Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Tuesday, May 23, 2017

Hikayat Santren : Dul dan Kamar Mandi



Dul, Kamar Mandi dan Pertemanan

Di PPNK, ada beberapa tempat yang memegang peran kehidupan para santri. Lika-liku, problematika, dan solusi seringkali berputar di tempat-tempat ini. Tempat-tempat ini memastikan santri secara fisik dan spiritual tetap sehat, tetap waras. Karena, seringkali jika terjadi masalah di tempat-tempat ini, kehidupan si santri akan berubah drastic, tidak bisa normal kembali. Lain halnya jika terjadi hal-hal baik, kehidupan lebih baik menanti, dengan kenyamanan dan kenikmatan surgawi.

Salah satu tempat pernah di bahas disini, ya, pusat informasi, alias information center. Kalian bisa baca bagaimana pentingnya pusat informasi bagi para santri PPNK di sini (http://fellofello.blogspot.co.id/2017/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html). Sebagai penguasa informasi, mutlak kehadirannya menentukan sejahtera-tidaknya, ngenes-tidaknya kehidupan para santri. Terimakasih untuk pusat informasi juga, karena keberadaanmu kami para santri laki-laki masih menjaga “moral seksual” kami pada tempatnya. Man for woman, and woman for man.

Tempat kedua, kamar mandi. Kamar mandi adalah lokasi pribadi dimana seorang individu bebas “mengeskpersikan dirinya” sedemikian rupa, sebebas-bebasnya. Kata “sedemikian rupa” dan “bebas” ini tetap berlaku sama di PPNK. Di kamar mandi kamu boleh bertelanjang dan menyanyi suka-suka. Bahkan melakukan hal-lain-yang-tidak-semestinya ya terserah anda, tetapi tentu, anda harus siap dengan konsekuensinya.

Kamar mandi di PPNK, mungkin sama seperti pondok lain, bersifat komunal. Artinya, masing-masing kamar mandi saling dihubungkan dalam koneksi pipa air dengan sumber air tunggal. Sangat jarang ditemukan kamar mandi di PPNK yang memiliki keran sendiri-sendiri, kalaupun ada jumlah sangat terbatas. Jika tidak memakai pipa, maka kamar mandi ini dihubungkan menggunakan bak panjang raksasa. Mungkin saya jelaskan, bagaimana kamar mandi ini dibangun.

Pertama, bangunlah bak mandi ukuran 1.5x1x0.7, tapi buatlah sepuluh buah dan satukan semuanya, hilangkan sekat antar bak mandi. Kedua, siapkan kamar mandi, ukurannya terserah anda, tetapi usahakan sesuai dengan panjang bak mandi raksasa anda. Dijejerkan sedemikian rupa, siapkan sebah sumber air. Berikan jarak antara tembok pembatas antar kamar mandi dengan plafon, kamar mandi komunal PPNK sudah siap. Makin bingung ya? Baiklah saya jelaskan dengan cerita.

Di suatu sore yang cerah, ane dan jeki sedang mandi dengan tenang. Belum banyak santri yang mandi sore itu, sehingga air masih jernih dan bisa puas kami nikmati. Tiba-tiba, “BYUUURRR!!!!” sebuah benda besar tercebur kedalam air. Ane dan Jeki yang penasaran segera melongok ke dalam bak mandi, kebetulan bak mandinya belum penuh, dan melihat di kejauhan, ada seorang anak berambut keriting sedang berenang di dalam Bak Mandi. Berenang! Dia berenang sejauh kira-kira 3 kamar mandi sebelum seorang anak lain mengganggu dia dengan menarik-narik celana pendek yang dia gunakan.

Di sore yang lain, terlihat sekelompok anak berlari-lari girang sambil memutar-mutar kaos dan sarung. Mereka tertawa terbahak-bahak dan berlari menjauhi kamar mandi jemuran. Ane hanya bertanya-tanya dan meneruskan perjalanan ane menuju kamar mandi. Sedikit terkejut, tiba-tiba sebuah kepala melongok keluar dari pintu kamar mandi, dan memanggil ane.

“Dul, ente tadi liat anak-anak lari-lari bawa sarung biru nggak?”
“Iya, ane liat, kayaknya mereka temen sekamar ente kan?” ane menjawab dengan bertanya-tanya
“Sialan tuh anak. Dul, ane pinjem sarung ente bentar dong, ane mau ngejar itu anak-anak dulu..”

Ane berikan sarung ganti ane, segera dia kembali menutup pintu kamar mandi. Tak lama berselang, santri itu sudah keluar, bertelanjang dada, dengan rambut keriting dan muka sepuhnya, dia mirip seperti engkong-engkong kemalingan mangga. Dengan semangat 45 dia berteriak..

“ABAAAARRRRRRRRR!!!!!!!!!!!”

Kulihat di jendela kamarnya (kamar orang sepuh ini di lantai 2) anak yang berlari girang tadi megibar-ngibarkan sarung dan baju milik si sepuh. Tanpa Ba-Bi-Bu si sepuh langsung berlari, meninggalkan ane yang cuman bisa melongo.

Ane memasuki kamar mandi yang dia tinggalkan, dan melihat saksi sebuah pertempuran. Bekas ciprata air dengan skala besar terlihat dimana-mana, bahkan seluruh dinding kamar mandi basah kuyup. Akhirnya ane sedikit banyak paham skenarionya. Berawal dari perang air, berujung pada ancaman dan paksaan untuk sebuah ketelanjangan.

Kedua cerita tadi adalah sekilas penggambaran kamar mandi di PPNK. “Sedemikian rupa” dan “bebas” di kamar mandi PPNK benar-benar dalam level yang berbeda. Semuanya berarti komunal, semua orang memiliki hak setara. Hak untuk menyiram teman di sebelahnya, hak untuk berenang, dan jika anda sedikit mesum dan usil, hak untuk mengintip. Karena desain kamar mandi di PPNK benar-benar mendukung anda untuk mengembangkan dua bakat anda. Pertama, bakat kemesuman, jelas tidak penting karena hasil dari mengintip ini hanyalah seorang anak laki-laki. Kedua, bakat meneror orang, dengan memunculkan sedikit kepala anda diatas pembatas kamar mandi, 100% rekan anda pasti ketakutan, kecuali yang orientasi seksualnya sudah bermasalah.

Selain sebagai tempat bersenang-senang, kamar mandi dengan mudah menjadi tempat untuk memupuk persahabatan. Contoh kasusnya ketika ane meminjamkan sarung kepada si sepuh itu, ane jadi tau nama si sepuh itu bernama Jalil. Putra pengusaha telur asin dari Kota Telur Asin, dan karena ane sudah kenal dengan dia lebih mudah ane bercerita tentang tokoh satu ini. Selain kasus tadi, persahabatan dan pertemanan lebih sering dimulai dari saling berbagai alat mandi. Alat mandi mulai dari sabun cair, shampoo, pasta gigi, sikat gigi hingga sabun batang sering menjadi objek untuk memulai relasi pertemanan.

Seorang anak yang membawa sebotol shampoo berukuran sedang, bisa membantu 3-4 orang santri tuna-shampoo. Seorang santri dengan sebotol sabun cair sering membantu maksimal 2 orang, bahkan sering saking “dermawannya” seorang santri membagi separuh sabun cairnya kepada santri lain (modus penipuan, “bro bagi sabun nya dong” sabun diperoleh, dipindah separuhnya ke botol kosong milik santri penipu). Atau kalau memang sedang sangat “dermawan” seorang santru ke kamar mandi membawa sabun, shampoo, dan pasta gigi, dia kembali ke kamar hanya membawa sikat gigi saja (modus penjarah alat mandi. Oknum biasanya adalah kakak kelas atau santri seangkatan yang sok preman). 

Di level kakak kelas yang lebih senior, kamar mandi benar-benar menjadi tempat untuk memupuk solidaritas. Selain piket kamar, ada istilah piket kamar mandi. Tugasnya bukan untuk bersih-bersih kamar mandi, tetapi untuk menyediakan sebotol shampoo, sebotol sabun cair, dan sebuah pasta gigi, yang nantinya akan digunakan oleh teman-teman nya seangkatan. Betul-betul sangkatan! 100 orang! Mereka akan berbagi seindah mungkin agar semua teman-teman seangkatannya bisa mandi dengan layak dengan shampoo, sabun dan pasta gigi sebegimana mestinya. Luar biasa bukan?

