Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Saturday, July 29, 2017

Mengelola Kesedihan



Mengelola Kesedihan
Semacam saran

Oleh  : Muhammad Abdullah ‘Azzam

Source : http://www.indianruminations.com/wp-content/uploads/2017/07/o-DEPRESSION-facebook.jpg


Kecewa, sakit hati. Bukan manusia namanya kalau tidak pernah merasakan hal-hal semacam itu. Leluhur manusia putra Adam dan Hawa, Habil dan Qabil membuktikan bahwa perasaan sakit hati dan kecewa adalah sifat mendasar dalam diri manusia. Dampaknya jika tidak terkelola dengan baik, well, bisa menjadi bencana. Terbukti, rasa cemburu buta Qabil terhadap Habil atas perjodohan mereka dengan Labuda dan Iklima menjadi awal sejarah berdarah manusia. Diawali dengan pembunuhan, hingga terbaginya ras manusia menjadi 2, para pendukung kebenaran dan antek-antek kebhatilan.

Cerita diatas bisa dibaca di kitab-kitab klasik. Al-Qur’an dan Hadits juga menceritakan hal tersebut, percaya atau tidaknya dikembalikan kepada kita, manusia. Kenyataannya eksistensi tuhan masih dinafikkan oleh beberapa manusia, maka, kekuatan pilihan inilah yang menentukan seperti apa kita melihat dan merefleksi hidup dan kejadian kehidupan. Tetapi, seperti apapun cara pandang kita terhadap hidup, kita akan senantiasa dihadapkan oleh sakit hati dan kekecewaan. Ya seperti pernyataan terkenal “terkadang hidup ini tidak adil” atau pernyataan Patric Star “hidup ini memang tidak adil, jadi biasakan dirimu”!.

Dalam sebuah episode kehidupan dimana milyaran entitas hidup baik kasat maupun tidak kasat mata tentu akan terjadi banyak benturan. Dibawah naungan Yang Maha Kuasa, kita dihadapkan pada berbagai pilihan dan berbagai interaksi dengan bermacam hal. Tentu hal tersebut membawa hasil tersendiri pada diri kita. Terkadang hati kita tertawa, terkadang hati kita bersikap biasa, terkadang hati merasa sakit, entah karena apa. Sejak lama manusia memahami hal ini, maka manusia melakukan berbagai eksperimen untuk memperoleh hidup penuh senyum.

Kemampuan membuat tempat tinggal, membangun komunitas, mencari makan dan minum, dan membuat pakaian menjadi hal dasar manusia menjalani hidupnya dengan lebih bahagia. Makan, minum, sandang dan papan menjamin kelangsungan hidup secara jasmani, sedangkan membuat komunitas menjamin kelangsungan hidup secara mental spiritual, serta memudahkan untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Karena tawaran luar biasa dari membangun komunitas ini, maka manusia beramai-ramai hidup secara komunal. Catal Huyuk, Stonehenge, dan Mohenjo-Daro menjadi bukti sejarah tahap awal manusia membangun komunitas.

Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa memang sifat manusia ada untuk berkelompok. Tidak terhitung berapa kali Allah menggunakan kata berkelompok untuk disematkan pada manusia. Selain berkelompok, dengan keragaman yang ada manusia memang diciptakan untuk saling mengenal. Perlu digaris bawahi, dalam kalimat berikutnya Allah menegaskan bahwa semualia-mulianya manusia adalah yang memuliakan manusia lainnya.

Tapi, dengan desain manusia sebagai mahluk dengan ego dan keinginan, serta independensi untuk mengambil pilihan, gesekan dalam hidup mustahil tidak terjadi. Ditambah dengan sifat manusia untuk selalu berkelompok, hal ini memperbesar peluang munculnya gesekan, dan salah satu dampak dari gesekan adalah kekecewaan dan sakit hati.

Ditemukannya narkotika, pelaksanaan bunuh diri, bahkan peperangan seringkali tidak disebabkan oleh hal besar seperti keyakinan ideologis, tetapi rasa sakit hati, yang membuncah menjadi amarah, berkumpul menjadi dendam, cukup untuk membuat kita mudah sampai menghilangkan nyawa orang lain. Ditambah dengan hidup yang entah kenapa memang didesain membentuk suatu hierarki, makin banyak alasan orang untuk menumbuhsuburkan dendamnya. Melihat kemewahan dan kemudahan hidup orang lain tentu membuat hati ini sakit kan? Apalagi jika dibenturkan dengan nasib buruk yang kita alami.

