Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Monday, June 12, 2017

Hikayat Santren : Dul dan Ekstrakurikuler



Source : https://www.instagram.com/p/BVIj6A8Fu5A/?taken-by=azzam_abdul4

Dul dan Ekstrakurikuler

Sore itu, OSNK berkeliling ke seluruh asrama dan mulai memukul-mukul tong sampah. Bukan, bukan disuruh sholat, aliran sesat apaan yang sholat setelah waktu ashar? Bukan juga karena ada bom atau sejenisnya. Tapi sebuah kabel listrik terlihat membujur dari gedung sekolah menuju pohon rambutan di sebelah lapangan basket. Terlihat juga beberapa orang santri berpakaian aneh-aneh bersiap dan tengah melatih gerakan-gerakan tertentu.

Meskipun sekilas mirip penyiapan latihan disebuah kamp teroris, tapi jujur bukan seperti itu. Rutin setiap awal tahun, PPNK selalu mengadakan pengenalan ekstrakurikuler. Jangan dikira karena kami tinggal di pedalaman kami tidak memiliki kegiatan ekskul. Santri-santri disini diberikan kebebasan sepenuhnya untuk mengembangkan dirinya! Keren kan? Meskipun ujungnya kemampuan beladiri jadi cara tercepat menguasai teknik kabur, dan jago dalam olahraga jadi cara terampuh memperoleh popularitas di kalangan santriwati, haha! Intinya di PPNK tetap ada ekskul, dan ekskul di PPNK tidak hanya mendefinisikan masa mudamu, namun bisa jadi mendefiniskan status sosial mu di struktur masyarakat PPNK.

Mungkin kalau lihat di anime-anime Jepang, Kapten Tsubasa misalnya, anak-anak muda usia SMP dan SMA bahkan rela berdarah-darah demi memperjuangkan klub/ekskul yang dia ikuti. Menjadi pemain terbaik nasional atau dunia misalkan, umum menjadi ambisi anak-anak SMP atau SMA disana. Lebih kerennya lagi, cita-cita tadi digambarkan di seluruh ekskul, mulai dari ekskul kelas berat macam American Football hingga ekskul sepele kaya siesta (tidur siang). Bener-bener keren dan membuat membara! Akhirnya di berbagai SMP dan SMA biasa semangat macam tadi turut menjadi motivasi seseorang untuk bergabung di ekstrakurikuler tertentu.

Tetapi seperti kata orang bijak, kenyataan itu seringkali pahit. Cita-cita mulia tadi seringkali turun derajat karena hal-hal sepele. Misalkan yang umum, cewek-cewek berlomba pingin jadi anggota cheerleader alasan utamanya agar kecantikannya diakui. Cowok-cowok berlomba masuk jadi tim basket agar maskulinitas-nya diakui. Sedangkan cowok dan cewek yang masuk klub gajelas seperti klub menggambar adalah orang-orang buangan. Yang masuk ke ekskul pramuka adalah generasi gosong masa depan, dan yang masuk ke klub Patroli Keamanan Sekolah adalah calon satpam.

Tentu semua tadi hanya stigma yang melekat ya, belum tentu semua orang berpikiran sama. Maaf kalau tersinggung. Tapi, jika melihat kehidupan di PPNK stigma-stigma tadi berubah 180 derajat. Karena di PPNK seseorang mengkuti ekstrakurikuler tertentu seringkali hanya dengan satu alasa, “agar selama di PPNK dia memiliki kehidupan”.

Berwarna tidak-nya, nyaman tidak-nya hidup santri-santri selama dia belajar di PPNK sangat ditentukan oleh ekskul-ekskul yang dia ikuti. Semakin bergengsi ekskulnya, akan semakin berwarna hidupnya. Maka tidak jarang seorang santri bisa memiliki 2 atau lebih ekskul dan dia berusaha maksimal bekarya disana.

