Ma’shum-nya Rasulullah SAW
Sebuah Refleksi Sejarah
Tantangan terberat menjadi
laki-laki sejati adalah dalam 2 hal, keberanian mengakui kesalahan dan
keberanian untuk meminta maaf. Laki-laki secara fitrah memang dibelaki Allah
SWT dengan berbagai sifat. Beberapa kebudayaan baik di timur maupun di barat
mengumpulkan 7 sifat yang berbahaya bagi laki-laki (dalam hal ini manusia
secara umum), ketujuh sifat tersebut adalah Lust (nafsu seksual), Gluttony
(rakus), Envy (iri dengki), Sloth (malas), Wrath (Angkara Murka), Greed
(ketamakan) dan Pride (kebanggaan).
Dalam berbagai cerita baik di barat
maupun di timur, manusia bisa lebih mudah mengendalikan 6 nafsu pertama. Nafsu seksual,
kerakusan, iri, kemalasan, angkara murka dan ketamakan bisa lebih mudah manusia
kelola. Namun, bahkan orang suci sekalipun akan sangat sulit melepaskan diri
dari rasa bangga atas dirinya. Pernah kita dengar cerita tentang Harut dan
Marut? Kedua malaikat yang Allah gariskan berkesempatan menjalani kehidupan
sebagai manusia.
Mereka berdua diturunkan di
Babilonia, dan singkat cerita karena kecerdasan dan sifat keadilan mereka menjadi
hakim, dan berhasil menyelesaikan banyak masalah secara adil. Hingga suatu hari
datanglah seorang wanita cantik yang dia memiliki masalah dengan suaminya. Entah
karena bisikan apa, mereka berdua sebetulnya tahu bahwa sang wanita bersalah,
namun karena kebanggaan mereka sampai merekayasa agar sang suami bersalah dan
dihukum berat. Akhir cerita ini cukup menyedihkan, dimana Harut dan Marut
akhirnya jatuh ke jalan binatang, dan tentu tidak ada kebaikan menanti bagi
mereka yang jatuh di jalan binatang.
Seorang mantan malaikat, tahu
malaikat kan? Sesuai yang sering kita simbolkan sebagai kesucian, ketulusan dan
ketaatan mutlak pada kuasa Tuhan sampai terjatuh ke jalan binatang. Lantas bagaimana
dengan manusia? Apalagi ditegaskan oleh Allah SWT sendiri dalam Al-Qur’an bahwa
kitalah tempatnya salah dan lupa. Tentu kita tidak bisa mendeklarasikan diri
sebagai mahluk suci, bebas dari kesalahan. Karena dasarnya dari lupa dan salah
itulah Allah SWT mengesahkan kita sebagai manusia.
Dengan membawa lupa dan salah
itulah Allah SWT memberikan ganjaran besar, baik yang taat dan tidak taat
pada-Nya. Jika kita ta’at kepada Allah SWT, dijanjikan ganjaran lebih baik dan
dinaikan derajat kita hingga lebih mulia dari malaikat. Jika tidak, maka kita
diposisikan lebih rendah dari binatang dengan jalan binatangnya, dengan
gambaran ekstrim seekor harimau sekalipun tidak akan memakan anaknya, namun
seorang ibu dan ayah bisa lebih tega menelantarkan anaknya, atau seorang anak
bisa dengan enteng menghabisi nyawa ayah dan ibu-nya.
Kenyataannya sejarah selalu
berulang dan ungkapan Allah SWT tadi masih relevan. Bahkan seorang Umar bin
Al-Khattab hingga akhir hayatnya masih tersenyum dan menangis saat salam di
tahiyat akhir. Tersenyum saat salam sambil menegok kanan teringat bagaimana
beliau pernah membuat berhala dari tepung dan saat beliau lapar “tuhan berhala”
tadi beliau makan. Menagis saat salam sambil menengok kiri teringat dosa masa
jahiliah dahulu ketika beliau dengan tega mengubur anak perempuannya
hidup-hidup.
Sekarang, siapakah yang membawa
sang Umar bin Khattab kembali dari jalan binatang dan jalan kebodohan? Tentu tidak
lain adalah Rasulullah Muhammad SAW. Bukan hanya Umar saja, ratusan hingga saat
ini 1.4 milyar orang berusaha beliau selamatkan dari jalan kehinaan melalui
ajaran dan syariat beliau. Tentu, semua ini berlaku bagi mereka yang percaya.