Maka, penting bagi kita untuk dapat mengelola perasaan kecewa. Karena setiap saat kita bisa dihadapkan pada cobaan ini, dan tiba-tiba, tanpa ada aba-aba muncullah kesempatan untuk melampiaskan kekecawaan itu. Dan boom! Bisa berubah menjadi diri kita ditemukan tergantung di rumah, atau sebuah kota musnah hanya dalam hitungan detik. Sebagai pengingat bagi penulis sendiri, inilah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meringankan rasa kecewa kita. Bukan hal mutlak karena setiap orang punya pengalaman berbeda, tetapi setidaknya ini pengalaman penulis dalam menghadapi rasa kecewa.



Tidak Ada Salahnya Menangis

Dampak pertama dari kecewa, adalah rasa sakit menyayat hati. Seolah hati kita diiris perlahan menggunakan pisau berkarat. Intinya, trauma luar biasa mendadak menghantam hati kita tanpa sebab yang jelas dan outputnya jelas, kesedihan.

Kehilangan seseorang yang berharga bagi kita, dikhianati, melihat rencana kita hancur berantakan, atau apapun itu yang tidak sesuai dengan harapan kita tentu memunculkan kesedihan luar biasa. Pertanyaan-nya, bagaimana kita menghadapi kesedihan ini?

Salah satu alasan ditemukannya narkotika, terutama jenis halusinogen dan rekreasional adalah manusia ingin segera mengakhiri episode kesedihan ini. Menghasilkan kebahagiaan semua, berhalusinasi bahwa semua baik-baik saja, hingga merasa “terbang dan terbebas” dari masalah menjadi pilihan mengapa manusia menggunakan narkotika. Meskipun pada akhirnya kebanyakan dari pengguna menjadi pecandu (memakai narkotika karena ketagihan) penggunaan narkotika masih menjadi tren bagi umat manusia untuk menghilangkan kesedihan.

Maka akan timbul pertanyaan, apa salahnya kita menangis? Dalam pandangan penulis sedikit aneh jika kita kehilagan pacar misalkan, kemudian kita lari ke diskotik untuk mabuk dan berhura-hura. Dimana kamu bisa menemukan waktu berharga untuk dirimu, untuk melihat jauh kebelakang dan melakukan evaluasi? Tentu saya tidak bisa mengomentari lebih jauh karena mungkin ada masalah lebih berat yang dihadapi, tapi dalam opini penulis, jika kamu bersedih kamu butuh waktu untuk menenangkan diri. Dan hell yeah, diskotik sepertinya bukan tempat yang “tenang”.

Luangkan waktu sejenak, terpekur menatap langit sendirian, biarkan air mata menetes. Lakukan dialog lebih dalam dengan hati, tentang apa yang penting, apa yang hilang, apa yang terlupa, mana yang terluka. Perlahan berusaha menarik senyum perlahan lahan, sembari terus bertanya dan bertanya kepada hati. Jangan dulu berdiri karena kaki belum kokoh berdiri, duduk sejenak, duduk sejenak. Jangan dulu panggil teman, karena kamu butuh untuk menikmati dan menerima kesedihan dan kekecewaan mu. Tahulah, terkadang teman juga “membawa senjata” tanpa mereka ketahui yang tanpa disadari bisa melukaimu. Hal-hal diatas sepertinya lebih logis untuk mencari ketenangan.

Menerima dan menikmati kesedihan, bahasa ini sedikit aneh tapi ketika hati kita mampu merasa sesuatu penulis rasa itu adalah bagian dari nikmat yang diberikan Allah. Maka, sebaiknya kita menghargai dan mensyukuri itu, betul-betul menjadikan hal itu kesempatan untuk berdua dengan hati kita sendiri. Hati kita terluka bro, tidak ada salahnya diobati pelan-pelan kan?

Meskipun penulis laki-laki, jalanan menjadi saksi bahwa laki-laki juga punya hati. Menutup kaca helm, berkendara entah kemana, memuaskan perasaan dengan berteriak dan menangis (lebih asyik kalau hujan) penulis lakukan. Beberapa menyarankan jika kita bersedih pergilah ke masjid, yap, penulis lakukan sehabis berkendara tentu. Bukan apa-apa tapi masih banyak masjid di Indonesia yang secara sosio kultural tidak nyaman untuk bersedih, hehe. Tidak percaya? Coba lihat berapa banyak masjid yang pukul 03.00 dinihari masih mengizinkan orang sholat didalamnya.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh terbaik untuk ini. Beliau adalah manusia mulia dengan hati permata, sangat mudah beliau menitikkan air mata. Bahkan ada ungkapan terkenal “sebanyak-banyaknya tercatat Rasulullah SAW tertawa, masih akan lebih banyak catatan tentang Rasulullah SAW menangis”. Bukan karena Rasulullah SAW cengeng atau apa, tetapi masih mampunya kita mengeluarkan air mata memiliki tanda kita masih bisa berkomunikasi mendalam dengan hati kita.
Saat bersedih adalah saat akhirnya hati, pikiran dan jasmani bertemu dan berusaha menguatkan diri satu sama lain. Jadi, mengapa tidak kita mencoba hargai hal tersebut?

Source : https://www.timelinecoverbanner.com/facebook-covers/painful-love-234.jpg


Bukan Waktunya Mengambil Keputusan

Diatas sempet saya singgung ketika bersedih jangan menghubungi teman untuk sementara waktu, karena ini alasanya. Orang sedih akan sangat payah dalam membuat keputusan, karena sederhana, semua sumber daya pribadinya akan diarahkan untuk mengobati hati yang terluka. Sedangkan kedatangan teman pasti akan mengharuskan pengambilan keputusan. Misal ketika teman datang dan mengucap salam, kamu sudah harus memutuskan menjawab salamnya atau tidak.

Tentu selepas menghargai kesedihan akan tiba waktu krusial untuk mengambil keputusan, tetapi itu tidak ada kaitannya dengan orang lain. Semuanya terkait langsung pada diri kita sendiri, dan saat ini semua sumberdaya kita harus diarahkan untuk mempersiapkan pengambilan keputusan itu. Keputusan itu adalah, memilih untuk mengakhiri atau memperpanjang kesedihan itu.

Percayalah, akan lebih menarik jika kita mampu bangkit sendiri dari kesedihan untuk berjalan menemui rekan kita, daripada menunggu rekan kita datang kepada kita. Karena dengan bangkit sendiri, hati, pikiran dan raga telah berada pada satu suara untuk menuju level berikutnya. Artinya, kita akhirnya mengalahkan rasa kecewa itu, menerimanya, bahkan menjadikannya sumber kekuatan untuk bangkit berdiri dan kembali menginsipirasi.

Coba kita belajar pada kejadina 14 abad lalu, saat Rasulullah SAW mengalami ‘amul huzni, dimana dalam satu momen paman yang selalu melindunginya dan istrinya tercinta dipanggil Allah SWT. Tentu hal itu menjadi cobaan sangat berat, ditambah saat itu adalah masa-masa boikot untuk bani hasyim dan abdul mutholib (keluarga Rasulullah). Bayangkan, jika hal itu terjadi kepada kita mungkin kita sudah memalingkan wajah kita dari Allah.

Apakah Rasulullah bersedih? Ya nama ‘amul huzni (tahun kesedihan) diberikan bukan tanpa alasan. Bahkan dalam tahun-tahun berikutnya Rasulullah SAW masing menangis jika mengingat kejadian ini. Tetapi apa yang beliau lakukan? Beliau tetap berdiri sembari menyabarkan kaumnya. Di malam hari menundukkan kepala dihadapan Allah dan bercerita kepada-Nya. Hingga suatu ketika di tengah sujudnya, Malaikat Jibril membawa Rasulullah dalam perjalanan penuh keajaiban, Isra’ Mi’raj.

Sejak Rasulullah memutuskan untuk bersujud, saat itulah beliau memilih untuk keluar dari kesedihannya. Seberapa cepat kira-kira Rasulullah menghapuskan kesedihanya? Ya setiap hari ada siang ada malam kan? Ditambah lagi selepas isra’ mi’raj disyariatkan sholat 5 waktu, bayangkan seberapa cepat Rasulullah dan ummat islam (seharusnya) mampu menyudahi kesedihannya.

Karena jika kita memilih untuk melanjutkan kesedihan, banyak hal yang kita tidak tahu akan terjadi di depan sana. Ditambah dengan tidak stabilnya hati, jiwa dan pikiran kita, bukan tidak mungkin kedepan kita akan kehilangan kemampuan kita untuk menentukan pilihan secara tepat.

Hindari Kemarahan

Dengan berlama-lama dalam kesedihan, kita akan membiarkan diri kita jatuh kedalam masalah lain. Ya kita perlu untuk menghargai dan menikmati kesedihan akibat sakit hati, tapi nikmatilah sewajarnya saja, jangan berlarut-larut. Rasulullah SAW melarang hal ini, dan meminta manusia segera bangkit dan “naik level”. Karena dengan berlama-lama sedih, kita akan tiba pada tahap “menyalahkan”.

Ketika manusia sudah mulai mencari pihak yang salah, dia hanya akan memiliki 2 pilihan, dirinya sendiri atau orang lain. Jika dia menyalahkan dirinya sendiri, dampak terburuknya adalah bunuh diri. Jika menyalahkan orang lain dampak terburuknya adalah kematian orang lain dan atau dirinya sendiri.
 
Maka jangan biarkan kesedihan berubah jadi proses menyalahkan, berubah lagi menjadi dendam, dan akhirnya kemarahan. Kemarahan akan benar-benar merusak diri sendiri, jiwa dan pikiran akan kehilangan batas wajarnya, dan tubuh akan mendapat kekuatan besar untuk melakukan sesuatu yang tidak tepat.

Saat sudah ada tanda-tanda kesedihan akan berubah menjadi kemarahan, sudah saatnya kita meminta bantuan untuk membuat pilihan-pilihan. Ya jika mau saat kita tidak mampu memilih untuk menyudahi kesedihan, sudah saatnya kok kamu memanggil teman untuk membantu menekan pilihan “menyudahi kesedihan”, meskipun kurang keren.

Kemabali pada Asal

Seringkali dalam menghadapi kekecawaan dan sakit hati kita betul-betul sendirian, tidak ada opsi pilihan untuk memanggil teman. Banyak hal, paling umum teman kita termasuk orang yang kita merasa kecewa dengannya. Pada saat ini penulis akan mengatakan “Alhamdulillah penulis masih percaya pada Allah SWT”. Pernyataan tadi bukan pernyataan rasis atau apa, itu murni ucapan syukur. Alasannya begini.

Dalam islam, konsep yang ditawarkan adalah “Allah SWT adalah segalanya, kita bukan apa-apa”. Konsep ini memberikan banyak hal, dalam menghadapi kekecawaan misalkan, Allah SWT sendiri mampu memberikan tawaran sebagai tempat bergantung, berharap, bahkan meminta keadilan. Sederhananya, kita tidak sendirian dalam menghadapi kekecewaan tersebut karena ada Allah, dan Allah-lah yang akan membereskan urusan kita baik di dunia maupun nanti di akhirat.
Pada akhirnya ketika rasa kecewa dan sakit hati itu datang, Allah-lah yang akan membereskan segalanya. Yang perlu kamu lakukan, hanyalah berusaha. 

(lain kasus ya jika ada orang yang menghina Allah, Rasul, Kitab dan Agama-Nya. Allah sendiripun memerintahkan kita untuk ambil posisi, bersama sang penghina, atau bersama Allah)

Source : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com


Akhirnya, kesedihan dan kekecewaan adalah sesuatu yang pasti manusia hadapi. Maka hadapilah, karena pertama, kamu tidak pernah sendirian menghadapinya jika kamu percaya kepada Allah. Kedua, jika kamu berlari dengan narkotika atau apapun itu, kesedihan akan datang kembali dan mungkin dengan volume yang lebih besar. Terakhir, bisa jadi dengan memberikan kekecewaan dan sakit hati, Allah ingin menguji, siapa hamba-Nya yang pantas naik level.

Hadapi dan berusahalah, karena selamanya kita tidak pernah sendiri.

Wallahu ‘Alam


Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6


Untuk artikel menarik lainnya silahkan kunjungi pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/07/karena-kita-manusia.html


Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 


No comments:

Post a Comment