Mengelola Kesedihan
Semacam saran
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam
Source : http://www.indianruminations.com/wp-content/uploads/2017/07/o-DEPRESSION-facebook.jpg |
Kecewa, sakit hati. Bukan manusia
namanya kalau tidak pernah merasakan hal-hal semacam itu. Leluhur manusia putra
Adam dan Hawa, Habil dan Qabil membuktikan bahwa perasaan sakit hati dan kecewa
adalah sifat mendasar dalam diri manusia. Dampaknya jika tidak terkelola dengan
baik, well, bisa menjadi bencana. Terbukti, rasa cemburu buta Qabil terhadap
Habil atas perjodohan mereka dengan Labuda dan Iklima menjadi awal sejarah
berdarah manusia. Diawali dengan pembunuhan, hingga terbaginya ras manusia
menjadi 2, para pendukung kebenaran dan antek-antek kebhatilan.
Cerita diatas bisa dibaca di
kitab-kitab klasik. Al-Qur’an dan Hadits juga menceritakan hal tersebut,
percaya atau tidaknya dikembalikan kepada kita, manusia. Kenyataannya eksistensi
tuhan masih dinafikkan oleh beberapa manusia, maka, kekuatan pilihan inilah
yang menentukan seperti apa kita melihat dan merefleksi hidup dan kejadian
kehidupan. Tetapi, seperti apapun cara pandang kita terhadap hidup, kita akan
senantiasa dihadapkan oleh sakit hati dan kekecewaan. Ya seperti pernyataan
terkenal “terkadang hidup ini tidak adil” atau pernyataan Patric Star “hidup ini
memang tidak adil, jadi biasakan dirimu”!.
Dalam sebuah episode kehidupan
dimana milyaran entitas hidup baik kasat maupun tidak kasat mata tentu akan
terjadi banyak benturan. Dibawah naungan Yang Maha Kuasa, kita dihadapkan pada
berbagai pilihan dan berbagai interaksi dengan bermacam hal. Tentu hal tersebut
membawa hasil tersendiri pada diri kita. Terkadang hati kita tertawa, terkadang
hati kita bersikap biasa, terkadang hati merasa sakit, entah karena apa. Sejak lama
manusia memahami hal ini, maka manusia melakukan berbagai eksperimen untuk
memperoleh hidup penuh senyum.
Kemampuan membuat tempat tinggal,
membangun komunitas, mencari makan dan minum, dan membuat pakaian menjadi hal
dasar manusia menjalani hidupnya dengan lebih bahagia. Makan, minum, sandang
dan papan menjamin kelangsungan hidup secara jasmani, sedangkan membuat
komunitas menjamin kelangsungan hidup secara mental spiritual, serta memudahkan
untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Karena tawaran luar biasa dari membangun
komunitas ini, maka manusia beramai-ramai hidup secara komunal. Catal Huyuk,
Stonehenge, dan Mohenjo-Daro menjadi bukti sejarah tahap awal manusia membangun
komunitas.
Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an
bahwa memang sifat manusia ada untuk berkelompok. Tidak terhitung berapa kali
Allah menggunakan kata berkelompok untuk disematkan pada manusia. Selain berkelompok,
dengan keragaman yang ada manusia memang diciptakan untuk saling mengenal. Perlu
digaris bawahi, dalam kalimat berikutnya Allah menegaskan bahwa
semualia-mulianya manusia adalah yang memuliakan manusia lainnya.
Tapi, dengan desain manusia sebagai
mahluk dengan ego dan keinginan, serta independensi untuk mengambil pilihan,
gesekan dalam hidup mustahil tidak terjadi. Ditambah dengan sifat manusia untuk
selalu berkelompok, hal ini memperbesar peluang munculnya gesekan, dan salah
satu dampak dari gesekan adalah kekecewaan dan sakit hati.
Ditemukannya narkotika, pelaksanaan
bunuh diri, bahkan peperangan seringkali tidak disebabkan oleh hal besar seperti
keyakinan ideologis, tetapi rasa sakit hati, yang membuncah menjadi amarah,
berkumpul menjadi dendam, cukup untuk membuat kita mudah sampai menghilangkan
nyawa orang lain. Ditambah dengan hidup yang entah kenapa memang didesain
membentuk suatu hierarki, makin banyak alasan orang untuk menumbuhsuburkan
dendamnya. Melihat kemewahan dan kemudahan hidup orang lain tentu membuat hati
ini sakit kan? Apalagi jika dibenturkan dengan nasib buruk yang kita alami.
