Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Monday, December 9, 2019

Peran Pemimpin dalam Internalisasi Budaya Perusahaan : Studi Kasus The Telkom Way


Peran Pemimpin dalam Internalisasi Budaya Perusahaan : Studi Kasus The Telkom Way

Budaya Perusahaan dan Proses Internalisasinya

Bagian dari sebuah perusahaan, terlihat kecil namun ternyata berperan sangat besar. Seolah-olah tidak disadari keberadaannya, sebagai anggota organisasi kita menjalani begitu saja, seolah tidak ada yang istimewa, namun saat kita keluar sedikit saja, membandingkan dengan perusahaan lain baru terlihat bedanya. Tanpa sadar budaya tersebut turut membentuk diri kita sebagai seorang manusia. Pada akhirnya tidak jarang kita mendefiniskan diri kita sebagai seorang manusia, menyesuaikan dengan budaya perusahaan/organisasi kita, sederhananya, ketegasan seorang penegak hukum, fleksibiltas artis, dan lain sebagainya.

Standard & Poor’s Rating Service 51 tahun yang lalu mencatat 500 perusahaan terbaik di dunia, yang mana hanya tersisa 74 perusahaan saja. Sebab gugurnya sebagian perusahaan tersebut karena lemahnya moral, etika, dan good governance di perusahaan itu, disebabkan abai nya mereka terhadap budaya organisasi. Edgar Schein, Professor dan ahli budaya dari Harvard pada sebuah ceramah tahun 2017 menjelaskan bagaimana orang abai dengan budaya. Budaya adalah milik kelompok katanya, tidak bisa serta merta kita memaksakan sebuah budaya menjadi property dari konsep. Artinya, budaya memang ditumbuh kembangkan dalam proses yang bisa dikatakan panjang, menuntut peran semua kalangan di perusahaan, dan tentu saja komitmen untuk melaksanakan hal tersebut.

Robbins dan Judge (2013) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem yang membagi sebuah arti yang dipegang oleh anggota organisasi yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi yang lain. Ada 7 esensi utama yang menjadikan sebuah budaya organisasi yaitu :
1.               Inovasi dan mengambil resiko
2.               Perhatian kepada detail
3.              Orientasi pada outcome
4.              Orientasi manusia
5.              Orientasi team
6.              Agresifitas
7.             Stabilitas

Dari ketujuh esensi utama dari sebuah budaya, definisi dan urgensi sebuah budaya, the Telkom way dengan berbagai rumusan konsepnya berusaha memenuhi esensi-esensi tersebut. Gambar berikut penulis tampilkan untuk mengingatkan kembali tentang the Telkom way, budaya organisais Telkom.

Sumber Gambar : http://www.mitratel.co.id/?page_id=64

Dengan runtutan dari basic belief yang melandasi cara berpikir dan bertindak, yang kemudian dilanjutkan dengan pilar-pilar aksi dan pada akhirnya menumbuhkan sifat-sifat inti dari budaya ini, Telkom mencoba mengimplementasikan ketujuh esensi utama dari sebuah budaya perusahaan. Namun konsepsi ini akan sia-sia jika tidak diterapkan, dan tidak terinternalisasi dalam kehidupan kerja karyawan. Lantas bagaimana kiranya Telkom bisa menerapkan budaya seperti ini?

Beckhard dan Harris mengilustrasikan tiga tahapan dimana secara umum, implementasi budaya organisasi yang merupakan tindakan terencana dan menyeluruh, serta menimbulkan perubahan terencana dalam perusahaan, akan dilalui. Dalam Cummings (2015), ilustrasi dari ketiga tahapan tersebut adalah :

Sumber : Cummings (2015)

Lantas, apa permasalahan kepemimpinan yang dialami Telkom? Bukankah ini murni masalah mengenai penerapan sebuah budaya organisasi? Yang sangat dekat dengan perubahan organisasi? . Budaya organisasi adalah penjabaran dari visi perusahaan, seperti apa para pimpinan ingin mendesain, membuat perusahaan tersebut menjadi khas sesuai dengan cita-citanya. Dalam prosesnya, pemimpin juga perlu menyampaikan visi tersebut, mengajak karyawan untuk bisa mewujudkan visi tersebut dengan salah satu caranya adalah mengimplementasikan budaya perusahaan itu.

Maka disini, pemimpin-pemimpin di perusahaan Telkom Indonesia, adalah para perencana, para agen perubahan, yang memantau, melaksanakan, serta merencanakan internalisasi, aplikasi dari budaya organisasi the Telkom way ini. Internalisasi budaya tidak bisa serta merta beres begitu saja, penulis meyakini bahwa proses transisi, proses penerapan budaya ini masih terus dilaksanakan hingga saat ini, mengapa? Belum ada rilis budaya organisasi baru dari Telkom soalnya. Oleh karena itu, cukup menarik kiranya, bagaimana para pemimpin di Telkom melaksanakan hal ini?.

Peran Pemimpin : Instruksi dan Tauladan

Dalam sebuah video yang memuat pidato petinggi Telkom pada tahun 2017, beliau meyebutkan kalimat yang sangat menarik. Kalimat tersebut adalah “Budaya ini adalah dari saya (para pemimpin-red), yang dilaksanakan secara top down (instruksi-red). Namun ada satu lagi yang harus kita lakukan. Yaitu keteladanan”. Kalimat pidato ini sangat singkat namun secara langsung menggambarkan bagaimana Telkom menginternalisasi budaya tersebut didalam organisasi atau perusahaanya.

Robbins dan Judge (2013) merumuskan sebuah model tentang bagaimana sebuah budaya dalam terbentuk di sebuah perusahaan.
Sumber : Robbins dan Judge (2013)

Berkembang dari filosofi para pendiri, kemudian memilih kriteria budayanya (yang mana proses ini melibatkan karyawan dan manajemen puncak), kemudian dilakukan sosialiasi secara khusus oleh manajemen puncak untuk memastikan budaya tersebut dialami dan dilaksanakan oleh karyawan. Apa itu proses sosialisasi? Robbins dan Judge (2013) juga membuat sebuah model yang menggambarkan proses sosialisasi tersebut.
Sumber : Robbins dan Judge 2013

Proses sosialiasiasi diawali dengan langkah pre-arrival, secara bebas diterjemahkan sebagai proses persiapan kedatangan budaya tersebut. Instruksi, arahan, dari manajemen puncak yang dalam hal ini dilakukan oleh Telkom adalah cara pimpinan Telkom melakukan proses prearrival tersebut. Karyawan dipastikan tahu apa yang terjadi, struktur the Telkom way yang disampaikan diatas disampaikan kepada karyawan, entah secara lisan atau tulisan.
Kemudian dilaksanakan proses encounter atau pertemuan, karyawan merasakan langsung budaya tersebut, apa yang berbeda, apa yang menarik. Cara yang ditempuh Telkom adalah dengan memberikan tauladan tadi. Karyawan bisa menyaksikan bagaimana struktur manajemen melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan pedoman budaya the Telkom way. Hal ini kemudian memudahkan proses metamorfosa. Dimana budaya tersebut diinternalisasi, dilaksanakan, dan dirasakan kemanfaatannya bagi pelanggan. Penulis memiliki 2 buah video yang bisa diakses yang menggambarkan 1. Bagaimana karyawan Telkom menyikapi dan melaksanakan the telkomway (link : https://youtu.be/YfUhz3ovy8o) dan 2. Bagaimana Telkom mengelola dan melaknasakan budayanya (link : https://youtu.be/S0z42kfp4K0 ).
Dengan demikian, pimpinan Telkom berusaha tidak hanya mengandalkan instruksi semata. Namun bagaimana caranya agar pemimpin bisa menjadi garda terdepan, pengalaman pertama karyawan dalam menjalankan budaya the Telkom way. Yaitu dengan menggunakan ketauladanan. Lantas, model kepemimpinan macam apa yang bisa dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut?
Model Kepemimpinan Seperti Apa?
Yukl (2013) menyebutkan beberapa model kepemimpinan, seperti kepemimpinan otentik, kepemimpinan transaksional, dan berbagai model kepemimpinan yang lain salah satunya adalah kepemimpinan transformasional. Bass (1999), Braun et.al (2013) dalam Yue et.al (2019), menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional meningkatkan kepuasan kerja, loyalitas dan perfoma dan komitmen karyawan. Burns (1978) yang disebutkan dalam Yukl (2013) sebagai pencetus pertama mengenai kepemimpinan transformasional menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional ini meyentuh kesadaran etik dari karyawan, untuk kemudian kesadaran ini dimobilisasi untuk kemudian mampu melakukan perubahan.
Bass (1996) dalam Yukl (2013) menyebutkan beberapa meta kategori perilaku pemimpin transformasional. Yaitu :
1.           Idealized influence
2.           Individual consideration
3.           Inspirational motivation
4.           Intellectual stimulation.
Dengan fokus pada transformasi, perubahan dan menyentuh nilai-nilai moral karyawan, inilah mengapa beberapa peneliti menggunakan model kepemimpinan ini sebagai sebuah model yang diuji untuk melihat bagaimana keterbukaan karyawan terhadap perubahan seperti yang dilakukan Yue et.al (2019).
Namun apakah ini model kepemimpinan yang cocok dalam menghadapi implementasi dan internalisasi budaya the Telkom way dari Telkom? Tentu masih diperlukan penelitian empiric mengenai hal ini, namun, jika berbicara konteks perubahan, maka perilaku-perilaku pemimpin transformasional sangat diperlukan. Artinya, model kepemimpinan transformasional bisa jadi membantu Telkom dalam melaksanakan dan memuluskan proses perubahannya.
Kesimpulan
Proses internalisasi budaya bukan merupakan proses yang singkat. Diperlakukan banyak hal mulai dari proses penyiapan, internalisasi dan mencapai kondisi normal. Diperlukan peran pemimpin sebagai perencana, pelaksana sekaligus evaluator dari proses-proses tersebut.
Dengan instruk dan teladan, pemimpin Telkom coba memastikan budaya the Telkom way dilaksanakan oleh karyawan. Proses sosialisasi ini, memerlukan beberapa tahapan dan usaha pemimpin Telkom dengan memberi teladan membuat sosialisasi budaya ini memasuki tahap encounter, pengenalan langsung. Bagaimana karyawan menikmati langsung budaya the Telkom way ini dari para pimpinan nya.
Model kepemimpinan transformasional bisa menjadi pilihan dalam mengawal proses ini, implementasi budaya adalah proses perubahan organisasi yang terencana dan menyeluruh. Artinya, perilaku pemimpin yang jelas ide nya, sistematis cara kerjanya bukan tidak mungkin menimbulkan kepuasan, loyalitas dan peningkatan performa bagi karyawan.  Namun, tetap diperlukan bukti empiric untuk membuktkan hal ini. tertarik untuk meneliti the Telkom way dari Telkom?

Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.



For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain , silahkan kunjungi pranala dibawah ini

kunjungi juga profil selasar saya di :

Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 



No comments:

Post a Comment