Meskipun anda tidak percaya dengan
kerasulan Muhammad SAW, namun tidak bisa dipungkiri bahwa beliau adalah sosok
manusia yang ditempatkan oleh Michael Heart sebagai orang paling berpengaruh di
dunia. Selain itu, sejarah kehidupan beliau telah ditulis secara rinci dan
akurat dan sebagian cerita kehidupan beliau diriwayatkan secara mutawattir
(banyak saksi yang meriwayatkan) dan sedikit hanya sedikit mitos dan kebohongan
menyelimuti kehidupan beliau. Tentu berbeda bagi anda yang menyukai hal-hal
mitos, namun jika anda mencari kebenaran cerita Rasulullah silahkan buka Al-Qur’an,
kitab hadis Muttafaqun ‘alaih (imam bukhari dan muslim) serta berbagai kitab
sirah baik yang ditulis ulama-ulama klasik maupun cendekiawan modern.
Maka diantara banyak tokoh
spiritual yang ajarannya menjadi agama bagi manusia, beliau memiliki catatan
sejarah mungkin paling lengkap sepengtahuan saya. Karena jika anda tidak bisa
mempercayai tulisan manusia, bisa anda lihat sendiri makam beliau di Madinah
dan atau petilasan-petilasan lain yang pernah beliau lalui. Dan saya yakin akan
banyak orang yang berani bersaksi bahwa leluhur mereka dahulu betul-betul
pernah bertemu dengan Muhammad SAW baik di Madinah maupun Mekah.
Dengan segala keyakinan dan
kepercayaan, saya simpulkan bahwa segala hal tentang kehidupan Rasulullah
Muhammad SAW adalah kebenaran dan fakta. Termasuk ketika Allah SWT sendiri
mendeklarasikan Rasulullah SAW sebagai manusia yang terlindungi dari kesalahan
(ma’shum), bahkan diantara semua nabi dan rasul beliaulah satu-satu nya yang
diberikan keistimewaan untuk memberikan syafa’at kepada manusia. Semoga kita,
yang percaya dengan kerasulan dan kenabian beliau, diberikan syafa’at tersebut.
Maka menarik jika kita melihat
bagaimana orang ma’shum ini, bebas dari kesalahan ini, bahkan digelari manusia “orang
amanah” (Al-amin dalam bahasa arab) menjalani kehidupannya. Dan lebih mulia
lagi, jika kita mampu sedikit demi sedikit meneladani bagaimana beliau
menjalani hidup. Allahu Akbar, Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah, hal
tersebut memang bukan perkara sepele, apalagi bagi saya, penulis yang lemah dan
tidak berdaya ini. Tapi bismillah, setidaknya ada hikmah yang bisa kita ambil
dari kisah beliau dalam menggunakan ke-ma’shumannya.
Sebelum beliau diangkat menjadi
rasul, beliau terlebih dahulu digelari Al-amin oleh orang-orang kafir Quraisy. Mulai
dari bagaimana beliau memperlakukan barang titipan, hingga kejujuran beliau
dalam berdagang semua adalah contoh nyata kejujuran. Tidak segan menunjukkan
kecacatan produk, jujur tentang rasio keuntungan, bertanggung jawab saat ada
kerusakan barang, dan lain sebagainya. Akhirnya, dengan modal tersebut
keuntungan berganda adalah sifat dari bisnis beliau.
Ditambah dengan kecerdasan dan
kecerdikan, beliau bisa dengan tepat menemukan dan memecahkan akar masalah.
Contoh terbaik adalah saat menyelesaikan konflik saat akan memasang hajar
aswad. Singkat cerita selepas beberapa tahun suku quraisy memutuskan untuk memugar
Ka’bah. Selepas pemugaran tentu ornament-ornamen Ka’bah seperti Kiswah, Hijr
Ismail, dan Hajar Aswad harus dikembalikan ke tempatnya semula.
Masalah muncul saat akan
memindahkan Hajar Aswad. Status-nya sebagai batu surga yang Allah turunkan ke
bumi berarti kemuliaan bagi keluarga siapapapun untuk memasangnya. Tentu, dalam
hegemoni kaum Quraisy banyak keluarga yang memiliki posisi setara karena mereka
semua adalah keturunan hebat dari Abdi Man’af dan Abdi Daar. Pedang sudah
dihunus dan Kota Mekah berada di ujung perang saudara.
