Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Friday, December 26, 2014

Serba-serbi Manajemen Sumber Daya Manusia

Moshi-moshi!!! :D Assalamualaikum, kangen ya sama ane.. hahahaha. :v
maaf banget buat agan-agan pembaca sekalian ane menghilang. bener-bener yang hilang ya.. ampe kagak ada posting baru. huhu. karena itu malem ini istimewa. 7 halaman pertanyaan dan jawaban mengenai manajemen sumber daya manusia. :D nah semoga bisa bisa bisa menghibur agan-agan sekalian. buat pembaca setia terimaksih banget masih berah ngublek-ngublek blog ane :3 jaa.. ikuzou...




Muhammad Abdullah ‘Azzam, F0213062 Manajemen SDM A

1.      Jelaskan Formulasi motivasi menurut Vroom dan contoh di dunia kerja
Vrom mencetuskan sebuah konsep untuk mengkaji perangkat dan penghargaan. Formulasi motivasi menurut Vroom berbentuk rumus motivasi= (ExIxV), terdiri dari
a.      E : Expectacy (Harapan)
Merupakan indikator yang berkaitan dengan probabilitas seseorang untuk mecapai standar kinerja tertentu. Dengan ekspektasi yang semakin tinggi maka di harapkan karyawan akan berada pada kinerja yang baik. Maksudnya harapan disini adalah bagaimana memicu harapan karyawan agar yang melakukan yang terbaik dalam melakukan pekerjaan, sehingga dengan menimbulkan harapan ini akan membuat karyawan memunculkan motivasi yang baik.
b.      I : Instrumentally (Pendekatan Psikologis)
Instrumental merupakan variabel dimana karyawan diberikan rangsangan untuk memberikan kinerja yang baik dan menjaga motivasi mereka. Instrumental disini dapat dimisalkan dengan pemberian kejelasan insentif sehingga karyawan memahami standar untuk mempeoleh insentif-insetif yang mereka butuhkan,memberikan cerita-cerita kesuksesan sehingga karyawan termotivasi dengan hal-hal yang mempengaruhi alam bawah sadar psikologi mereka sehingga meningkatkan motivasi dengan instrumen yang memberikan iming-iming di alam bawah sadar pekerja.
c.       V ; Valence (Interaksi Emosional)
Interkasi emosional adalah bagaimana manajerial dapat mengukur dan memberikan insentif yang sesuai dengan kebutuhan atau apa yang  di inginkan oleh karyawan. Sehingga penerapan insentif akan sejalan dengan kebutuhan karyawan. Dengan melakukan penyetaraan dengan kebutuhan dan keinginan karyawan maka diharapkan akan memunculkan motivasi, karena  apapun yang diperoleh keryawan nanti akan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
            Apabila mengkaji pada penerapan di dunia kerja, maka penulis akan mengadakan permisalan di sebuah perusahaan tekstil di sebuah kota. Karyawan yang rata-rata lulusan SMK sangat minim sekali dalam motivasi untuk mencapai kinerja terbaik. Selaku kepala bagian SDM di perusahaan tersebut, saya menyelidiki dan ternyata pada dasarnya, seringkali apa yang dilakukan oleh karyawan tidak didasari oleh kemampuan mereka yang sesungguhnya. Misalkan seorang ahli obras malah diberikan job di pemotongan. Maka, langkah pertama yang saya lakukan adalah merombak dan mendata ulang daripada kemampuan karyawan dan menempatkan mereka di posisi yang seusia. Apabila ada yang belum mengusai dengan optimal kemmpuan yang diperlukan maka akan diberikan pelatihan yang komprehensif. Setelah karyawan mempunyai kapabilitas yang mumpuni maka saya selaku manajer, menyiapkan beberapa program pemberian insentif yang dapat memotivasi karyawan. Seperti pemberian standar yang jelas dalam perolehan insentif, kemudahan pengisahan cerita sukses dari mantan dan petinggi di perusahaan, serta membuat karyawan membutuhkan insentif dengan cara-cara yang baik. Lalu kemudian saya tutup dengan evaluasi atas pemberian insentif. Apakah insentif yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan karyawan. Yang saya lihat adalah peningkatan kinerja dari karyawan serta perbaikan kualitas kinerja. Disaring dari feedback karyawan, serta penilaian dengan metode observasi langsung. Sehingga dapat memperoleh kesimpulan apakah program insentif yang dilakukan dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh karyawan atau belum.
2.      Pemberian Insentif yang Efektif
Sebelum beranjak pada uraian apa itu insentif kerja yang efektif, sebelumnya saya akan menjelaskan efektif itu seperti apa. Secara sederhana, efektif adalah sesuatu hal dalam tataran apapun, dimana tujuan dari dilakukannya suatu hal tersebut bisa tercapai secara maksimal, atau memenuhi ekspektasi tertinggi dari dilakukannya suatu hal. Maka, sesuatu dikatakan efektif jika berhasil memenuhi tujuan dari dilakukannya suatu hal meskipun dari segi biaya memakan biaya besar. Maka, apabila disimpulkan dari pemaparan mengenai apa itu efektifitas, maka pemberian insentif yang efektif adalah pemberian insentif yang bisa memenuhi tujuan dari pemberian insentif, dengan tataran tujuan yang berbeda untuk setiap jenis insentif.
Dikarenakan jenis insentif juga bermacam-macam maka penulis akan mennganggap tujuan dari pemberian insentif adalah pint berikut, yaitu untuk memberikan imbal balik atas apa yang diberikan karyawan pada perusahaan, serta untuk menjaga performa dari karyawan. Maka, insentif yang efektif adalah, ketika insentif tersebut digulirkan berhasil memberikan imbal balik yang sesuai dengan apa yang diberikan karyawan pada perusahaan, dan insentif tersebut berjalan baik dalam menjaga performa dari karyawan. Maka, dalam beragam bentuknya, jika hal-hal ini berhasil terpenuhi, maka bisa dikategorikan pemberian insentif tersebut efektif. (secara umum insentif terbagi dua, materiil dan non materiil).
Apabila ditarik menjadi sebuah contoh, maka penulis akan menyajikan sebuah yayasan di sebuah kota. Yayasan ini nyata akan tetapi nama dari yayasan akan saya rahasiakan. Penetapan sistem insentif di yayasan ini merupakan sistem yang mendasarkan pada aspek performa. Mengapa? Dikarenakan gaji pokok yang diberikan sangat terbatas dan terhitung belum dapat memenuhi keperluan karyawan secara baik. Maka, dengan pemberian insentif yang didesain untuk memanusiakan manusia, baik dari segi materiil maupun non materiil membuat tingkat turnover di yayasan ini sangat minim. Mengapa? Meskipun pemberian insentif tidak seluruhnya berupa bonus materiil, tetapi dengan pemberian achievement dan nilai-nilai lebih dari perlakuan membuat gaji pokok yang kecil tidak terasa karena terus diberikan penghargaan lain jika kinerja dari karyawan dinilai memuaskan. Maka, bukan nilai dari insentif ini tapi keberhasilan dari pemberian insentif ini yang dinilai efektif.
3.      Asuransi yang efektif
Program asuransi, merupakan sarana yang sudah cukup lama muncul di negara maju yang telah memiliki kesadaran yang tinggi atas kesehatan,keamanan, dan keselamatan kerja, sedangkan untuk di Indonesia yang notabene masih termasuk kategori negara program penerapan asuransi untuk pekerjaan masih terbilang baru. Mengapa? Karena sebelumnya pun Indonesia masih menjadi negara yang belum memperhatikan aspek K3 dalam pekerjaan. Maka dari pemaparan ini, asuransi dalam pekerjaan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menjamin K3 dari karyawan, karena dari sudut pandang MSDM, karyawan,pekerja merupakan aset berharga bagi perusahaan, maka harus dijaga dan dikembangkan. Sedangkan manajemen operasi beranggapan bahwa karyawan sebagai salah satu sarana untuk memperoleh keunggulan kompetitif dalam hal memenangkan persaingan di dunia bisnis. Pemasaran beranggapan bahwa selain sebagai lini terdepan dalam pergaulan dengan konsumen, kapasitas dan kualitas karyawan juga menunjukkan bagaimana perusahaan akan bergerak di masa depan, maka karyawan yang telah terbina harus dijaga dan dilindungi. Begitu pula dalam segi keuangan, pembiayaan gaji dan pengembangan SDM di akhir ini menjadi salah satu prioritas yang memakan biaya  besar, maka hendaknya agar SDM dijaga agar tidak membuang biaya yang besar tersebut.
Maka, pengadaan asuransi bagi pekerja merupakan salah satu sarana untuk memenuhi harapan di masing-masing lini manajerial, dikarenakan keseluruhan lini manajerian telah menganggap sumber daya manusia sebagai hal yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, program asuransi yang diberikan harus dapat memenuhi tujuan-tujuan tersebut atau efektif. Tujuan disini adalah tujuan untuk menjaga daripada keamanan,kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.
Oleh karena itu, diperlukan metode yang realistis dan mudah dalam penerapan aspek ini,aspek asuransi bagi karyawan. Maka akan penulis paparkan disini beberapa metode yang penulis nilai cocok dalam penerapan asuransi yang efektif.
a.      Asuransi berbasis tindakan perventif