Maka, penting bagi kita untuk dapat
mengelola perasaan kecewa. Karena setiap saat kita bisa dihadapkan pada cobaan
ini, dan tiba-tiba, tanpa ada aba-aba muncullah kesempatan untuk melampiaskan
kekecawaan itu. Dan boom! Bisa berubah menjadi diri kita ditemukan tergantung
di rumah, atau sebuah kota musnah hanya dalam hitungan detik. Sebagai pengingat
bagi penulis sendiri, inilah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk
meringankan rasa kecewa kita. Bukan hal mutlak karena setiap orang punya
pengalaman berbeda, tetapi setidaknya ini pengalaman penulis dalam menghadapi
rasa kecewa.
Tidak Ada Salahnya Menangis
Dampak pertama dari kecewa, adalah
rasa sakit menyayat hati. Seolah hati kita diiris perlahan menggunakan pisau
berkarat. Intinya, trauma luar biasa mendadak menghantam hati kita tanpa sebab
yang jelas dan outputnya jelas, kesedihan.
Kehilangan seseorang yang berharga
bagi kita, dikhianati, melihat rencana kita hancur berantakan, atau apapun itu
yang tidak sesuai dengan harapan kita tentu memunculkan kesedihan luar biasa. Pertanyaan-nya,
bagaimana kita menghadapi kesedihan ini?
Salah satu alasan ditemukannya
narkotika, terutama jenis halusinogen dan rekreasional adalah manusia ingin
segera mengakhiri episode kesedihan ini. Menghasilkan kebahagiaan semua,
berhalusinasi bahwa semua baik-baik saja, hingga merasa “terbang dan terbebas”
dari masalah menjadi pilihan mengapa manusia menggunakan narkotika. Meskipun
pada akhirnya kebanyakan dari pengguna menjadi pecandu (memakai narkotika
karena ketagihan) penggunaan narkotika masih menjadi tren bagi umat manusia
untuk menghilangkan kesedihan.
Maka akan timbul pertanyaan, apa
salahnya kita menangis? Dalam pandangan penulis sedikit aneh jika kita
kehilagan pacar misalkan, kemudian kita lari ke diskotik untuk mabuk dan
berhura-hura. Dimana kamu bisa menemukan waktu berharga untuk dirimu, untuk
melihat jauh kebelakang dan melakukan evaluasi? Tentu saya tidak bisa
mengomentari lebih jauh karena mungkin ada masalah lebih berat yang dihadapi,
tapi dalam opini penulis, jika kamu bersedih kamu butuh waktu untuk menenangkan
diri. Dan hell yeah, diskotik sepertinya bukan tempat yang “tenang”.
Luangkan waktu sejenak, terpekur
menatap langit sendirian, biarkan air mata menetes. Lakukan dialog lebih dalam
dengan hati, tentang apa yang penting, apa yang hilang, apa yang terlupa, mana
yang terluka. Perlahan berusaha menarik senyum perlahan lahan, sembari terus
bertanya dan bertanya kepada hati. Jangan dulu berdiri karena kaki belum kokoh
berdiri, duduk sejenak, duduk sejenak. Jangan dulu panggil teman, karena kamu
butuh untuk menikmati dan menerima kesedihan dan kekecewaan mu. Tahulah,
terkadang teman juga “membawa senjata” tanpa mereka ketahui yang tanpa disadari
bisa melukaimu. Hal-hal diatas sepertinya lebih logis untuk mencari ketenangan.
Menerima dan menikmati kesedihan,
bahasa ini sedikit aneh tapi ketika hati kita mampu merasa sesuatu penulis rasa
itu adalah bagian dari nikmat yang diberikan Allah. Maka, sebaiknya kita
menghargai dan mensyukuri itu, betul-betul menjadikan hal itu kesempatan untuk
berdua dengan hati kita sendiri. Hati kita terluka bro, tidak ada salahnya
diobati pelan-pelan kan?