Akhirnya diputuskan, siapapun orang
yang esok hari masuk ke masjid Al-Haram pertama kali akan menjadi pemecah
masalah dan menuntaskan perselisihan. Takdir Allah, Muhammad bin Abdullah
AL-Amin adalah orang pertama yang memasuki masjidil haram. Mengetahui duduk
masalahnya karena keinginan baik masing-masing keluarga untuk memuliakan Ka’bah
dan Hajar Aswad, beliau menyelesaikannya dengan sekaligus melibatkan seuruh
keluarga itu dalam proses pemindahan Hajar Aswad.
Dibentangkan kain, beliau sendiri
yang meletakan Hajar Aswad di tengah-tengah kain. Kemudian ujung kain diangkat
bersama-sama oleh perwakilan keluarga-keluarga Quraisy hingga ke dekat tempat
bersemayamnya Hajar Aswad. Kemudia Rasulullah sendiri yang meletakan Hajar
Aswad dalam gegap gempita kaum quraisy. Pertama, bangunan mulia Ka’bah selesai
dipugar dan Kota Mekah selamat dari pertumpahan darah.
Sebuah contoh mulia, jauh sebelum
beliau diangkat menjadi Rasul, beliau menunjukkan kapasitas sebagai manusia
mulia. Prosesi penyelesaian masalah Hajar Aswad adalah perwujudan dari proses
panjang kehidupan beliau, sebagai anak-anak yang bebas dari ketidakmafaatan,
pemuda bersemangat nan jujur, hingga menjadi orang dewasa yang matang dan dapat
dipercaya. Gelar Al-Amin juga merupakan proses panjang dari episode-episode
kehidupan beliau. Dimana kejujuran beliau telah dirasakan banyak orang,
diyakini banyakan orang, disampaikan banyak orang, dan akhirnya beliau berhasil
membuktikannya dihadapan orang-orang.
Bandingkan dengan sekarang, dengan
kekuatan media satu episode kehidupan seseorang dikisahkan seolah beliau adalah
“sebaik-baiknya orang”. Ketika orang-orang bertanya, dibuatlah rekayasa seolah “ya
dia itu baik sekali, percayalah padanya”. Dan ketika orang percaya dan meminta
bukti, dibuatlah bukti entah bukti apa benar-tidaknya. Disebarluaskan, padahal
orang-orang sering tidak tahu apakah hal itu nyata atau hanya manis di mata
saja. Dan ketika ada orang yang cukup kritis mempertanyakan bukti itu, dia
dibungkam dan dituduh melawan, karena sederhana, dia memiliki cara pandang
berbeda dari yang “diskenariokan”.
Gelar Al-Amin Rasulullah Muhammad
SAW bukan proses singkat selama 5 tahun atau apapun itu. Proses panjang sejak
beliau lahir hingga beranjak dewasa (sekitar 40 tahun) lah yang membuat beliau
digelari Al-Amin, betul-betul selama itu beliau belum pernah berbohong, bahkan
hingga beliau meninggal, tidak ada satupun dusta terucap. Bahkan saat bercanda,
bahkan terhadap musuh, apalagi dengan kawan dan sekutu.
Maka, saya pribadi ingin
menyimpulkan bahwa diangkatnya Rasulullah SAW sebagai Rasul karena Allah sendiri
mengehendaki demikian, pertama. Dan kedua, beliau Rasulullah SAW berhasil
membuktikan kapasitasnya sepanjang hidupanya. Baik sebelum atau setelah mejadi
Rasul, bahkan dari kesaksian para mu’allaf dimasa itu, berpalingnya mereka dari
agama nenek moyang mereka lebih sering bukan dari denting pedang atau dari
kerjasama politis, ahlak Raslullah Muhammad SAW menjadi alasan utama mereka
meninggalkan ajaran nenek moyang mereka. Artinya, kemuliaan islam sendiri
tercermin nyata dalam diri Rasulullah SAW, dan itulah islam, nothing more
nothing less.
Bandingkan dengan dewasa ini, jika
bukan karena kemajuan media, bukan karena pembangunan paksa cara pandang
melalui opini-opini yang (maaf) seringkali tidak tepat, saya yakin kita bisa
membuka mata lebih jelas dan melihat sosok tauladan utama, yang hidup 14 abad
lalu.
