-gara ketiaktahuan dan pengaruh dari sumber-sumber eksternal yang terkadang memanfaatkan isu sebagai sarana promosi dan bumbu rahasia dalam suksesnya presentasi. lets check this out.
1. Mengenal Dunia Manga dan Anime (Komik Jepang)
trend menunjukkan, bahwa era globalisasi membawa angin segar dan buruk untuk industri ini. seperti yang kita tahu, di masa lalu, hiburan dari jepang yang berupa animasi dan gambar 2 dimensi merupakan hiburan yang "murah" dengan "varian terbatas". karena bisa di katakan, di masa lalu pun kita tidak pernah melihat bagaimana realitas yang terjadi di jepang. maka asumsi yang seringkali terbentuk adalah, karya dari jepang, adalah karya untuk bocah. 100% aman buat anak-anak. jadi, selama anak-anak atau remaja berkata "ibu saya baca komik jepang", maka, seolah-olah anak kita hanya membaca donal bebek atau miki mouse. karena asumsi inilah yang terbentuk. dampaknya, pengawasan dan kontrol orang tua terhadap hiburan dari negeri sakura ini turun pada tingkat terendah, di sebuah zaman yang memerlukan kontrol orang tua terhadap anak.

sebagaimana game play station maupun personal computer serta film , anime juga memiliki grade atau tingkatan-tingkatan.  bahkan memiliki variasi genre yang lebih rumit dibandingkan dengan game maupun film. grade serta genre inilah yang menentukan tingkat kelayakan anime maupun manga untuk dinikmati oleh anak-anak kita. anime memimiliki grade atau rating yang diurut berdasarkan kelas usia pembaca, yang dipengaruhi oleh genre anime tersebut. untuk anime bergenre action,horror,love comedy,bahkan hentai (anime/manga porno) serta ecchi (anime/manga yang memiliki gambar agak vulgar) jelas tidak diperuntukkan untuk anak-anak dan ini biasanya tercantum di cover depan suatu anime/manga. mirip seperti pemeringkat game amerika ESRB maupun eropa, Pegi 16. alasannya apa? tentunya dikarenakan genre tersebut berisi adegan,gambar,kata-kata,perilaku dan perbuatan yang bukan di konsumsi anak-anak. untuk anime ini, biasanya memiliki genre minimum R-13,R-15, R-18, hingga Adult. tentunya, berdasarkan usia kelas pembaca tersebut, anime dengan genre ini jelas tidak diperuntukkan untuk anak-anak, dan produsen dari anime/manga telah menerangkan di setiap karyanya, mengenai rating ini.

untuk anime/manga yang diperuntukkan untuk anak-anak, biasanya merupakan anime bergenre olahraga, fantasi, atau cerita dongeng. inipun masih dalam tingkatan terbatas, atau memerlukan pengawasan orang tua. kenapa, dengan menyuguhkan adegan-adegan penuh imajinasi seperti tendangan harimau dalam kapten tsubasa atau tehnik tapak budha dalam inazuma eleven, atau mungkin kemunculan seiraryu dalam beyblede atau adegan pertarungan monster di ultraman maupun serial kantai seperti bima satria garuda, ada kemungkinan anak-anak akan menirukannya dengan menggunakan aspek "realistis" yang tentunya beresiko dan berbahaya. maka, sekali lagi, peran orang tua dalam mengawasi hal ini sangat diperlukan, karena anime/manga bukan hiburan yang diperuntukkan untuk semua usia. diperlukan pengawasan yang hati-hati, agar anak bisa menikmati hiburan berkualitas namun tidak membahayakan dirinya maupun keluarganya. karena sekali lagi, separah-parahnya anime/manga untuk anak-anak, masih lebih menjijikkan sinetron murahan indonesia yang tayang hampir 24 jam di televisi komersil lokal.

kesimpulan dari tema pertama ini, bahwa memang anime, bukan hiburan berkualitas yang disajikan untuk semua usia. ada penggolongan penonton dan penggolangan jenis/genre, sehingga bisa memudahkan konsumen dalam memilih anime/manga apa yang cocok dan layak digunakan oleh dia, tentunya menyesuaikan dengan usia konsumen. maka dari itu, untuk keselamatan anak-anak, diperlukan pendampingan dari orang tua.

2. Angel Beats! Antara Anime dan Realita
kedua, akan membahas tentang apa yang menjadi dilema, serta apa yang menjadi korban dalam pembahasan topik malam ini. Angel Beats! merupakan anime rilisan PA Works dari Angel Beats! project yang rilis pada tahun 2012, adaptasi langsung dari seri manga dengan judul yang sama yang telah mulai dapat dibaca di indonesia pada tahun 2009 di situs-situs manga online. anime dan manga nya memiliki genre sama, R-15. yang berarti, ada adegan kekerasan, ada adegan "tak lazim", serta jalan cerita dan pola perangkaian cerita yang "diluar nalar" dan bukan untuk dinikmati anak-anak. maka, berdasarkan data ini, angel beats! memang bukan untuk anak-anak. dan perusahaan terlepas dari sanksi etik apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, karena telah memenuhi standarisasi ini.

akan saya jelaskan secara ringkas jalan cerita dari angel beats! sehingga dapat menjadi gambaran ringkas bagi pembaca. angel beats! menceritakan kehidupan remaja yang mengambil setting cerita "setelah kematian". penulis/aktris anime/manga ini menceritakan bahwa setelah kematian ada sebuah dunia yang akan dilalui oleh para remaja yang kehilangan masa remaja mereka dikarenakan berbagai masalah kehidupan. dunia ini adalah dunia "ideal" dimana remaja dapat melakukan hal-hal yang dia sukai tanpa khawatir akan bahaya sakit, bahkan kematian. karena mereka sudah mati, jadi tidak mungkin merasakan kematian lagi. tokoh utama dalam cerita ini adalah otonashi yuzuru, karakter laki-laki utama yang memasuki dunia itu dikarenakan kehilangan ingatan setelah kematiannya. di dunia itu, dia bertemu dengan pasukan pemberontak melawan tuhan (sendai sekai sensen/ rebel against god) dikarenakan mereka menganggap tuhan tidak adil dalam memperlakukan kehidupan dunia mereka dengan memberikan banyak penderitaan. pasukan ini diketuai oleh yurippe/yuri. seorang tokoh wanita utama, yang nanti akan menjadi tokoh sekunder setelah beberapa episode. fokus cerita ini adalah rencana-rencana konyol dan ekstrem pasukan ini dalam berkonfrontasi melawan sosok yang diyakini sebagai malaikat, ketua osis di dunia tersebut, seorang wanita bernama tachibana kanade. otonashi, yang notabene kehilangan ingatan mengalami petualangan "setelah kematian" bersama pasukan ini. mulai dari pertempuran pertama yang berakhir dengan bersimbah darahnya otonashi, tapi tidak mati. ekspedisi turun ke markas utama yang penuh perangkap, hingga perpisahan terakhir mereka setelah memahami dan mensyukuri makna kehidupan mereka yang diberikan oleh tuhan.

dalam anime/manga ini, inti cerita yang ingin ditonjolkan adalah mengenai persahabatan antar pasukan. bukan hanya persahabatan saja, tetapi juga moral value berat seperti menerima kehidupan, memahami makna hidup, kekuatan hati, alasan kehidupan, an hal-hal lain yang merupakan tema berat yang ditujukan kepada konsumen dewasa, bukan anak-anak. maka sebuah kesalahan, ketika menganggap anime/manga ini dibuat untuk anak-anak. karena, tema ini bersingunggan langsung dengan  hidup-mati, bahkan konten dari moral value anime ini penuh dengan nuansa memaknai hidup. ditambah dengan bumbu-bumbu romantisme yang kental, bahkan telah diajarkan kesetiaan dan cinta pada pasangan, apakah kita masih berpikir penulis cukup gila untuk mencantumkan genre R-5 di anime ini? tentu tidak, bahkan dengan jelas terpampang, ini R-15. maka, meskipun anime ini memiliki berbagai macam nilai moral yang bermanfaat anime ini bukan tontonan anak-anak.

3. Kritik Terhadap Parent Educating
 setelah mengetahui apa sebenarnya anime, maka, dari dua sub bab diatas diharapkan dapat membuaka wawasan pembaca sekalian mengenai dunia anime, dan dunia sebuah anime kasuistik yang bernama Angel Beats!. yang kemudian ingin saya lanjutkan disini, adalah bagaimana penyikapan orang tua an lembaga pelatihan pendidikan parenting serta parent educating yang seringkali mengarahkan tuduhan kebobrokan moral anak-anak, serta perilaku tak lazim seperti bunuh diri dikarenakan after effect setelah menikmati hiburan yang bukan pada usianya.

pertama yang perlu kita pahami, kehidupan kita sekarang berada pada zaman dimana aksesibilatas informasi telah menjadi kebutuhan primer seluruh individu dan oragnsime yang hidup. ditunjang dengan perbaikan sarana-prasarana, aksesibilitas yang menjadi kebutuhan primer itu telah dapat menjangkau seluruh golongan yang memerlukan informasi ini. kemudahan akses internet, menjadi sebuah keran yang mengalirkan informasi secara deras kepada para penggunanya. baik informasi yang diperlukan oleh pengguna maupun informasi sampah yang cenderung merusak "kesehatan" jelajah dunia maya pengguna (ironisnya, informasi semacam ini justru dominan di internet). sederhananya, apakah seorang penggila bola memerlukan informasi mengenai nomer togel hari ini di iklan-iklan situs penayangan score sepak bola? apakah online shopper memerlukan informasi mengenai "melangsingkan perut" di pojok-pojok situs jual-beli online? dan lagi apakah anak-anak memerlukan iklan pop up ketika mereka mencari gambar dora dan spongebob! (iklan pop up ini terkenal karena biasa digunakan situs-situs dewasa atau jual beli barang dewasa untuk mempromosikan produknya, biasanya di tempelkan di blog lokal melalui ad sense).

maka, dengan akses informasi inilah yang memungkinkan anak-anak bisa menikmati hiburan dewasa, bahkan telah mengenal adegan dewasa, dan perilaku dewasa sejak mereka masih belajar membedakan gajah dengan kerbau, dan dari akses informasi inilah, anak-anak mengenal hiburandari negeri sakura dari semua genre, dikarenakan situs-situs online seringkali hanya "menyajikan" tanpa memperhartikan konten-konten yang disajikan sebagaiman produsen memperhatikan konten karyanya. proteksi online dalam blog yang cukup terkenal adalah peringatan content warning untuk setiap blog yang menyajikan konten dewasa. akan tetapi, hanya dengan mememncek tomol "i understand", suddenly, seluruh konten dewasa itu bisa dinikmati semua usia.

permasalahan pertama ini, akan memunculkan permasalahan kedua, yang merupakan akar permasalahn pertama. mengapa anak-anak sampai "berasyik masyuk" dengan internet? apa memang tidak ada hal "menyenangkan" di rumah? apa penggunaan internet anak "tidak diawasi"?. generasi saat ini adalag generasi native technology (Anis Mata), dimana mereka telah melek teknologi dan bisa menggunakan teknologi sebagaimana mereka bisa makan, dan bisa minum. gambaran umum generasi saat ini, adalah terbiasa mengenggam smarphone, tablet, atau apapun itu. bahkan seorang rekan pernah berjanji menghadiahkan tablet untuk anaknya kalau anaknya rangking 4 besar!. maka, dengan memberikan hiburan online kepada anak, maka anak akan memiliki teritori yang tidak mungkin tersentuh generasi 80-an, apalagi 70 an keatas. teritori bernama dunia maya. analogi sederhana, bagaimana orang yang gemetar saat memegang layar sentuh mau mengendalikan anaknya yang sudah mahir menggunakan unblocker, panda mencari "kata kunci rahasia", serta pandai "mengakali" internet positif pemerintah?. got it?.

lantas, ide gila macam apa yang diperoleh orang tua saat memberikan anaknya sebuah kamar dengan kunci di dalam serta sebuah tablet canggih dan koneksi speedy 1.2 Mbps di rumah yang lebih parah lagi tanpa firewall dan tidak di password!. internet menjadi dunia mereka, dan dunia mereka merasuki diri dan kepribadian, serta merubah diri mereka, menjadi apa yang mereka peroleh di internet yang terang-terang "dibebaskan" orang tua.

lantas muncul masalah ketiga. yang sebenarnya menjadi akar semua masalah. orang tua macam apa yang menyerahkan pendidikan anak-anak kepada internet?. "saya wanita karir", "saya direktur pt. xcx", bla.. bla bla. itulah alasan yang umum digunakan di zaman sekarang. setelah kejadian sebuah bencana "anime itu sesat" "internet sesat" "yutub sesat". pertanyaan akan terlontar kembali, siapa yang memberikan kebebasan bagi anak-anak nya untuk memperoleh hal-hal demikian?. bukan salah angel beats! yang menceritakan indahnya hidup setelah mati bagi mereka yang mengalami perlakuan buruk di dunia. bukan salah internet yang menjadi sebuah gudang informasi yang tidak ada batasan privasi disitu. tetapi salah siapa? tentunya diri kita lebih pantas menjawab.

hingga anak-anak balig, anak-anak berada di bawah tanggung jawab orang tua. kebijakan pemberian asi eksklusif, sekolah keluarga, dan jam belajar malam, adalah sarana-sarana pendidikan anak-anak yang dilakukan nukleus masyarakat yang bernama keluarga. dan hal itu merupakan kebutuhan wajib sebelum anak-anak diterjunkan dalam kehidupan sosial masyarakat. maka, ketika di fase ini anak-anak kehilangan "guru", bukan salah anak atau si guru baru yang membuatnya sesat, tetapi "guru" lama yang menghilang dan meninggalkan anak-anaknya. bayangkan kehidupan modern, seorang ayah menjadi anggota dewan, ibunya aktifis, anaknya umur 7 tahun ditinggalkan di rumah sampai 17 jam hanya ditemani pembantu. dengan internet lencar jaya, laptop asus i7 dengan Os win.8.1 serta kamar pribadi. siapa yang mau ngajarin anak itu? laptop dan pembantu? mau ngajari apa mereka?. maka, terbentuknya anak di masa itu akan menjadi sebagaimana apa yang dilihat bukan dari suri tauladan asli dan ditakdirkan Allah yang bernama orang tua, dan bukan salah Allah, anak, pembantu, maupun internet jika kemudian anak-anak tersebut mengencani model 10 tahun mendatang.

maka, apa jadinya ketika seminar parenting yang terus menerus digelar di beragam kota hanya mengkritik bahaya internet, bahaya film, bahaya anime, dan bahaya game, tetapi melupakan "peran orang tua dalam mendidik anak". hasilnya, begitu itu orang tua pulang, laptop disita, internet diputus. anak stress, lari ke warnet. bertemu dengan komunitas "yang lebih riil" bahkan melejitkan "potensinya" di dunia "maya" dengan beragam "potensi" luar biasa. seperti gamer, time waster dan fapper. sedangkan orang tua asik bersidang dan mengurusi orang lain yang "bermasalah" serta beranggapan "masalah" telah selesai dengan disitanya laptop dan diputusnya internet. bayakngkan jika permasalahan sebenarnya diperbaiki di seminar-seminar parenting ini. setidaknya orang tua akan ingat anaknya, dan ingat akan amanah titipan Allah serta kewajiban dalam memperbaiki pendidikan mereka sebelum memasuki usia dewasa. tentunya dengan kerja keras orang tua. bukan memakai internet. Rasulullah pernah bertanya pada seorang bapak yang anaknya menjadi anak super nakal "pernahkah kamu mengajarinya tentang Allah? mengajarkan AL-quran dan budi pekerti kepadanya?" ketika sang bapak berkata "tidak", maka yang berdosa, adalah sang bapak. sebuah hal yang semoga kita terhindar dari kesalahan tersebut.

maka, sebuah kalimat sarkas akan saya gunakan untuk menutup artikel ini
"mungkin, anak yang bunuh diri itu mengalami hal buruk di rumah. kemudian menonton anime itu, yang memperlihatkan kehidupan yang membaik setelah mereka meninggal. jadi dia memilih mati daripada menderita terus di rumah. iya kan?"

Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam, Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta

No comments:

Post a Comment