Meskipun penulis laki-laki, jalanan
menjadi saksi bahwa laki-laki juga punya hati. Menutup kaca helm, berkendara
entah kemana, memuaskan perasaan dengan berteriak dan menangis (lebih asyik kalau
hujan) penulis lakukan. Beberapa menyarankan jika kita bersedih pergilah ke
masjid, yap, penulis lakukan sehabis berkendara tentu. Bukan apa-apa tapi masih
banyak masjid di Indonesia yang secara sosio kultural tidak nyaman untuk
bersedih, hehe. Tidak percaya? Coba lihat berapa banyak masjid yang pukul 03.00
dinihari masih mengizinkan orang sholat didalamnya.
Rasulullah SAW telah memberikan
contoh terbaik untuk ini. Beliau adalah manusia mulia dengan hati permata,
sangat mudah beliau menitikkan air mata. Bahkan ada ungkapan terkenal “sebanyak-banyaknya
tercatat Rasulullah SAW tertawa, masih akan lebih banyak catatan tentang
Rasulullah SAW menangis”. Bukan karena Rasulullah SAW cengeng atau apa, tetapi
masih mampunya kita mengeluarkan air mata memiliki tanda kita masih bisa
berkomunikasi mendalam dengan hati kita.
Saat bersedih adalah saat akhirnya
hati, pikiran dan jasmani bertemu dan berusaha menguatkan diri satu sama lain. Jadi,
mengapa tidak kita mencoba hargai hal tersebut?
Source : https://www.timelinecoverbanner.com/facebook-covers/painful-love-234.jpg |
Bukan Waktunya Mengambil Keputusan
Diatas sempet saya singgung ketika
bersedih jangan menghubungi teman untuk sementara waktu, karena ini alasanya. Orang
sedih akan sangat payah dalam membuat keputusan, karena sederhana, semua sumber
daya pribadinya akan diarahkan untuk mengobati hati yang terluka. Sedangkan kedatangan
teman pasti akan mengharuskan pengambilan keputusan. Misal ketika teman datang
dan mengucap salam, kamu sudah harus memutuskan menjawab salamnya atau tidak.
Tentu selepas menghargai kesedihan
akan tiba waktu krusial untuk mengambil keputusan, tetapi itu tidak ada
kaitannya dengan orang lain. Semuanya terkait langsung pada diri kita sendiri,
dan saat ini semua sumberdaya kita harus diarahkan untuk mempersiapkan
pengambilan keputusan itu. Keputusan itu adalah, memilih untuk mengakhiri atau
memperpanjang kesedihan itu.
Percayalah, akan lebih menarik jika
kita mampu bangkit sendiri dari kesedihan untuk berjalan menemui rekan kita,
daripada menunggu rekan kita datang kepada kita. Karena dengan bangkit sendiri,
hati, pikiran dan raga telah berada pada satu suara untuk menuju level
berikutnya. Artinya, kita akhirnya mengalahkan rasa kecewa itu, menerimanya,
bahkan menjadikannya sumber kekuatan untuk bangkit berdiri dan kembali
menginsipirasi.
Coba kita belajar pada kejadina 14
abad lalu, saat Rasulullah SAW mengalami ‘amul huzni, dimana dalam satu momen
paman yang selalu melindunginya dan istrinya tercinta dipanggil Allah SWT. Tentu
hal itu menjadi cobaan sangat berat, ditambah saat itu adalah masa-masa boikot
untuk bani hasyim dan abdul mutholib (keluarga Rasulullah). Bayangkan, jika hal
itu terjadi kepada kita mungkin kita sudah memalingkan wajah kita dari Allah.
Apakah Rasulullah bersedih? Ya nama
‘amul huzni (tahun kesedihan) diberikan bukan tanpa alasan. Bahkan dalam
tahun-tahun berikutnya Rasulullah SAW masing menangis jika mengingat kejadian
ini. Tetapi apa yang beliau lakukan? Beliau tetap berdiri sembari menyabarkan
kaumnya. Di malam hari menundukkan kepala dihadapan Allah dan bercerita
kepada-Nya. Hingga suatu ketika di tengah sujudnya, Malaikat Jibril membawa
Rasulullah dalam perjalanan penuh keajaiban, Isra’ Mi’raj.
Sejak Rasulullah memutuskan untuk
bersujud, saat itulah beliau memilih untuk keluar dari kesedihannya. Seberapa cepat
kira-kira Rasulullah menghapuskan kesedihanya? Ya setiap hari ada siang ada
malam kan? Ditambah lagi selepas isra’ mi’raj disyariatkan sholat 5 waktu,
bayangkan seberapa cepat Rasulullah dan ummat islam (seharusnya) mampu
menyudahi kesedihannya.