Ekskul di PPNK juga menentukan kedekatan kita dengan kakak-kakak kelas. Mau tidak mau, hierarki sosial berdasarkan senioritas bisa ditemukan di PPNK. Apalagi kakak kelas di PPNK melalui OSNK-nya memiliki hak untuk mengelola adik-adik tingkat dibawahnya, dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Maka, dengan bergabung di ekskul (apalagi jika ekskul itu sering ikut lomba dan juara) membuat santri-santri junior memiliki koneksi lebih baik dengan kakak-kakak kelas, yang artinya, kehidupannya selama di PPNK bisa lebih nyaman.

Terakhir, prestasi santri dalam bidang kurikuler maupun non-kurikuler akan selalu disebutkan by name (sebelum era internet). Jadi, santriwan atau santriwati yang tenar biasanya adalah mereka yang berprestasi. Selain itu, beberapa ekskul memiliki hak istimewa untuk berlatih bersama atau berlatih di lingkungan lawan jenis. Otomatis, dengan mengikuti ekstrakurikuler tertentu, akan memperbesar peluang menjadi santri populer. Dalam hal ini, pribadimu akan dinilai sangat istimewa oleh lawan jenis. Keren kan? Lewat ekskul kamu bisa menikmati masa muda, mendapat kenyamanan hidup, dan popularitas. Siapa yang nggak mau coba?

Maka meskipun setengah terpaksa, ane tetap datang ke agenda pengenalan ekskul (disamping biar ngga kena babat rotan) untuk melihat ekskul apa yang cocok ane masukin. Sesuai realitas di dunia luas sana, stigma-stigma tadi tetap berlaku di PPNK (duh), hanya dengan sedikit perbedaan.

Agenda pengenalan ekskul selalu dilakukan dengan runut sesuai genrenya. Biasanya dimulai dengan ekskul budaya, beladiri dan olahraga, pecinta alam dan ditutup dengan pasukan pengibar bendera. Dan ane akan bilang, semakin awal ekskul mu tayang, semakin rendah poin-poin keuntungan ikut ekskul yang ane jelasin di atas (popularitas dan sebagainya). Dan stigma semacam itu harus kamu tanggung selama bertahun-tahun kamu menjadi santri.

Disaat orang masih tidak peduli dan masih sebel karena mendengar pukulan rotan, tayanglah ekskul budaya. Ekskul budaya ini secara sederhana adalah ekstrakurikuler yang tidak memerlukan kerja otot. Termasuk ekskul budaya adalah klub menggambar, kaligrafi, graffiti, pidato dan klub menulis. Mirisnya, beragam ekskul ini ditayangkan secara bersamaan! Maksudnya dalam satu display, aka nada seorang berkacamata menjelaska ekskul apa saja ini, beberapa adik kelas memegang karya seperti gambar dan graffiti dan bekeliling lapangan basket, seseorang berorasi di tengah lapangan diiringi 2 orang membaca puisi.

Penampilan ekskul budaya bisa dilukiskan dengan satu kata, kekacauan. Keberjalanannya pun juga sama, kekacauan. Alasan utamanya adalah, pertama, bisa jadi display ekskul adalah satu-satunya waktu untuk tampil eksis. Kedua, keberjalanan ekskul seringkali hanya berjalan maksimal 3 bulan. Ketiga, pondok kurang mendukung kompetisi ekskul-ekskul ini (kecuali pidato). Terakhir, orang-orang dengan bakat alam sama sekali tidak berminat untuk ikut ekskul semacam ini.

Akhirnya, ekskul-ekskul semacam ini hanya menjadi tempat menampung orang-orang tidak jelas yang setidaknya mencari kegiatan saja. Atau malah para buangan (sedih banget) yang tidak bisa memiliki kehidupan di kamar. Bahkan kalaupun ada karya yang kita hasilkan dari ekskul budaya tadi, sangat minim ruang display untuk karya-karya tadi. Ingat, saat itu belum zaman internet, tepatnya berselisih 3 bulan dari mulainya zaman internet di PPNK. 

Maka, ekskul-ekskul ini sangat rendah peminatnya. Beberapa orang kakak kelas sering mengeluhkan hal ini. Tapi ya itulah kehidupan, miris memang karena selalu ada segolongan orang yang tersingkir dari kehidupan.

Setelah kekacauan tadi berakhir (karena jujur selain kekacauan ane ngga bisa nemuin kata-kata lain) dan orang-orang sedikit aneh tadi keluar dari lapangan, masuklah para manusia yang berteman dengan bola. Eskul olahraga. Bersamaan mereka datang membawa bola sepak dan bola futsal. Bola ditimang-timang, diajak beratraksi, baik itu ditaruh di kepala dan sejenisnya. Setelah mulai seru, datanglah santri-santri yang diberkahi tubuh tinggi atletis, mereka membawa bola berwarna oranye.

Ya, tim bola basket. Tidak kurang setiap kali display ekskul golongan ini menunjukkan batas nyata antara orang keren dan orang kurang keren, orang berbakat dan kurang berbakat, orang populer dan kurang populer, dan orang atletis dan kurang atletis. Sebagaimana di sekolah-sekolah umum, para penghuni ekskul berkaitan dengan bermain bola (playing with baallls) selalu diisi orang-orang berbakat 

(meskipun saat iklan ada kecap yang mengatakan "KaMi MeneRimA OrAng YanG MaU bEruSahA" (lol, wkwkwk). Karena gengsi di ekskul yang seperti ini nilainya sangat tinggi.

Kamu bisa lihat buktinya di anime-anime olahraga bahkan kuroko no basuke sekalipun. Seorang cebol berambut biru bisa dapet ahh sudahlah, pokoknya cewek sangat suka dengan tipe cowok yang berkeringan karena bermain bola (playing with baallls), tidak kurang santriwati PPNK. Karena bemain bola (playing with baallls) menunjukkan nilai-nilai maskulin laki-laki.

Maka tidak jarang para bintang lapangan juga menjadi bintang di kehidupan sehari-hari, apalagi PPNK memiliki KoemTRI rutin tahunan. Acara akbar kompetisi olahraga antar santri di PPNK yang melibatkan banyak kompetisi bermain bola (playing with baallls) antar angkatan di semua jenjang. Meskipun cuman acara lokal, jika kamu menjadi Man of The Match dalam pertandingan namamu akan tersebar luas di seluruh penjuru PPNK.

Maka, memperoleh popularitas paling cepat adalah dengan mengikuti ekskul semacam ini. Tetapi, sangat disayangkan popularitas di ekskul bermain bola (playing with baallls) hanya bersifat individu. Misal dalam sebuah tim futsal, yang dikenal tentu hanya kiper, striker, libero dan back terbaik, padahal bisa jadi dalam tim futsal ada sekitar 10 pemain. Maka, jika kamu gagal bersinar di ekskul bemain bola (playing with baallls), ya mungkin nasibmu tidak jauh berbeda dengan yang ikut ekskul budaya. Berusaha keras tanpa imbalan setimpal. 

Berikutnya, mulailah hadir orang-orang dengan seragam-seragam tertentu yang bernuansa asia timur. Ya, para peserta ekskul beladiri (martial arts). Di PPNK ada 3 beladiri yang dijadikan ekskul, dan akan ane urutkan berdasarkan level popularitas, Karate, Thifan Tsufuk, dan Tae Kwon Do. Sifat pengikut ekskul beladiri tadi juga akan ane jelaskan satu-satu.

Karate, beladiri mainstream dan dikenal luas di dunia. Berasal dari jepang yang mengutamakan kekukatan pukulan. Bang Mun, adalah bintangnya ekskul karate di PPNK. Dia adalah satu-satunya santri yang memperoleh sabuk hitam selain Senpai dan Sensei nya (guru karate adalah orang luar pondok). Dia hadir ketengah lapangan semabari dikelilingi 3 orang.

Tanpa ba-bi-bu ketiga orang tadi mulai memukuli dan menendang Bang Mun, dan Bang Mun hanya melakukan gerakan-gerakan ilmu kebal luar biasa, dan terlihat pukulan-pukulan tadi hanya berasa geli di tubuhnya. Setelah selesai dipukuli, tiga orang tadi bertambah menjadi 5 dimana 2 orang datang membawa pisau dan mulai mengeroyok Bang Mun. bak-buk-buk, dalam aktu singkat kelima orang termasuk yang membawa pisau semuanya terkapar di tanah.

