Sumber : https://konseling.bpkpenaburjakarta.or.id |
Kualitas dari Penelitian Kualitatif
Review
jurnal Clive Seale, 1999
Pendahuluan
Banyak
usaha telah dilakukan untuk oleh para metodologis selama bertahun-tahun untuk
memberikan beberapa pedoman kepada peneliti kualitatif untuk memperbaiki atau
menilai kualitas dari penelitian kualitatif. Kualitas dari penelitian
kualitatif mencuat bersamaan dengan umum dipergunakannya kata seperti validitas
dan reliabilitas, yang berasal dari budaya penelitian saintifik, dalam hal
kuantitatif. Kemudian, tekanan akan kualitas ini akhirnya dirasakan oleh
komunitas peneliti kualitatif.
Kondisi
ini membawa dampak lain. Biarkan ribuan bunga tumbuh, kata orang-orang. Namun
saat ini peneliti berhadapan dengan banyak konflik kontroversial, dan dampaknya
bisa jadi berupa penyematan nama buruk pada metodologi. Dalam bagian ini,
penulis memandang perlu dilakukan kembali proses redefinisi mulai dari aspek
filosofis untuk berbicara lebih banyak di era 90-an ini.
Filosofi
sering digamparkan sebagai fondasi dasar dari dari karya penelitian sosial.
Metode menguji benar atau salah datang dan pergi, namun peneliti hari ini
terjebak pada paradok menjadikan aspek non-fundamental sebagai aspek
fundamental. Peneliti harus melepaskan diri dari hal itu, untuk kemudian bisa
mendefinisikan kembali inti dari penelitian kualitatif dan bersifat otonom
daripada penelitian sosial secara umum.
Penulis
juga akan paparkan beberapa rangkuman dari kunci-kunci perubahan dalam hal
kriteriologi. Tujuannya untuk meredam perdebatan lebih luas tentang penelitian
sosial. Tentu hal ini juga mejadi cerita bagaimana penulis mencapai kesimpulan
demikian.
Kriteriologi
Kualitatif
menciptakan mitologi, dalam era modern dari penyelidikan kualitatif, penekanan
perbedaan dengan melebihkan gambaran kontras dengan “positifisme” yang seharusnya ada pada penelitian
kuantitaif. Dalam perdebatan, memasukan konteks baru seperti validitas dan
reliabilitas yang dijadikan pertimbangan dalam melakukan interpretasi, dengan
menafikkan bahwa semua peneliti sosial memiliki kesamaan tujuan dalam penelitian.
Kriteriologis
kualitatif, sejak LeCompte dan Goetz secara progresif berpindah dari komitmen
moderenis, memimpin konsepsi bahwa validitas dan reliabilitas dipindahkan
sangat jauh dari pemahaman positif atau perpektif realis, sebagaimana era
konstruktifisme bergeser menuju era paska modern. Urgensi menentukan kriteria,
tumbuh dari sini.
Perkembang-biakan
konsep kriterilogi dari penelitian kualitatif merefleksikan para kesulitan para
metodologis menentukan pengukuran kualitas dari penelitian kualitatif. Berbeda
jauh dengan metodologis dari tradisi penelitian kuantitatif, dimana ditemukan
banyak kesamaan dalam pembentukan gagasan mengenai kualitas sebuah penelitian. Kondisi
penelitian kualitatif memang sedikit berbeda. Dengan adanya kontradiksi, ya
dibutuhkan sebuah standar, namun standar tersebut bisa jadi menghambat
kreatifitas, eksplorasi, fleksibilitas konseptual dan kebebasan berpikir.
Lincoln
dan Guba (1985) berargumen bahwa pembangunan laporan yang dapat dipercaya terdapat
bentuk tradisional dari isu reliabilitas dan validitas. Nilai kebenaran,
aplikabilitas, netralitas dan konsistensi menjadi apa yang disebut modernis
sebagai alat untuk mengukur 2 hal tersebut. Lincoln dan Guba (1985) juga menawarkan
gagasan mereka soal 4 poin natural dari report tersebut. yaitu nilai kebenaran,
transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas dengan auditing.
Penelitian mereka (Lincoln dan Guba (1985,1994) mengajukan kembali proposal
tentang keautentikan.
Sayangnya,
sebagaimana penulis diatas dan peneliti lain pada metode kualitatif menghadapi
kritik yang sama dalam pandangan kriteria positif dan alternative interpretasi.
Dalam keadaan frustasi, mencuatlah relatifisme sebagai salah satu pandangan
dari konstruktifisme. Perdebadatan ini, tentu menjadi sumber pemecahan masalah,
jika kita melihat konteks yang lebih filosofis.
Momen Filosofis
Dalam
tataran filosofis, diskusi mengenai masalah dari fondasi pengetahuan tidak
pernah mencapai sebuah kesimpulan. Akan tetapi, posisi filosofis seringkali
waktu diklaim sebagai salah satu “fondasi” untuk praktik penilitian bagi para
kategoriologis.
Contoh
yang diajukan penulis adalah “subtle
realist” , sebuah simpulan dari Hammersley (1992). Realism halus melibatkan
pengelolaan sudut pandang bahasa sebagai kedua aspek, baik untuk menciptakan
dunia baru, atau merekonstruksi dunia lama. Pandangan dari realism halus ini
melibatkan sebuah posisi berkebalikan dengan pandangan konstruktifis murni,
dimana tidak mungkin kita mengetahui dunia diluar jangkauan bahasa kita.