Karena jika kita memilih untuk
melanjutkan kesedihan, banyak hal yang kita tidak tahu akan terjadi di depan
sana. Ditambah dengan tidak stabilnya hati, jiwa dan pikiran kita, bukan tidak
mungkin kedepan kita akan kehilangan kemampuan kita untuk menentukan pilihan
secara tepat.
Hindari Kemarahan
Dengan berlama-lama dalam
kesedihan, kita akan membiarkan diri kita jatuh kedalam masalah lain. Ya kita
perlu untuk menghargai dan menikmati kesedihan akibat sakit hati, tapi
nikmatilah sewajarnya saja, jangan berlarut-larut. Rasulullah SAW melarang hal
ini, dan meminta manusia segera bangkit dan “naik level”. Karena dengan
berlama-lama sedih, kita akan tiba pada tahap “menyalahkan”.
Ketika manusia sudah mulai mencari
pihak yang salah, dia hanya akan memiliki 2 pilihan, dirinya sendiri atau orang
lain. Jika dia menyalahkan dirinya sendiri, dampak terburuknya adalah bunuh
diri. Jika menyalahkan orang lain dampak terburuknya adalah kematian orang lain
dan atau dirinya sendiri.
Maka jangan biarkan kesedihan
berubah jadi proses menyalahkan, berubah lagi menjadi dendam, dan akhirnya
kemarahan. Kemarahan akan benar-benar merusak diri sendiri, jiwa dan pikiran
akan kehilangan batas wajarnya, dan tubuh akan mendapat kekuatan besar untuk
melakukan sesuatu yang tidak tepat.
Saat sudah ada tanda-tanda
kesedihan akan berubah menjadi kemarahan, sudah saatnya kita meminta bantuan
untuk membuat pilihan-pilihan. Ya jika mau saat kita tidak mampu memilih untuk
menyudahi kesedihan, sudah saatnya kok kamu memanggil teman untuk membantu
menekan pilihan “menyudahi kesedihan”, meskipun kurang keren.
Kemabali pada Asal
Seringkali dalam menghadapi
kekecawaan dan sakit hati kita betul-betul sendirian, tidak ada opsi pilihan
untuk memanggil teman. Banyak hal, paling umum teman kita termasuk orang yang
kita merasa kecewa dengannya. Pada saat ini penulis akan mengatakan “Alhamdulillah
penulis masih percaya pada Allah SWT”. Pernyataan tadi bukan pernyataan rasis
atau apa, itu murni ucapan syukur. Alasannya begini.
Dalam islam, konsep yang ditawarkan
adalah “Allah SWT adalah segalanya, kita bukan apa-apa”. Konsep ini memberikan
banyak hal, dalam menghadapi kekecawaan misalkan, Allah SWT sendiri mampu
memberikan tawaran sebagai tempat bergantung, berharap, bahkan meminta
keadilan. Sederhananya, kita tidak sendirian dalam menghadapi kekecewaan
tersebut karena ada Allah, dan Allah-lah yang akan membereskan urusan kita baik
di dunia maupun nanti di akhirat.
Pada akhirnya ketika rasa kecewa
dan sakit hati itu datang, Allah-lah yang akan membereskan segalanya. Yang perlu
kamu lakukan, hanyalah berusaha.
(lain kasus ya jika ada orang yang
menghina Allah, Rasul, Kitab dan Agama-Nya. Allah sendiripun memerintahkan kita
untuk ambil posisi, bersama sang penghina, atau bersama Allah)
Source : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com |
Akhirnya, kesedihan dan kekecewaan
adalah sesuatu yang pasti manusia hadapi. Maka hadapilah, karena pertama, kamu
tidak pernah sendirian menghadapinya jika kamu percaya kepada Allah. Kedua,
jika kamu berlari dengan narkotika atau apapun itu, kesedihan akan datang
kembali dan mungkin dengan volume yang lebih besar. Terakhir, bisa jadi dengan
memberikan kekecewaan dan sakit hati, Allah ingin menguji, siapa hamba-Nya yang
pantas naik level.
Hadapi dan berusahalah, karena
selamanya kita tidak pernah sendiri.
Wallahu ‘Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk artikel menarik lainnya silahkan kunjungi pranala dibawah ini
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk artikel menarik lainnya silahkan kunjungi pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/07/karena-kita-manusia.html
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment