Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Wednesday, July 1, 2015

Basic Question about Maintenance (Operation Management)




Manajemen Operasi


1.      Dapatkah Smith dan Hensen melakukan sesuatu untuk meningkatkan kinerja?
2.      Apakah ada pendekatan alternatif bagi operasi yang sedang berjalan untuk departemen pemeliharaan?
3.      Bagaimana produksi dapat mengejar output yang hilang diakibatkan oleh pemeliharaan terjadwal?

A.     Optimalkan peralatan = optimal kerja
Masalah tidak berjalannya sistem operasi, dalam hal ini peralatan-peralatan penunjang sistem operasi perusahaan dapat memicu berbagai dampak. Kegagalan mesin dan produk dapat berdampak luas pada operasi, reputasi dan keuntungan organisasi. Pada sebuah perusahaan yang termekanisasi secara kompleks, kerusakan yang tidak dapat ditoleransi dari mesin dapat mengakibatkan menganggurnya karyawan dan fasilitas, hilangnya pelanggan dan kepercayaan, dan berubahnya keuntungan menjadi kerugian. Sedangkan di kantor, kerusakan generator, sistem pendingin, dan komputer dapat menghentikan operasi. Hal-hal tersebut adalah sekian banyak dampak yang dapat muncul dikarenakan kerusakan atau kegagalan sebuah sistem operasi.
Kasus yang dihadapi oleh Smith dan Hensen, sebetulnya merupakan kasus sebab-akibat. Ketidakoptimalan yang muncul di lini produksi yang dipegang Hensen, disebabkan karena ada kerusakan, dalam hal ini kerusakan yang memang memerlukan perbaikan cukup lama. Sebab utama dari kemunculan kerusakan demikian dikarenakan lini pemeliharaan dibawah Smith memang tidak melakukan “pemeliharaan”, terfokus pada perbaikan. Dampaknya, diperlukan pengorbanan ekstra dari tenaga dan waktu untuk memperbaiki kerusakan jenis itu. Dikarenakan ini sebab akibat, maka diperlukan tahapan-tahapan dalam mencapai keoptimalan bagi masing-maisng pihak, secara luas, bagi masing-masing lini.
Lini pemeliharaan dibawah Smith, merupakan lini yang seolah disalahkan. Dikarenakan, kegagalan ini memang muncul porsi terbesar adalah dari lini pemeliharaan. Mengapa tidak melakukan kontrol dan pemeliharaan berkala pada mesin dibanding menunggu adanya alaram perbaikan seperti yang dijelaskan?. Maka, bagi lini pemeliharaan dibawah Smith diperlukan beberapa perbaikan sebagai berikut ;
1.      Menggerakkan inisiatif dan rasa memiliki
Dari perspektif SDM masalah ini dapat dilihat bahwa memang belum ada inisiatif dari lini pemeliharaan untuk “bergerak” dan “bekerja”. Penanaman inisiatif dan sense of belongging merupakan urgensi bagi setiap perusahaan, bahkan bagi masing-masing lini. Hal ini memang tidak bisa diterapkan dalam tahapan teknis, dengan hasil terukur. Tetapi, dengan membuat karyawan menyadari dan memiliki hal ini dapat meminimalkan masalah-masalah mendatang. Langkah ini kami sebut langkah ke 0.
2.      Peningkatan kemampuan perbaikan
Diperlukan kecepatan dalam melakukan produksi, pemakaian waktu yang terlalu lama untuk urusan perbaikan tidak bisa ditoleransi. Maka, ketika perusahaan lain mampu melakukan perbaikan dengan lebih cepat, idealnya Smith berani untuk meningkatkan kapasitas perbaikan orang-orangnya. Pelatihan dengan simulasi dapat dilakukan kontinum, apalagi, sistem yang mereka terapkan masih seperti pemadam kebakaran. Apabila mereka tidak mau mengganti sistem kerja mereka, hal ini yang harus Smith lakukan.
3.      Berkorban dengan melakukan kontrol rutin, servis ringan
Dengan melaksanakan kontrol rutin, dapat mendeteksi kerusakan-kerusakan yang dapat muncul, sehingga saat dilakukan perbaikan dapat lebih cepat karena tahu masalahnya. Dengan melakukan hal ini juga dapat melakukan perbaikan kerusakan-kersakan kecil. Melakukan kontrol dan servis ringan dapat membuat lini milik Smith dan Hensen berinteraksi, ya setidaknya akan meuncul rasa kebersamaan.
4.      Bernegosiasi dengan perusahaan untuk membuat sistem pemeliharaan berkala
Smith mau untuk mengganti sistem kerja dia. Sehingga berani meminta sistem pemeliharaan berkala pada bos perusahaan. Dengan sistem ini, lini pemeliharaan akan memiliki pekerjaan yang rutin dan terjadwal. Dan tentu saja, Hensen tidak akan “membunuh” orang pada hari itu dikarenakan sistem pendinginnya rusak.
5.      Penyediaan redundansi
Setelah terbentuk pemeliharaan berkala, diperlukan beberapa sistem cadangan yang akan bekerja ketika mesin-mesin tengah diperbaiki secara berkala. Pengadaan redundansi merupakan hal yang menyita biaya cukup banyak, tetapi akan sangat mendukung sistem pemeliharaan berkala yang dilakukan perusahaan. Memang diperlukan biaya lebih, tetapi kerja perusahaan jadi lebih baik. Maka, hal ini patut untuk dipertimbangkan.
6.      Koordinasi rutin, melatih bagian produksi untuk melakukan self service
Lebih baik jika masalah-masalah kecil seperti penggantian baterai, pembersihan debu, dan pengaturan sirkulasi udara tidak perlu harus dilakukan oleh lini pemeliharaan. Pekerjaan kecil tersebut dapat dilakukan secara mandiri oleh lini produksi, sehingga dapat mempercepat proses produksi. Maka, pelatihan untuk melakukan self service sangat diperlukan. Smith dan Hensen juga akan saling bertemu dan berbagi pengetahuan. Harapannya, masing-masing lini dapat lebih mengenal, saling memahami, dan membantu. Demi kesuskesan perusahaan.
Hal-hal diatas dapat dilakukan oleh Smith guna memperbaiki kinerjanya, dampaknya, adalah perbaikan kinerja dari Hensen. Sedangkan Hensen yang terlihat sebagai korban idealnya melakukan hal-hal seperti ini. pertama, tidak perlu berteriak-teriak untuk membunuh orang, daripada berteriak-teriak lebih baik melakukan sesuatu yang tidak terjadi kerusakan didalamnya, kemudian, daripada marah-marah pada bos, lebih baik membantu Smith mengadvokasi terwujudnya sistem pemeliharaan berkala dan pengadaan redundansi. Terakhir, ketika diadakan self service training, sebaiknua Hensen hadir agar tidak merepotkan lini Smith ketika terjadi masalah-masalah sepele yang sebenarnya bisa mereka atasi sendiri. Demikian, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kerja Hensen dan Smith.
B.      Alternatif bagi Operasi yang Sudah Berjalan
Tidak ada yang salah sebenarnya dengan sistem operasi yang dilakukan bagian pemeliharaan. Memang tugas mereka untuk memperbaiki suatu kerusakan. Yang jadi masalah, sistem yang mereka bangun, malah menyebabkan masalah bagi lini lain, terutama produksi. Dampaknya, persaingan di antara perusahaan kabel menjadi tidak seimbang, dan perusahaan mereka terpaksa menelan kekalahan. Kenapa? Mesing yang kurang handal, biaya pebaikan kerusakan yang sangat besar dan memakan waktu cukup alam, serta kerja bagian pemeliharaan yang seperti pemadam kebakaran.
Masalah-masalah tersebut memiliki beragam solusi dan dapat dilihat dari berbagai perspektif. Akan tetapi, jika mempertimbangkan bagian operasi, maka akan diperlukan tahapan-tahapan pemabangunan, sehingga sistem yang dibangun lebih kuat dalam menghadapi kendala-kendala kerusakan.
Pertama harus dilakukan, adalah merubah sistem kerja departemen perbaikan. Bukan lagi seperti pemadam kebakaran, idealnya, departemen perbaikan bekerja seperti detektor metal yang sensitif menghadapi masalah kerusakan. Bukannya menunggu kerusakan terlanjur terjadi. Melakukan kontrol berkala secara mandiri, servis-servis sederhana secara rutin dapat menjadi pilihan. Dikarenakan apa, belum ada sistem yang dibangun perusahaan guna mengakomodir hal ini.
Kemudian, kewajiban yang muncul dari perusahaan dapat menempuh dan mencoba sistem pemeliharaan berkala. Sebelum, mengandalkan sistem pemeliharaan perventif. Dengan sistem pemeliharaan berkala, dapat mengakomodir tindakan inisiatif yang dilakikan bagian pemeliharaan sebelumnya. sekaligus, dapat memaksa bagian perbaikan untuk melakukan hal seperti ini, dikarenakan sudah berupa sistem operasi yang harus dilakukan. Dengan pemeliharaan berkala, meskipun menghentikan sementara, setidaknya tidak membuat perusahaan kerepotan menanggung biaya kerusakan yang cukup besar.
Kemudian, penyediaan redundansi dan pemeliharaan perventif dapat menjadi alternatif. Kedua hal ini memakan biaya cukup mahal memang, tetapi lebih baik dikarenakan dapat menjamin sekian persen keandalan sistem dan keandalan mesin. Dengan menyediakan redundansi, sistem pemeliharaan berkala tidak akan terlalu mengganggu produksi, karena ada sistem yang masih bisa berjalan. Dengan melakukan pemeliharaan perventif, ketidak mampuan bagian perbaikan dapat ditutup bahkan digantikan dengan mereka. Terutama jika perbaikan secara mandiri memakan biaya sangat besar dibanding dengan pemeliharaan perventif.

C.      Operasi Mengejar Ketertinggalan
Bagaimanapun, sistem pemeliharaan terjadwal memang mengganggu produksi. Terutama, jika perusahaan tidak bisa menyediakan redundansi. Maka, operasi memiliki kewajiban sangat besar guna mengejar ketertinggalan produksi. Meskipun, hal ini terlihat sangat sulit dan rumit, tetapi jika berkaca pada konteksi ideal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh bagian operasi, yang apabila diurutkan dapat membantu operasi mengejar ketertinggalan produksi dikarenakan adanya perbaikan berkala. Hal-hal tersebut adalah ;
1.      Penentuan skala prioritas
Masing-masing produksi memiliki skala prioritasnya tersendiri, tidak semua proses produksi memiliki bobot sama. Lebih mudahnya, ada istilah untuk melakukan operasi bagi produk-produk yang lebih urgent dan dibutuhkan oleh pasar, meskipun produk tersebut bukan merupakan bagian dari opersi rutin perusahaan. Dengan penentuan skala prioritas, perusahaan masih tetap bisa memenuhi apa yang dibutuhkan pasar. Kemudian, yang perlu dipaham, perbaikan berkala tidak mematikan seluruh sistem yang berjalan, karena perbaikan berkala ini biasanya menyediakan beberapa alternatif yang dapat dipakai untuk melaksanakan produksi yang lain. Jika kemudian yang terkena jatah perbaikan berkala adalah lini produk yang dubutuhkan pasar, maka hal-hal berikut dapat menjadi alternatif.
2.      Optimalisasi mesin-kosong
Idelanya perusahaan menyediakan redundansi, atau mesin-mesin kosong guna menanggulangi hal-hal seperti pemeliharaan terjadwal. Dengan adnaya redundansi perusahaan dapat lebih mudah untuk mengalokasi dan mengelola produksi agar terus berjalan secara lebih normal. Maksudnya, meskipun tidak terjadi secara ideal, setidaknya tidak ada istilah libur pada proses produksi.
3.      Penjadwalan lembur
Apabila perusahaan tidak dapat memberikan redundansi, maka lembur dapat menjadi pilihan. Meskipun dalam lembur perusahaan harus menyediakan berbagai macam tunjangan dan insentif, tetapi hal ini masih lebih memungkinkan untuk dilakukan daripada menunggu pengadaan redundansi. Lembur yang terjadwal juga memberikan opsi tambahan pemasukan bagi karyawan, dengan harapan mereka dapat memperoleh income lebih besar. Lembur yang baik juga dapat memicu semangat karyawan, terutama jika karyawan memiliki kepribadian Y. Diperlukan transparansi pemberian insentid lembur, dalam hal ini kejujuran dari pihak karyawan dan perusahaan dalam mengelola lembur, sehingga lembur dapat menjadi maksimal.
4.      Penerapan TQM optimal
Kekuarangan kuantitas dapat ditambal dengan kualitas. Maksudnya, meskipun perusahaan memiliki produksi minim, perusahaan dapat memicu peningkatan kualitas dari barang yang diproduksi. Dengan penerapan TQM, harapannya meskipun dilakukan pemeliharaan terjadwal, perusahaan masih memiliki keunggulan kompetitif pada kualitas produk yang diproduksi.

No comments:

Post a Comment