Itulah sedikit cerita tentang kamar mandi PPNK, jelas bukan tempat mewah, bahkan mirip sekali dengan kamar mandi di penjara. Cuman, banyak kisah pertemanan terukir disini. Pertemuan dan pertemanan ane dengan Jalil menjadi salah satu contoh kisah indah dari kamar mandi. Teman-teman yang suka berbagi sabun akhirnya benar-benar berpasangan dengan 2 atau 3 orang teman untuk berbagi alat mandi. Setiap orang berkewajiban memenuhi kebutuhan saudaranya, secara bergantian mengantri kamar mandi untuk saudaranya. Sedang yang lain memuaskan diri, saling bercanda dan saling siram di kamar mandi, kemudian keluar sambil tertawa puas atau berkejar-kejaran dengan ceria. Ya, ituah sekilas cerita singkat soal kamar mandi PPNK

----------- Kamar Mandi PPNK Undercover -----------

“kejujuran adalah dasar jurnalistik”

Sudah ya cerita indahnya? Ini ada beberapa cerita lain dari kamar mandi PPNK. Cerita ini benar-benar lain, untuk itu semua identitas tokoh ane sembunyikan

Pintu didobrak! Bruak!!

Kebahagiaan santri di kamar mandi, tentu tidak bisa dipahami semua orang, baik itu dikalangan para santri atau asatidz (ustadz pondok). Jelas, pihak yang paling tidak suka dengan cara senang-senang santri PPNK adalah para ustadz, yang diwakili para ustadz asrama. Setiap sore mereka rutin berpatroli, mengecek kamar mandi yang penghuninya bersenang-senang secara berlebihan. Teguran bisa berupa gedoran keras, bahkan tidak jarang tendangan keras di pintu. Perlu anda tahu, kamar mandi di PPNK semuanya jelas dilengkapi dengan gerendel pengunci, namun karena perlakuan yang dialami, tidak jarang gerendel berumur sangat singkat.

Seperti suatu ketika, seorang ustadz asrama, sebut saja “pak janggut” sedang berpatroli. Kamar mandi-kamar mandi sudah banyak menjadi korban gedorannya. Bagi kami, suara gedoran ustadz ini jauh lebih menganggu daripada suara perang air di kamar mandi. Sampailah dia di kamar mandi jemuran, tersebutlah 3 orang santri teman sekamar sedang asik bermain perang air. Meskipun kami tidak suka dengan suara gedoran, kami suka melihat teman kami menderita (HAHA), akhirnya beramai-ramai kami menunjuk ketiga kamar mandi tadi dan tanpa dikomando kami semua bersepakat diam, menunggu Pak Janggut beraksi.

Mendengar keributan di kamar mandi, Pak Janggut naik pitam, dan segera, sebuah tendangan karate meluncur menghantam pintu kamar mandi pertama, BRAKKKK!!!!!!. Suara benturan sangat keras, namun bersyukur, sepertinya kamar mandi pertama gerendelnya masih sehat, hanya penghuninya langsung terdiam. Tidak menunggu lama, tendangan kedua meluncur, kali ini menghantam pintu kamad mandi kedua “CRACCKKK BRAAAAKKKK!!!!!!”, terekspose! Penghuninya memakai sesuatu sebagai gerendel, tetapi apapun itu sesuatu tadi sudah patah, dengan panik dia membanting ulang pintunya, dan berteriak sembari menutupi tubuh telanjangnya.

Tiba di pintu ketiga, melihat handuk yang disangkutkan diujung pintu, kami semua tahu kamar mandi ini tidak memiliki gerendel. Tetapi, entah kenapa si penghuni tidak tahu diri dan malah tertawa-tawa sembari terus menyirami rekan di sebelahnya. Dengan naik pitam, sebuah tendangan langit diarahkan ke pintu ketiga, dan “BRAAAKKKKKK!!!!!!!!!” pintu terbuka dengan lebar. Si penghuni, mungkin karena kaget justru hanya berbalik, menghadap pintu yang terbuka, dengan tanpa sehelai benangpun. Tawa pun pecah, melihat dia melongo dan tidak berbuat apa-apa terhadap bagian pribadinya yang terekspos.

Baru setelah sepersekian detik kami puas menelanjangi dia (dalam artian sesungguhnya) dia berteriak liar, menutup kembali pintu kamar mandir, dan berteriak liar lagi. Satu hal masih menganggu pikiran ane, apakah dia memang seorang tukang pamer..? karena setelah berteriak justru dia tertawa terbahak-bahak dan keluar kamar mandi dengan senyum ceria.

Gayung + Setan = Gayung Kepala Setan

Tidak lengkap jika sebuah asrama tidak memiliki cerita setan, ini ada sebuah cerita setan tentang kamar mandi. Konon, kamar mandi asrama kami dulu beridiri diatas kuburan, jadi memang sejak lama cerita setan berkeliaran di asrama kami. Suatu hari, seorang bernama A mengalami sakit perut parah, lebih apesnya, dia mengalaminya saat tengah malam.

Tanpa buang waktu, dia segera membuka pintu kamar dan berjalan menuju kamar mandi. Hembusan angin ane menyambutnya saat dia sudah mencapai kompleks kamar mandi asrama. Dengan tidak mempedulikan itu, karena sakit perutnya semakin menggila dia segera memasuki salah satu kamar mandi, yang sudah tersedia gayung tentunya. Ditutup pintu kamar mandi, dan segera A memulai perjuangan menaklukan sakit perutnya. Brat, bret brot, brut, prepet, prepet, sepertinya Indumi kadalursa benar-benar menjadi masalah serius.

Segera setelah dia memenangkan pertempuran, dia membersihkan diri menggunakan gayung yang tersedia. Awalnya tidak ada yang aneh, dia berhasil membersihkan sisa-sisa pertempurannya dengan baik, jamban pun disiram rapih sehingga sisa-sisa pertempuran tidak terlihat lagi. Namun, ketika dia mulai memakai celana pendek, gayung ini perlahan berubah aneh. Mendadak dari dalam kamar mandi, terdengar suara ketawa cekikian.

Spontan, A menoleh kebelakang, dan melihat gayung itu di sisi bak. Bedanya, gayung itu bukan sesuatu dari plastik, namun berbentuk kepala setengah botak, dengan lubang besar diatas nya. Panik dan marah, A yang merupakan jagoan taekwondo segera membuka pintu kamar mandi, dan dengan gagah berani menghadiahi tendangan taekwondo kepada gayung terkutuk itu sehingga membentur dinding kamar mandi keras-keras. Sambil berteriak, A berlari keluar, histeris.

Efek Samping Cerita Horor di Kamar Mandi

Pengalaman A dan gayung setannya benar-benar menjadi legenda, apalagi A tidak berbohong soal ceritanya. Dia benar-benar mengalami bahkan dia berani bersumpah atas nama Allah. Ditambah dengan reputasi asrama kami dengan setan-setannya sejak pertama kali dibangun, suasana kamar mandi asrama berubah menjadi mencekam. Banyak orang memilih ke kamar mandi berombongan, jarang sekali ada santri ke kamar mandi malam-malam sendirian, termasuk ane.

Hingga suatu ketika, kompleks kamar mandi terdekat dari asrama, mengalam gangguan pada pipa air, sehingga mengakibatkan sekitar 30 kamar mandi tidak dialiri air. Kamar mandi jemuran-ah, sejumlah 20 kamar mandi yang masih dialiri air. Jemuran benar-benar berbeda dengan kamar mandi dekat asrama, disana betul-betul gelap karena tidak ada pencahayaan di sekitarnya. Lebih parah lagi, kamar mandi yang memiliki jamban terletak di ujung, jauh dan gelap. Alamat jika kita mengalami sakit perut tengah malam seperti si A tadi.

Pagi hari saat krisis air itu, santri-santri segera berlari, berebutan antrian di kamar mandi jemuran sejak habis subuh. Dengan semangat 45, kami semua mengantri dan segera terjadi keributan di kamar mandi. Belum selesai kami ribut-ribut, di kamar mandi ke 4, cukup dekat dengan sumber air, seorang santri berteriak dengan histeris.

“AN********* ADA T**** DI BAK MANDI!!!! PISANG COKLAT ANJIRRRR!!!!!!”

Kami pun shock, bahkan beberapa orang yang sudah mulai mandi mengehntikan aktifitasnya. Kami segera mengerumuni kamar mandi nomor 4 dan bergantian melihat masuk ke baknya. Betul, sesuatu berbentuk besar-panjang, berwarna coklat menghiasi dasar bak mandi. Akan sangat senang, jika itu adalah “pisang coklat” betulan, namun sayangnya kami tahu, itu bukanlah pisang coklat.

Dengan karakteristik bak komunal, otomatis, semua orang segera walk out dari kamar mandi jemuran. Keributan karena krisis air terhenti seketika, karena ada sebuah “pisang coklat” di dasar bak mandi. Apa komentar ane? “Anjir”. Udah gitu doang. Mantap kan?



NB: kalau mau percaya silahkan, nggak juga boleh.

-Contunued

Azzam Abdullah Artwork/Azzam Abdullah
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com

Untuk seri sebelumnya bisa tengok disini : 

Untuk cerita lain mungkin bisa baca :
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/sendiri.html

Thank you for Support!
Share, Follow and Comment!!

No comments:

Post a Comment