Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Saturday, August 15, 2015

Visa Untuk Penjajah

"Indonesia pernah menjadi bangsa, yang ditakuti penjajah, pahlawan di hati negara-negara asia afrika, dan, hingga kini, masih merupakan harapan, bagi kemerdekaan bumi Palestina dan Al Aqsa dari cengkraman penjajah zionis israel"

Indonesian Major Opinion





      Olahraga, hak untuk bepergian, berwisata, dan berkunjung ke berbagai negara, merupakan milik manusia yang merdeka. Karena sudah tidak ada perbudakan, katanya, di zaman modern, zaman kapital, politik, dan lobi. Jadi sah-sah saja, jika kita memberikan suaka politik pada warga negara tertentu, yang mungkin musuh kita, mempersenjatai para gerilyawan di suatu negara untuk melakukan perlawanan, atau memberi berbagai hak-hak khusus bagi negara-negara yang katanya sahabat, dan bisa mendatangkan keuntungan bagi negara. Bukan sebuah zaman, ketika kita berpegang teguh pada idealisme leluhur, politik yang jujur dan adil, dan ekonomi yang bebas dari penipuan.

    Jadi, bukan sebuah kesalahan memberikan hak visa indonesia, mungkin visa tinggal atau visa berwisata, atau visa menjadi atlit untuk pebulutngkis dari Israel, toh mereka juga manusia merdeka. Bukan kesalahan juga membiarkan mereka unjuk kemampuan dan kebolehan dalam perlombaan yang bertajuk bulu tangkis, atau apapun itu, karena mereka tidak sedang bertempur dan mencincang orang Indonesia, hanya orang Palestina kok yang mereka cincang. Sebuah tindakan mulia juga bangsa indonesia menyambut tamu, memberi hak-hak diplomatik, walaupun katanya kita tidak memiliki hubungan diplomatik apapun dengan Israel, bahkan tidak ada kedutaan besar Israel di Indonesia, maksudnya, tidak ada kedutaan formalnya.

    Justru Soekarno yang salah, para pendiri bangsa ini yang salah, para pendahulu ini yang salah, karena berpegang pada prinsip membalas budi dan sesama negara merdeka ketika membela hak-hak Palestina dan menolak hak-hak penjajah. Salah Soekarno juga mengusir para atlit dari israel dalam Asian Games 1962 (meskipun diusir bersama atlit dari Taiwan), sehingga Indonesia dilarang tampil pada Olimpiade Tokyo. Salah Soekarno dan para pendiri bangsa juga yang mengatakan, akan terus menolak penjajahan di muka bumi, dan Indonesia akan menjadi yang terdepan membela Palestina ketika Palestina terjajah, ya meskipun kata-kata itu tertuang pada pembukaan undang-undang dasar 1945.

    Ketika dunia moderen membuat kita memandang benar apa yang salah, ketika lobi dan kepentingan ekonomi-politik membuat kita buta akan realita, maka sejarah akan membuktikan siapa sebenarnya yang benar, dan siapa yang salah. Sejarah membuktikan kita pernah menjadi bangsa yang sangat kuat, berdaulat, dan teguh dalam memegang prinsip dan balas budi, serta kesadaran bersama. Sejatinya, Indonesia masih merupakan keturunan dari mereka yang tahu balas budi, dan tahu siapa penjahat, siapa sekutu. Lantas, apakah saat ini kita tidak memiliki kemampuan apapun guna berkata “kami menolak penjajahan!”?. Bukan dari nilai visa dan hak asasi yang harus dipenuhi, atau hak-hak tamu. Tapi, prinsip seperti apa yang sedang Indonesia pegang dan perjuangkan? Sehingga beramah tamah pada penjahat dan perampas?. Visa untuk atlit israel, bukan pemberian hak, tetapi, sebuah bukti tumbangnya prinsip para pendiri bangsa ini, di tangan para penerusnya.

-FSLDK Indonesia
-Muhammad Abdullah 'Azzam, Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret

No comments:

Post a Comment