Aksi pamer kekuatan dan ketangkasan yang sedikit ekstrim tadi benar-benar sering mempesona para santri baru. Ditambah popularitas Karate yang umum dikenal para lulusan SD dan SMP, ekskul ini selalu memiliki peminat paling banyak dibandingkan semua ekskul secara keseluruhan. Dan biasanya, setelah beberapa bulan belajar memukul, mulai muncul santri-santri dengan gaya jagoan (ha ha) dan sejenisnya. Ane lebih berpikir bukan karena Karatenya, tapi karena mereka memiliki kedekatan tertentu dengan Bang Mun.

Ekskul kedua memiliki kostum paling keren. Warna dasar merah darah dengan aksen hijau membawa kesan elegan dan anggun. Gerakan cepat dan luar biasa elegan membuat suasana setiap kali display ekskul selalu lebih indah. Diiringi lagu pembuka game age of empire II, membuat seolah kita dibawa jauh ke China, melihat aksi para pangeran masa lalu. Selain itu, popularitas sebuah novel yang didasarkan pada beladiri ini membuat beladiri ini memiliki tempat tersendiri di hari para santri.

Adalah Thifan aliran Tsufuk namanya. Beladiri yang para pengamalnya jauh dari kesan sangar seperti misal Bang Mun, bahkan sekilas para atlit beladiri ini mirip seperti orang-orang culun. Karena sama sekali tidak ada otot-otot kekar betonjolan. Tapi, melihat kemampuan para atlit untuk “terbang” benar-benar luar biasa.

Motivasi “ingin terbang” itulah yang membuat banyak orang akhirnya ikut dalam ekstrakurikuler satu ini. Bukan main, dalam beberapa tahun peminat ekskul ini bersaing ketat dengan karate. Dan jika kebetulan hari latuhannya bersamaan mungkin Badan Intelejen Negara akan salah mengira latihan ekskul ini sebagai sarana penyiapan teroris (hahaha) dilakukan di pondok pesantren sih! (eh, nggak lah ya, wkwk).

Berikutnya, ekskul yang paling suka mematahkan dan menghancurkan sesuatu dengan kaki. Ya, Tae Kwon Do. Ekskul ini memiliki atraksi unggulan berupa mematahkan berbagai jenis kayu dengan kaki. Mulai kayu triplek sampai kaki-kaki meja dan kursi. Krak! Begitu suaranya.

Terus? Udah? Iya, udah. Atraksi semacam itu memang tidak cukup untuk mempesona semua santri. Tapi karena tae kwon do termasuk olah raga internasional, cukup banyak alumni-alumni tae kwon do dari SD maupun SMP yang bergabung kembali dengan ekskul ini di PPNK. Jadi tetap ada peminat-peminat yang cenderung loyal dengan ekstrakurikuler ini.

Nah, popularitas dan harapan dalam ekstrakurikuler beladiri memang tidak bisa sejalan jika tidak dibarengi usaha. Dalam sebuah ekskul beladiri populer seperti karate dan thifan, paling yang bertahan sampai akhir hanya 20-30% nya saja. Pada akhirnya semua ekskul beladiri berakhir seperti Tae Kwon Do, hanya yang berniat yang bertahan dan bisa memperoleh benefit di akhirnya.

Popularitas memang sulit diperoleh dari ekskul ini, tapi kenyamanan hidup di pesantren bisa diperoleh. Sabuk hitam karate, atau senkei diatas 15 bisa menjadi pembeda besar dalam kehidupan. Orang akan berpikir 2 kali saat akan melakukan tindak kejahatan atau menindas mu (dalam hal ini buli membuli). Dengan ekstrakurikuler beladiri, kamu benar-benar bisa jadi pendekar sungguhan. 

Berikutnya, bisa dibilang ekskul dengan kegiatan menarik dan cukup memiliki nilai. Atraksi eksul ini saat display benar-benar meriah, dan kedua ekskul ini dibawahi sebuah bidang langsung di OSNK. Ekskul kepramukaan! Terdiri dari 2 ekskul besar, pecinta alam (ALMANAK PPNK) dan pasukan pengibar bendera.

Stigma tentang ekskul di sekolah luar yang berbeda dengan PPNK hanya ini (HA!) Sebutan ikan asin atau manusia gosong tidak berlaku di PPNK untuk para santri yang beruntung bisa ikut ekskul pasukan pengibar bendera PPNK. Disini mereka adalah super star! Artis level dewa. Pecinta alam, umm, mungkin bisa disebut bumbu pelengkapnya. 

Coba bayangkan, meskipun kerjaannya hanya mengibarkan bendera, tapi para peserta ekskul ini betul-betul jadi artis mahabesar di PPNK. Meskipun hanya baris-berbaris kerjaannya, tapi mereka betul-betul sangat mudah memperoleh popularitas dan kenyamanan hidup di PPNK. Bahkan disetiap display eksul mereka selalu memperoleh kehormatan menjadi atraksi penutup dan selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh santri. Mereka, kalau sudah memasuki zaman internet, hanya dengan memasang di bio “Paskibra PPNK” di facebook, ratusan friend request dari santriwati sudah mengantri.

Selain itu, karena dibawah asuhan langsung sebuah bidang di OSNK, jelas mereka mendapat cover penuh dari kakak kelas, para senior. Selai itu, karena prestasinya mentereng, pondok juga mendukung penuh ekstrakurikuler satu ini. Maka wajar jika akhirnya mereka menjadi kasta sosial elit tersendiri. Meskipun masih menghadapi hinaan dan ejekan karena memang ekskul ini konyol (sumpah sampai sekarangpun ane masih nganggep pasukan pengibar bendiri itu konyol!! Silahkan kalau mau bully ane! Nggak papa!!) tapi tetap saat melihat firend request dimana bidadari khayangan ngantri untuk di accept, betul-betul bikin perut kita mules. 

Tapi mungkin ane akan bilang, semua hal itu didapatkan karena usaha dan niat. Diantara semua ekskul, hanya paskibra yang mungkin jam latihannya bisa setiap hari selama satu pekan. Latihan berat yang kadang sampai meresikokan muka kena gampar pantofel dari para senior. Latihan yang sering tidak kenal waktu. Kalau mau melihat realitas perjuangan anak muda memperjuangkan apa yang dia sukai, macam kapten tsubasa atau kuroko no basuke, kamu bisa lihat paskibra PPNK.

Maka di sisi ini, ane akan bilang “kehidupan dan hasilnya kamu yang menentukan”. Semua ekskul tadi (selain ekskul budaya) memiliki hasil yang sama-sama enak, jika kamu mau berusaha keras. Meskipun kamu tidak punya bakat, kamu bisa menumbuhkan bakat itu dengan usaha dan keinginan. Semua disediakan PPNK, tinggal bagaimana kamu akan memilih untuk menjalaninya.

Maka melihat wajah cerah para santri baru temen-temen ane, ane hanya bisa menyesal kenapa saat itu ane hanya tersenyum sinis. Menghindari kesibukan dan keringat, ane hanya memilih ekskul budaya (ekskul gambar) dan tidak peduli dengan ekskul-ekskul yang lain. Karena saat itu, dengan kemalasan itu ane sudah menutup rapat-rapat kesempatan ane untuk mampu berkarya lebih baik lagi di masa mendatang. Ya, penyesalan kadang hanya dirasakan di akhir, namun saat itu, ane hanya memiliki satu pilihan : menjalani kehidupan yang ane pilih.

-Continued

 Azzam Abdullah Artwork/Azzam Abdullah
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com

Untuk seri sebelumnya bisa tengok disini :
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/06/hikayat-santren-dul-dan-bahasa-arab-ana.html

http://fellofello.blogspot.co.id/2017/06/hikayat-santren-dul-dan-santriwati.html

 Thank you for Support!
Share, Follow and Comment!!

No comments:

Post a Comment