Sebagai
inti dari advokasi realism halus terletak sebuah ide bahwa seluruh peneliti
telah bersepakat akan gagasan standar penentuan hal masuk akal, kredibilitas
dan relevansi dari laporan. Membedakan klaim dari bukti, menyediakan bukti
lebih kuat untuk klaim lebih penting, dan mengekspos anggapan dari peneliti
kepada khalayak dengan mencermati semua metode, untuk memunculkan kritik dari
pihak lain.
Perkembangan
ketertarikan dari konsepsi riset pos-modern, political dan konstruktifis
didasarkan pada beberapa ketidakpuasan dasar dari cara pandangan saintifik.
Kualitas penting dalam riset kualitatif,
namun pandangan tentang reliabilitas dan validitas hanya terlihat sudah tidak sesuai
untuk mencakup luasan isu dimana fokus pada kualitas harus ditingkatan. Masalah
dari kualitas seringkali muncul karena beban filosofis dan metodologis yang
dibawa peneliti. Namun, kualitas dari penelitian kualitatif yang baik muncul
dari penerapan aspek filosofis da metodologis juga (Lather,1993).
Gagasan
dari pada komunitas peneliti kritis-diri (Self-critical research community)
bekerja bersama untuk mewujudkan pengetahuan positif untuk sebuah manfaat untuk
memelihara para peneliti, menarik perhatian para peneliti. Keinginan untuk
terus terlibat dalam pembangun, diskusi dan berbagi anggapan untuk membuat
standar penilaian kualitas penelitian masih terus terjadi. Untuk lebih detail
mungkin bisa merujuk pada Selae, (1999).
Triangulasi : Studi Kasus dari
Kemampuan Berkarya
Untuk
mengilustrasikan pendekatan untuk praktik riset yang memotong langsung
perbedaan pendapat tidak berkesimpulan dalam hal metodologi, adalah dengan
memelihara bahwa penelitian pada dasarnya hanyalah seni berkarya. Triangulasi
mendeskripsikan beberapa teknik yang muncul secara bersama dengan paradigm
realis kasar. Beberapa metodologis sudah menerima hal ini sebagai salah satu
pandangan logis, dan paling penting adalah bagaimana mengklaim kemampuan
berkarya yang berharga ini yang relative
otonom dari posisi paradigm manapun.
Triangulasi
ini muncul dari rangkaian diskusi dengan metodologis kuantitatif, dalam
menemukan metode pengukuran validitas yang mereka bekerja pada realitas kasar
dan asumsi empiric. Triangulasi yang digunakan dalam metode ini diasumsikan
sebagai satu realitas tetap yang dapat diketahui secara objektif dengan
menggunakan beragam metode dari riset sosial (Blaikie, 1991). Beberapa merasa
teknik ini tidak akan bisa dijalankan dengan pandangan lain (seperti positifis)
namun pardigma yang dibangun tidak lain adalah komitmen untuk membuat satu buah
versi nyata,
Triangulasi
mengalami perdebatan termasuk dalam paradigm manakah dia? Beberapa ahli seperti
Bloor’s (1997) mengklaim bahwa triangulasi termasuk bagian dari paradigm
realisme halus. Sedangkan Silverman (1993) menyatakan bahwa triangulasi
dibangun atas dasar paradigm konstruktifis. Tetapi dalam Seale (1999),
dijelaskan bahwa triangulasi bekerja sebagai material untuk mendiskursus studi
analitis, dengan demikian memperbaiki koherensi dan keberbuahan, mensugesti
bahwa triangulasi bisa digunakan dalam pekerjaan yang dekat dengan
postculturalist, apabila tidak terlihat seperti paradigm paska modern.
Tidak
begitu sulit untuk meyakinkan kerja triangulasi data untuk meningkatkan kualitas riset yang didasarkan
pada aspek political. Dimana dampak pencerahan dan emansipatoris, diperkaya
dengan pendatangan beragam perspektif, konstruksi, atau fenomena.
Kesimpulan
Penulisan
metodologis memiliki kegunaan bagi peneliti sosial yang mencari okupasi karya,
dalam setiap bagian seringkali diperoleh dari pengalaman dalam bekerja, melalui
percobaan, trial and error, atau pengalaman dibandingkan dengan mempelajari secara
umum metodologi umumnya. Diskusi metodologis jika dipikirkan betul-betul bisa
menjadi sarana peningkatan tingkat kepekaan atas kebutuhan tentang aspek
metodologis.
Dalam
tulisan ini penulis coba menyajikan gambaran tentang kondisi serta klaim-klaim
kurang tepat dari orang-orang tentang beragam pandangan. Namun dalam hal ini,
penulis menekankan senantiasa ada harga yang harus dibayar disana. Penulis
menekankan untuk setidaknya kita bisa menemukan dan memformulasi gagasan kita
sendiri terkait metodologi dari pada sekadar menelan informasi yang tidak
terkonfirmasi. Jika memang belum bisa, tiada masalah jika kita melakukan
konfirmasi ulang sebagaimana yang penulis lakukan di dalam jurnal.
Terakhir,
triangulasi menjadi salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjadi
penentu kualitas dari sebuah penelitian kualitatif. Meningkatkan aspek koheren
dengan memasukan informasi beragam sumber dalam lingkup sama, menjadi salah
satu metode, untuk menunjukkan dan memperkaya kualitas penelitian kualitatif.
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk artikel menarik lainnya silahkan kunjungi pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/10/dimensi-anteseden-dan-konsekuensi.html
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk artikel menarik lainnya silahkan kunjungi pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/10/dimensi-anteseden-dan-konsekuensi.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/10/kekuatan-pasar-permintaan-dan-penawaran.html
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment