Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Wednesday, March 2, 2016

Kakurenbo #7

Asakusa, pagi berikutnya
aku bergegas memacu sepeda menuju pojokan jalan didekat pusat perbelanjaan asakusa. aku ada janji dengan syaikh ahmed, orang tua sekaligus penjaja koran harian lokal. profesiku ketika tidak ada pekerjaan sambilan adalah membantu syaikh untuk menjual koran. aku heran, bagaimana orang keturunan mesir itu bisa memperoleh jabatan agensi, karena setahuku tidak ada satupun agen koran lokal yang berkebangsaan asing. setiap aku bertanya tentang hal itu, dia selalu berkata "inilah misteri dunia kerja dan misteri ketuhanan", biasanya setelah dia tersenyum aku hanya melengos saja. pagi itu tercium aroma yakisoba dari kedai syaikh, karena aku tidak sempat sarapan (saat itu maish pukul 4 pagi!) perutku bergejolak, ditambah lagi kejadian semalam membuatku tidak nyaman makan. aku segera masuk ke kedai milik syaikh, kulihat dia tengah merebus sesuatu
"assalamualaikum...."
"waalaikumsalam.. masya Allah kuro-san! bagaimana kabarmu? silahkan duduk, ah, kau belum sarapan kan? ayuk makan denganku" syeikh tersenyum, duduk di sebelahnya, dia menyendok yakisoba dari panggangannya dan sesuatu dari rebusan itu
"ah kuro-san, kamu belum tahu ini apa ya? ini masakan khas mesir, kemarin aku baru menemukan bahannya di supermarket sana. sup kacang merah besar asin! kamu pasti suka, di jepang seluruh sup kacang merah manis, aku tidak tahan" katanya sambil menyodorkan mangkuk panas kepadaku.
aku menyeruput kuah itu perlahan, terasa cukup asing karena ada perpaduan yoghurt dan kuah ikan, serta potongan daging. setelah sekian lama, aku terbiasa dan rasanya enak, ditambah kejadian malam itu...
syaikh menatapku dalam, sambil meminum kopinya perlahan, dia menepuk koran dan memulai pembicaraan
"koran ini.. adalah jatahmu hari ini...distribusinya dekat, hanya 3 blok dari sini, lumayan, kamu bisa memperoleh beberapa yen dari hasil pagi ini.."
"dalam pengelihatanku, ada yang tengah kau pikirkan, ahmad.. "
katanya, sambil berdiri dan menyiapkan kora yang harus aku hantarkan. aku masih sibuk mengunyah sup kacang itu, sambil meminum beberapa teguk teh hijau. kemudian aku menghapus sisa-sisa kuah dimulut dan bersiap berangkat..
"he ahmad.. kamu bisa cerita padaku kalau kamu mau, aku juga yakin, sesuatu ini akan berkaitan dengan apa yang masih aku jalani, dan apa yang pernah kamu lalui.." katanya sambil menepuk pundakku
"di negeri ini, kamu memang bisa selalu berlari, kamu memiliki banyak termpat berlari dan bersembunyi." syaikh terus menyiapkan koran-koran berikutnya .. "tapi ingat... kau tidak pernah bisa bersembunyi dari ketentuan tuhan.." dia membungkus sup kacang tadi dan yakisoba serta membawakanku beberapa kaleng teh hijau. "untuk wanita itu.. aku yakin kemarin adalah hari yang berat untukmu.." katanya sambil tersenyum.
aku hanya bergumam lirih, "terima kasih..."
laju sepedaku membelah sepinya suasana pagi hari. orang jepang memang mempunyai gaya hidup sehat, namun puku setengah lima masih terlalu pagi bagi mereka, kecuali kalau mereka ada kerja lembur atau shift sangat pagi. mungkin, kalau aku masih di indonesia aku akan mendengar sahutan adzan, namun di negeri ini aku hanya mendengar deru kendaraan dan decitan kereta dengan rel di kejauahan. jatahku mengantar hari ini melewati apartemen ku, aku perlu mengantarkan koran pada kakek shu di lantai atas dan aku melewati kamarku. aku mendegar suara orang bersih-bersih,
"perempuan itu... " aku bergegas mengunjungi kamar kakek shu dan memasukan koran ke kotak suratanya. oya, kakek shu pernah bekerja di indonesia selamam beberapa tahu, jadi dia akrab dengan ku. biasanya dia menghadiahiku kue kacang marah di akhir pekan. selepas itu aku mengambil sampah milik kakek dan penghuni apartemen lain, lalu membuangnya di pembuangan sampah. lalu aku mencuri dengar di kamarku

aku mendengar suara lirih telah membaca sesuatu, aku tidak bisa mendengar jelas atau karena pengucapannya kacau. namun ketika melihat jam aku harus menyelesaikan pekerjaanku. aku memacu sepedaku kencang, mengunjungi semua rumah diketiga blok itu. sempat bertemu dengan anjing pudel yang menggongong kepadaku, (semenjak beberapa tahun lalu, hampir semua anjing menggongong padaku ketika aku melewati mereka) dan mengembalikan kantong koran ke syeikh. ketika aku kembali beberapa toko mulai buka dan syeikh terlihat mengobrol dengan ibu sakura, pemilik toko bunga. jadi aku hanya mengembalikan kantong koran dan bergegas kembali ke apartemen. pukul 10.15 aku ada jam kuliah di universitas. aku mengetuk kamarku, tidak ada jawaban. aku mengucapkan salam dan masuk.
ketika di ruang tengah aku melihatnya tengah khusyuk menekuri dan berusaha membaca sesuatu. aku hanya diam dan tidak menganggunya, berusaha menyimak apa yang dia baca sembari melepas jaket dan sepatu ku. ah, juz 30... gumamku,,
aku mengucap salam lebih keras, dan dia tergeragap,,,
"ahh.. kuro.. aa.. selamat datang... "
terlihat dia kaget, ribut memasang kembali taplak nya di kepala, dan tersalah salah melihat di hadapannya masih terbuka buku juz amma
"bukannya jika tidak ada pekerjaan pagi orang jepang tidak akan bangun jam segini?"
kataku menyindir sambil meletakkan yakisoba dan sup kacang serta beberapa kaleng minuman di depannya.
"ahh.. bukankah ada pekerjaan pun orang indonesia selalu bangun terlambat?.." katanya tersenyum melecehkan
aku hanya tersenyum kecil dan mengambil juz amma itu,
"cara membacanya bukan quuluuuhuuu.... tapi qulhu... " kataku sambil melihat halaman yang dibuka oleh nya
dia hanya terbengong lucu, sepertinya kaget karena aku mendengar apa yang dia baca
"kamu perlu mempelajari dari awal, apabila kamu mau aku bisa meminjamimu Al-Quran dengan terjemahan kanji.. " kataku sambil berdiri dan beranjak ke kamar

di kamar aku mengambil qur'an itu dan menemukan sesuatu, kemudian mengambilnya.
"yuko, ini al qurannya.. lalu.. " aku menyerahkan bungkusan itu kepadanya, "aku berikan ini padamu..."
yuko mengehentikan aktifitasnya dan membuka bungkusan yang aku berikan
"ahmad.. apa ini?" tanya yuko sambil mengangkat isi bungkusan itu...
"hijab.. kataku singkat sambil duduk di depannya, aku mengambil sekaleng teh hijau dan meminumnya
"hijab ini sangat bagus, terlihat sangat penting.. kenapa kau berikan padaku?" tanya yuko sambil memandangi hijab itu..
aku hanya tersenyum, lalu menutup mata.. "aku tidak tahu, kamu bisa aku percaya atau tidak, apakah kamu tidak mau tahu alasanku berkunjung ke jepang?" hatiku bergumam, namun aku tidak mau mengatakan itu..
"pakai saja,.." kataku... "kau akan terlihat lebih cantik dengan memakai itu... " aku tersenyum sambil menahan malu. Yuko? mukanya memerah..seperti buah ceri

-continued

No comments:

Post a Comment