Merupakan tindakan pemberian asuransi sebelum terjadinya kejadian, juga ditambah dengan pelatihan mengenai K3 dan pertolongan pertama jika telah terjadi kejadian. Pemberian asuransi jelas bertujuan untuk melindungi dam menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan pemberian pelatihan adalah untuk meminimalisir kejadian-kejadian yang dinilai dapat berbahaya, serta mencegah dampak jangka panjang jika kejadian tersebut telah terjadi dengan mengajarkan kepada karyawan tentang pemberian pertolongan pertama. Manfaat dari program ini ada 2 hal, pertama, dapat meminimalisir kerjadian dan meminimalisir biaya. Mengapa? Kejadian-kejadian yang tidak di inginkan dapat diminalisir dampaknya sebesar mungkin dengan begitu dapat meminimalisir biaya dari penanganan kejadian.
b.      Asuransi reaktif terprogram
Asuransi ini merupakan pelaksanaan program asuransi dengan mendasarkan pada asumsi pasti akan terjadi kejadian, jadi tindakan penanggulangan hanya mengandalkan asuransi. Contoh dari asuransi semacam ini adalah asuransi mobil dan tempat wisata berbahaya. Tujuannya adalah memberikan imbal balik setelah kejadian bagi program, bukan meminimalisir terjadinya kejadian.
c.       Evaluasi pra kejadian asuransi
Merupakan tindakan pasca digulirkannya program-program asuransi dengan tujuan untuk menimbang dan menilai apakah program-program tesebut berjalan baik atau tidak. Sehingga untuk kedepannya dapat ditentukan langkah-langkah untuk memperbaiki hal-hal tersebut.
4.      Perencanaan program-program K3
Program-program K3 merupakan sarana kewajiban. Mengapa? Penjaminan kelangsungan hidup karyawan baik dari segi pembayaran hingga kelangsungan hidup menjadi beban dari perusahaan. Maka, apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan menjadi tanggung jawab perusahaan. Contoh nyatanya adalah insiden Chernobyl,Lumpur Lapindo, dan Longsor Freeport. Maka, penanganan dan perencanaan program K3 mutlak dari segi pelaksanaannya. Untuk tujuan dari penjagaan perusahaan dari semua lini.
Maka, kami beranggapan langkah-langkah dibawah ini dirasa perlu untuk merencanakan program K3.
a.      Penialaian kerja dan resiko kerja
Langkah awal ini adalah menilai seberapa besar resiko yang dihadapi oleh perusahaan dan pekerja. Contohnya, instalasi pengayaan uranium harus dapat mengkalsifikasikan resiko apa saja yang akan dihadapi serta derajat resiko. Perusahaan kontruksi juga demikian. Jadi diawal karyawan telah dapat menimbang apakah mereka akan mengambil pekerjaan tersebut atau tidak dan mempersiapkan diri untuk apapun kejadian yang mungkin dialami. Sedangkan bagi perusahaan klasifikasi ini dapat berarti mempetimbangkan biaya hingga metode penangan yang cocok untuk masing-masing perusahaan.
b.      Pemilihan metode penanggulangan kerja
Merupakan metode yang dilakukan pasca klasifikasi dan pengenalan resiko. Semakin tinggi resiko semakin kompleks metode penanggulangan kerja yang diambil. Contoh di Reaktor Nuklir Fukushima, diterapkan sistem terpadu tahan gempa, sistem transmisi elastis, hingga sistem pengerjaan semi otomatis yang mumpuni. Bandingkan dengan perusahaan tekstil di Surakarta yang terkadang hanya seperti gudang bermesin.
c.       Sosialisasi metode
Merupakan pengarahan dan pengenalan metode bagi karyawan sehingga karyawan telah memahami aspek apa saja yang harus mereka lakukan dan tidak mereka lakukan. Tujuannya jelas  untuk menjaga K3 mereka sendiri.
d.      Penerapa metode
Meurpakan pelaksanaan metode. Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode sekalipun terdapat standar minimum dan maksimum. Mengapa dilakukan? Agar dalam pelaksanaannya apabila ada sedikit meleset dari rencana, tetap mudah dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Contohnya dalam kasus ledakan Reaktor Nuklir di Fukushima, meskipun sistem penanggulangan gempa dan tsunami mengalami gagal operasi, sistem penanggulangan penyebaran radiasi sebagai standar minimum dapat berjalan dengan baik sehingga meminimalisir jumlah korban. Bandingkan dengan ledakan Reaktor Nuklir Chernobyl yang sistem pencegahan minimumnya mengalami kegagalan juga.
e.      Tindakan evaluasi
Merupakan tindakan untuk menilai kembali program penanggulangan K3. Yang berbeda adalah dalam evaluasi ini tidak dikenal istilah “menurunkan standar” yang ada adalah terus meningkatkan standar K3 tentunya dengan tujuan untuk memperbaiki program K3 agar dapat menjaga aset berharga perusahaan, yaitu karyawan.


5.      Menjadi pemilik UMKM yang Going International.
Pertama yang ingin saya tegaskan, apabila saya selaku pemilik UMKM dan penulis UKD ini telah memasang platform dan tujuan untuk mendunia, maka apapun resikonya akan coba penulis penuhi. Karena bagaimanapun kegagalan terbesar seorang laki-laki dan pengusaha adalah ketika pengusaha tersebut tidak dapat memenuhi visinya sendiri. Maka disini, meskipun yang penulis cantumkan masih bersifat utopis atau hal lain yang mungkin mustahil, maka inilah mimpi saya.
Pertama, penulis ingin bekarier di 2 lini usaha, yang pertama lini fashion dan lini desain. Fashion adalah UMKM yang penulis buat adalah UMKM yang berpusat pada fashion, sebagai pedagang dan penyalur barang-barang fashion berkualitas, sedangkan desain adalah penulis akan membuka lini desain untuk dapat memnuhi permintaan serta memberikan penawaran terkait produk khusus yang diinginkan oleh pasar. Untuk nama perusahaan penulis telah memiliki nama yang telah diresmikan, yaitu Fellovexia Artwork, dengan induk bernama Azzam Abdullah Artwork. Perusahaan induk belum akan penulis jadikan sebagai perusahaan internasional dikarenakan ada lini migas dan agraria disitu, sedangkan lini Fellovexia Artwork-lah yang akan penulis angkat menjadi UMKM internasional.
Langkah kedua, adalah mencari SDM berkualitas. SDM yang akan penulis rekrut memiliki proporsi berikut, 40% tetap, 60% freelancer. Pertimbangannya, lini fashion dan desain sangat memerlukan waktu kerja yang fleksibel dan tidak kaku, maka, memperbanyak freelancer bertujuan untuk memperbesar jaring penjualan dan perolehan pasar serta untuk memberikan kelonggaran bagi para agensi dan desainer untuk bereksperimen dengan karya-karya mereka. Karena bagaimanapun, lini bisnis fashion jaman sekarang bukan lagi lini fashion massal, apalagi desain yang memang kreasi dari imajinasi pribadi. Sedangkan yang 40% pun dipecah kembali, 5% merupakan tim inti, 15% tim administrasi 20% desainer dan agensi inti. Sehingga pergerakan perusahaan Fellovexia Artwork merupakan pergerakan kecil dan padu, serta mengandalkan kerja tim. Untuk komposisi pekerja 5% merupakan mereka yang menjadi “sahabat” penulis, pemegang aset serta direksi, 15 % merupakan “Binaan”, 20% merupakan “Rekan Kerja”, sedangkan sisanya adalah “superhero”. Untuk klasifikasi ini penulis tidak akan berpanjang lebar karena merupakan “rahasia”.
Langkah ketiga adalah pelaksanaan penebaran jaring penjualan dengan memanfaatkan media-media yang mengglobal seperti internet dan forum-forum internasional. Penulis sendiri merupakan penggiat desain dengan genre japan-modern desaign. Sehingga telah memiliki jaringan dasar di forum-forum internasional. Dalam kedepannya, forum-forum inilah yang menjadi landasan penulis untuk menginternasionalkan bisni kedepan.
Maka, dengan tiga langkah ini, penulis meyakini bisa memiliki fondasi untuk mengglobal. Pengokohan relasi dan jaringan lah yang menjadi kuncinya, serta kualitas SDM yang terpilih dan terlatih-lah yang menjadi fondasinya. Untuk segi produk dan lain-lain penulis belum akan membongkar disini, apalagi metode penjualan. Karena totoal penulis memiliki 8 langkah lompatan besar untuk proyek Azzam Abdullah Artwork dan Fellovexia Artwork. Sehingga tujuan memamkmurkan Indonesia dapat penulis penuhi.


Terimakasih
Plagiarisme merupakan tahap awal melakukan korupsi. Melakukan plagiarisme merupakan tiket menuju neraka. Semoga Tuhan Melindungi kita dari plagiarisme
Muhammad Abdullah ‘Azzam
F0213062
Selaku penulis

No comments:

Post a Comment