Ditambah lagi, dengan kebanggaan
dan kekuatan dari para penguasa, orang yang Allah berikan kelebihan dari yang
lain, mulailah dibuat untuk meyakinkan orang bahwa mereka “terbaik”. Hingga tidak
heran, meskipun jaman sudah modern masih kita temukan pemujaan berlebihan
terhadap tokoh tertentu, bahkan dalam kasus ekstrem tokoh-tokoh berkuasa ini
mendapat perlakuan sama dengan dewa oleh para pengikutnya. Jika tidak mendapat
perlakuan demikian, lebih parah lagi tokoh berkuasa ini meminta dan menuntut
diperlakukan seperti dewa, luar biasa.
Hingga pada puncaknya, segala hal
yang terang menunjukkan kecacatan dan kesalahan dihapus paksa dari hadapan
manusia. Mulai dari klarifikasi, membuat kambing hitam, membuat setting
pengalihan isu, hingga menyalahkan golongan tertentu atas kegagalan dan
kecacatan mereka. Diturunkanlah ketakutan di tengah masyarakat, sehingga jika
rakyat berani menanyakan perilaku wanprestasi para tokoh penguasa, akhirnya
adalah kematian.
Coba kita lihat bagaimana
Rasulullah Muhammad SAW menghadapi ketidakmampuan beliau. Pernah suatu ketika
ada masalah dan beliau diminta orang Quraisy memberikan wahyu. Diluar dugaan,
wahyu tidak turun dalam waktu yang cukup lama. Apa yang Rasulullah SAW lakukan?
Apakah beliau membuat wahyu palsu? Tidak! Beliau jujur mengatakan wahyu belum
turun, dan beliau meminta waktu, menunggu datangnya wahyu.
Tentu, hal ini membuat pengikut
beliau yang masih baru mulai ragu. Bahkan banyak diantara mereka yang akhirnya
kembali murtad, tentu, karena turut dibakar dengan propaganda terus menerus
dari kaum quraisy. Waktu terus berjalan dan belum ada tanda-tanda wahyu akan
turun. Bukannya membuat klarifikasi, beliau malah mengambil keputusan dengan
meninggalkan Kota Mekah. Tentu hal ini membuat bertanya-tanya banyak orang dan
Orang Kafir Quraisy tertawa, menyaksikan keberhasilan propaganda mereka.
Di tengah kesendirian beliau
menangis dan meminta Allah SWT turun, dan turunlah wahyu yang ditunggu-tunggu
itu (Qur’an surat Ad-dhuha, cerita detailnya bisa anda lihat di asbabun nuzul
(sebab turun) surat ini). Dengan ayat dahsyat menggelora dengan menegaskan Allah
tidak pernah sedikitpun meninggalkan Rasulullah SAW, membuat kafir Quraisy
kembali gigit jari, dan ummat islam meraih kembali keyakinan dan kepercayaan
dirinya.
Pertanyaan sederhana, mengapa
Rasulullah tidak mengarang ayat-ayat untuk membungkan kaum kafir quraisy? Jawabannya
sederhana. Pertama beliau adalah sosok Ummi (tida bisa membaca dan menulis) dan
kedua beliau bersedia mengakui kesalahan dan ketidakmampuannya. Bagaimanapun wahyu
adalah hal Ghaib dan menjadi hak-Nya Allah untuk menurunkannya. Waktu nya
kapanpun juga terserah Allah.
Sekarang? Saat dunia dan perjalanan
dunia berada pada pilihan manusia untuk memenuhi atau tidak memenuhi
komitmennya orang berlomba-lomba membuat alasan untuk melindungi kelemahannya. Semakin
berkuasa dirimu, semakin mampu kamu membuat citra dirimu semanis mungkin
dihadapan masyarakat. Bahkan tidak dipungkiri memang saat ini di dunia sedang
berada pada masa memberikan kesan ma’shum kepada golongan tertentu dan
mendiskreditkan golongan lain. Luar biasa, manusia yang hina, penuh salah dan
lupa, berani mendeklarasikan dirinya ma’shum! Gelar yang Allah bahkan
memberikannya hanya kepada satu hamba dari hamba-hambanya yang mulia.
Jika memang anda berkeinginan
menjadi ma’shum, maka lihatlah bagaimana Rasulullah SAW hidup dengan gelar ma’shum
nya. Menjadi cerita legendaris bahwa beliau pernah mengimami seorang sahabat
dalam sebah sholat malam. Dalam satu raka’at beli habis membaca al-baqarah dan
ali-imran! Wajar jika istri beliau Aisyah bernai bersaksi bahwa ketika beliau
sholat malam, kakinya selalu bengkak-bengkak. Tidak hanya itu, setidaknya dalam
sehari beliau memohon ampun pada Allah minimal 70 kali! Padahal beliau ma’shum
dan sudah dijamin posisinya di surga sana!
