Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Saturday, April 8, 2017

Hikayat Santren : Dul, Sentuhan Pertama

Dul, Sentuhan Pertama

Sibuk, kata-kata pertama terlintas setelah aku memasuki asrama baru. Orang-orang lalu lalang, seperti mencari sesuatu. Di papan pengumumuman tertulis aku masuk kamar ujung, namanya kamar SAF.
"mambu langu"
gumam nenek saat pertama masuk kamar. aku sampai sekarang gak paham apa itu langu. dan penjelasan mamah baru-baru ini soal langu membuatku merinding
"langu iku aroma ketika disekitar kita ada setan"

belum apa-apa sudah ketemu sama setan? what the hell is this. bukan awal yang bagus untuk memulai.

ranjang dan lemari semua ada namanya, dan tentu, ranjang tingkat. lemaripun satu lemari untuk berdua. mesra sekali, terutama kalau kalian pasangan homo.
"aku tahu semua isi lemari dan dirimu sayang"
mungkin gitu bilangnya, tapi yasudahlah. semoga nggak ada homo disini, meskipun saat ini aku belum ngerti homo itu makanan apa.

barang-barang ditaruh, peraturan dibaca.
"dul, palu nya mau dibawa pulang nggak? di PPNK nggak boleh bawa palu"
palu! masalah pertama yang dihadapi langsung palu! peraturan menyebutkan membawa palu bisa kena poin 25. kurang 75 poin lagi, dul akan sukses "lulus" dengan tidak terhormat.

(sistem poin adalah semacam hitpoint yang dipakai di Pondok Pesantren NK, disingkat PPNK. total poin maksimum yang kamu gaboleh kehilangan adalah 100 Poin. poin pelanggaran dihitung sebagai poin negatif, poin kebaikan dihitung poin positif. misalnya kamu pacaran tapi kamu juara olimpiade nasional, HAH! lanjutin aja pacarannya. beberapa poin pelanggaran terlarang di PPNK adalah mabuk, membunuh, mencuri, pacaran, melarikan diri dari pondok. sedangkan poin positif terbesar diperoleh melalui menang kompetisi, menghafal kata-kata bahasa asing, dan melaporkan pelanggaran teman)

"bawa pulang aja mah, toh kayaknya Dul gak akan butuh kayak gituan"
yap seperti itu, tapi kemudian aku membuka emberku dan kulihat ada sebatang kayu seukuran 15 CM, dan 10 tutup botol, serta 2 Batang paku.
"cik..icik..cik"
dikamar sebelah kudengar bunyi kecrekan..
"ZONK....."
"aku disuruh jadi pengamen disini.. Ha.. ha.. pengalaman pertama pendidikan adalah jadi seorang pengamen..."

barang-barang sudah tertata rapi. pamanku yang penasaran membuka kotak sepatu yang ada diatas lemari..
"sepatumu bagus dul! Adidas ini!"
hah? di tempat antah berantah begini sepatu sekolahnya Adidas? paling bohong.., begitu gumamku. tapi saat kulihat, disamping sepatu memang ada strip 3 khas Adidas!. bayangkan!.
tetapi saat kulihat Brand Identity nya,,
"Paman, beli kacamata sana.. INI PPNK SHOES!.. merek apaaan ini..."

yagitu. jelaslah. ngga mungkin Adidas mau mensponsori pengadaan sepatu buat tempat antah berantah kayak begini. jauh dari keramaian, isinya laki-laki semua. warna dindingnya norak. bahkan lantai kamar pun dicat dengan warna super norak (masih lengket pula). tapi berani juga PPNK meniru desain dari Adidas, ya, semoga mereka tidak dituntut karena itu.

saat asik membicarakan sepatu, aku mendengar sesosok orang sedikit berlari dan menyembunyikan dirinya di celah lemari. langsing bener bisa masuk ke tempat kayak begitu, ya kan ya?.
di menutup diri dengan pintu lemari, dan dengan tersenyum di melepas bajunya.
"eh..?"
kemudian dia menggumamkan bahasa aneh yang tidak kumengerti, kemudia dengan menatapku, dia melucuti celananya...
"ehhhhh..........??????"

"ADA HOMO DI KAMAR AKU... TIDAAAAK...."

shock terapi yang lumayan. tenang, dikamar ini ada 30 laki-laki, nggak mungkin kan ya dia langsung menyerang dan menggumuli salah satu dari kami? lagipula kita semua juga masih siswa baru? nggak mungkin kan ya,, ditambah disini pondok pesantren? tapi,,, tapi,,, tapi,,,,

ditengah khayalan ngga jelas ku seorang mas-mas bertampang tua dan gemuk memanggil kami
"adik-adik, waktunya makan,,,"
senyumnya ramah, sebenarnya. tapi karena insiden ganti baju tadi aku mengira itu mirip sama senyuman om-om iseng yang normal.. tapi suka iseng. apalah, aku nggak paham

aku menengok sedikit ke lauk yang akan kami nikmati. lauknya terlihat seperti gumpalan berwarna hitam, dengan bau yang "khas".
Daging, sapi, bumbu, rendang.
setengah menahan muak, aku mundur beberapa saat
"loh? kenapa dek? lauknya enak loh.." kata mas-mas tadi.. sambil menyendokkan sepotong daging
"muhe,, he,, he,, la..uk..nya..e...na..k..lh..oo" aku yang tidak suka daging, mendengar omongan itu seperti aku mendengar bisikan sayap izrail..
"hari ini kamu mati.." argk! nggak mungkin, gue harus makan! kalau nggak gue mati..

akhirnya kuambil secentong nasi, dan potongan paling kecil dari rendang tadi. trauma melihat daging yang berdarah-darah membayangiku saat aku melihat rendang tadi. aku tidak suka daging sapi! terserah mau disebut makanan terenak dunia atau apalah, tapi aku bener-bener trauma sama daging sapi..
"loh dek, kok ngambilnya dikit? nggak usah malu-malu lah.." mas-mas tadi kembali tersenyum..
"ngg..ak.. u..sah.. ma..lu..ma..lu..laah... ha..ha..ha..." BODO AMAT! AKU GASUKA DAGING! HOEK...

akhirnya, sambil duduk di ranjang, aku menikmati suapan pertama makanan bikinan pondok. saat itu, hatiku merindukan rumah. di rumah, mamah nggak akan tega memaksa anaknya memakan makanan yang nggak dia suka. makanan terbaik pasti dihidangkan, untuk menyenangkan anaknya. mamah dan papah memang belum kembali lagi ke rumah, mereka masih menginap di penginapan. tapi, aku sudah merindukan mereka..

aku mengunyah daging itu pelan-pelan. sambil menahan rasa anyir yang keluar, aku mengingat pengalaman pertamaku, sentuhan pertamaku di tempat bernama PPNK. dipaksa membuat kecrekan, bertatap mata dengan homo (iyakah?), dan memakan makanan yang tidak kusuka, pada hari pertama aku memulai hidup baru. sungguh, awal yang.. liar biasa. bukan luar biasa, tapi liar, seolah aku bergabung dalam sebuah lomba bertahan hidup. sebagian besar diriku merasa was-was.. tapi sebagian kecil, meskipun hanya sebagian kecil.. aku penasaran, dengan apa yang akan aku alami nanti.

-Continued

ya! itulah kisah awal dari Dul dan homo. eh? emang ada? nggak lah ya. dimasa ini Dul masih anak baik, kosa kata seperti ane, ente, gue, elu, anjir, kampret, anjrit, buset, janc*k, an*ing, dan daftar pisuhan lainnya belum dia kenal. tapi tenang saja, sebentar lagi pisuhan nya keluar (lah, emang lu-lu pade ngarepin si Dul misuh? mungkin sih, soalnya Buku Kambing Jantan tanpa Pisuhan hanyalah seorang Raditya Dika, Garing)

Intinya gitu, meskipun ane ngatain bang radit tapi ane suka buku-buku nya. dan kehidupan ane cukup berubah setelah membaca buku bang Raditya Dika. minimal ane tau 2 Hal, pertama vocabulary pisuhan dan kedua, belajar 4lay. ikuti terus cerita Hikayat Santren, karena Dul masih punya banyak pengalaman yang tidak biasa.

*makasih buat bang Radit, atas kemudahannya untuk dikata-katain,
**nggak bang, ane cuman canda. Terus terang ane terinspirasi juga dari bang Raditya Dika. sukses terus bang!

Azzam Abdullah Artwork/Azzam Abdullah
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com

No comments:

Post a Comment