Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Tuesday, December 29, 2015

Kakurenbo #5

waktu terdiam cukup lama, ketika aku menggali dan menimbang siapa sebenanrya gadis yang ada di depanku. kucing aneh itu terlihat berkeliling di seitar kamar dan mengendus berbagai macam hal yang aku letakan. menggaruk kepala, aku memperbaiki suaraku, menunduk dan coba tidak menatapnya.
"ehem.. baiklah.. pertama tama, bagaimana kamu bisa tahu namaku" kataku sambil menatap dia, dan aku terkejut, wajahnya sudah di depanku, dan dia tersenyum.
"aku sudah tertidur di gang kumuh itu selama tiga hari, aku selalu mendengar kamu meralat namanu ketika dipanggil kuro-san oleh si pemilik toko ikan itu, dan, tanpa kamu sadari, kamu selalu memberi kucing aneh itu ikan, hehe". dia tersenyum lebar, giginya terlihat putih dan bibirnya memiliki kerut yang bagus, ternyata dia memperhatikan ku selama tiga hari kebelakang, itu cukup untuk menjawab pertanyaan kenapa dia tahu namaku.

lalu aku memperbaiki posisi duduk, dan dia tersenyum sambil menopang dagunya, terlihat sangat lucu, lalu aku teringat perkataan Tora tentang mirisnya kehidupan cinta-ku, dan aku memerah bahwa benar ini adalah pertama kalinya aku sedekat ini dengan perempuan. "eh em, baiklah, dan hentikan sikap sok imut mu, aku terganggu.. " padahal terus terang aku suka. "bagaimana kamu bisa tahu identitasku? kita baru pertama kali bertemu, dan aku sangat yakin aku tidak terlihat seperti muslim..?". dia hanya tersenyum dan menatapku sambil mengulum senyum. "aku menduga kamu sangat polos, Ahmad, tapi aku tidak menyangka kamu selucu ini Ahmad" dia memperbaiki yukatanya, dan berkata dengan mata menggoda, "tidak ada pria jepang yang tidak memegang tangan ketika menggandeng perempuan kan? jujur ahmad, ini pertama kalinya aku bergandengan dengan memakai syal.. dan melihat al-quran yang kamu letakan diatas buffet tadi aku bisa langsung tahu.. " dia tersenyum lebar, seperti akan tertawa, tapi dia tahan sehingga hanya terlihat gigi seri nya yang mengintip dibalik bibir tipisnya, aku semakin takjub dan aku mengakui, aku masih pria sehat yang normal.

terdengar kucing aneh itu mengeong, dan mengelus-elus gadis itu, gadis itu mengangkat kucing itu dan menaruhnya di meja.
"kenapa kamu tidak memulai dengan pertanyaan normal? seperti siapa namaku, aku berasal dari mana ahmad? malah bertanya hal yang aneh seperti itu" katanya sambil mengelus kepala kucing itu.
aku hanya terdiam dan menyadari kelakuan ku lebih mirip seperti agen rahasia yang akan meledekatan menara tokyo nanti malam, atau teroris yang akan menebar gas sarin beracun di dalam terowongan kereta bawah tanah. sambil tersenyum keki, dan memoerbaiki tempat duduk ku (entah sudah berapa kali) aku mempersiapkan diriku untuk bertanya, tapi..
"namaku Yuko, panggil saja Yuko. aku tidak berasal dari daerah ini, kucing ini aku beri nama Yuki, aku menemukannya terjepit di tempat sampah tadi, dan dia terjepit di ekor. jadilah ekornya menggantung perban" katanya sambil mengelus ekor Yuki dan menatap ku lagi..
"entah kenapa aku merasa perkataan pemilik toko ikan itu benar dan aku akan mengalami hal besar malam ini" kata Yuko sambil tersenyum menggodaku,
aku semakin salah tingkah menyadari kelakuan ku yang sangat kaku dan tidak pantas dilihat sebagai seorang pria. aku adalah mantan ketua lembaga di kampus ku dulu, aku adalah monster di masa lalu, aku tidak akan kalah dengan perempuan itu, aku meyakinkan diri, dan menutup mata sebentar.

ketika aku membuaka mata, lagi-lagi muka Yuko sudah berada di hadapan ku, sambil tersenyum
"yuko, menjauhlah.. " kataku sambil membuang muka
dia hanya tersenyum dan kembali duduk seperti semula.
aku menatap matanya tajam, mempersiapkan pertanyaan terhebat yang mungkin sulit dijawab olehnya,
"aku memilih mu, karena aku percaya padamu, Ahmad.. " sambil tidak menatapku, dia hanya mengelus yuki, dan melanjutkan ucapan nya "kehidupan ku dulu lah yang membuatku bertemu denganmu, begitu juga dengan kehidupan mu yang dulu. kamu dan aku telah dipilih untuk bertemu, karena kamu tahu kan setelah melihatku? kita berdua sama sama berlari dari kenyataan." Yuko menatapku tajam, lebih tajam dari tatapan ku. Yuki mengeong sangat keras, memecah keheningan. aku hanya terdiam dan menutup mata ku rapat-rapat, "kita berdua sama sama berlari dari kenyataan" kata-kata yang membawa memori ketika aku datang ke negara ini, ke kota ini. momen ketika aku membuang semua kebanggaan ku, memilih menjadi orang biasa, dan momen ketika aku lupa tuhan sudah memiliki rencana untuk ku. aku yakin, saat ini tuhan telah memainkan rencananya, dan gadis ini menjadi pemain utama yang akan menghancurkan aku dan segala penipuan yang telah aku lakukan.

-continued








No comments:

Post a Comment