Lantas, apa yang akan anda lakukan
dengan “gelar ma’shum” yang anda sematkan pada diri anda sendiri? Ya semoga
sholat malam dan mohon ampun kepada Allah menjadi hal yang anda lakukan. Dan semoga
standarnya minimal sama dengan Rasulullah SAW. Karena saya sebagai penulis yang
lemah ini, angkat tangan, subhanallah betapa lemahnya hamba-Mu ini.
Uraian panjang diatas tadi
menunjukkan sesuatu yang nyata, bahwa episode kehidupan Rasulullah SAW adalah
episode kehidupan sosok manusia dan muslim sejati. Dan sudah sewajarnya kita
berusaha meniru beliau sebaik mungkin. Allahu akbar, laa hawla wa laa quwwata
illa billah, yang memang sangat berat.
Bayangkan, saat anda dalam kondisi
sakaratul maut, menggunakan sisa-sisa tenaga anda berdiri dan meminta qishas
atas kesalahan yang pernah anda lakukan? Tidak! Itu mustahil, sakaratul maut
itu sakit! Tapi Rasulullah melakukannya. Beliau berdiri, dan meminta semua
kesalahan beliau di qishas oleh para jama’ah yang hadir.
Tentu hal ini memicu kesedihan
mendalam, hingga para sahabat menangis sesenggukan. Tapi ada seorang sahabat
dia berdiri dan meminta hak-nya untuk melakukan qishas. Seluruh sahabat merah
padam, bahkan Umar bin Khattab kuat-kuat mencengkeram gagang pedangnya untuk
ditebaskan ke batang leher orang tidak tahu diri itu. Nabi menahan, dan
bertanya, apa masalahnya?
Sahabat tersebut berkata bahwa
dalam sebuah perang, cemeti unta Rasulullah tidak sengaja mengenainya. Rasulullah
SAW berbalik, siap menerima pukulan cemeti. Sang sahabat berkata lagi, “ya
Rasulullah saat itu saya tidak memakai baju”. Semakin murka para sahabat, namun
Rasulullah menenangkan mereka semua. Degan sabar beliau melepas bajunya,
menyerahkan punggung lemahnya untuk dipukul dengan cemeti.
Tidak terduga, sang sahabat malah
memeluk beliau erat, dan berkata “ya Rasulullah mana tega aku berbuat demikian
(memukul dengan cemeti) sedangkan ini adalah saat terakhir aku bisa bertemu
denganmu ya Rasulullah!” pecahlah tangis di masjid nabawi. Semua orang larut
dalam kesedihan, menyaksikan manusia mulia, nabi dan rasul kita semua akan
selamanya kemabali ke sisi Allah SWT. Laa haula wa laa quwwata illa billah!.
Apakah ada pemimpin dengan
kapasitas seperti itu sekarang? Tidak. Bahkan jika mereka meninggal, semua dosa
masa lalu harus dikubur dalam-dalam. Apalagi jika menjalankan syariat Qishas,
haha, mungkin akan sangat berat ya? Tapi apapun itu kenyataannya sekarang
banyak mereka yang berkuasa menggelari diri mereka sebagai “ma’shum”, yasudah. Biarkan
dianggap seperti itu ya? Dan semoga Allah SWT memberikan hidayah.
Saya tidak tahu apakah tulisan
panjang ini termasuk apa, tetapi kenyataannya, ada kisah indah tentang seorang
manusia, pemimpian, dan panutan ummat yang hidup 14 abad lalu. Kehidupannya dipenuhi
dengan cerita indah yang menjadi hikmah bagi kita semua. Dan hikmah terbesar
adalah, kebanggaan berlebihan, ketakukan mengakui kesalahan dan meminta maaf
adalah langkah awal manusia jatuh ke jalan binatang.
Jalan binatang, dimana dengan
kesombongan manusia biasa dan lemah berani mendeklarasikan diri, keluarga dan
kelompoknya, sebagai orang-orang ma’shum, bebas dari kesalahan.
Wallahu ‘Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini
https://www.selasar.com/jurnal/36678/Maksumnya-Rasulullah-saw
Untuk Artikel Lainnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/07/karena-kita-manusia.html
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini
https://www.selasar.com/jurnal/36678/Maksumnya-Rasulullah-saw
Untuk Artikel Lainnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/07/karena-kita-manusia.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/07/kenapa-rasulullah-saw-melakukan-defile.html
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment