Metode Kompensasi IBM Indonesia
Oleh :
WIJAYA,Adi.T; CHAMIDAH; 'AZZAM,Muhammad Abdullah; PRAMITAJATHI,Novia; PUSPITASARI,Susan Desy.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNS SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
paper Sumber Daya Manusia dengan kasus Metode
Kompensasi di IBM Indonesia. Kami menyusun paper
ini dari informasi yang kami peroleh dari beberapa sumber. Bagi mahasiswa kami
berharap paper ini dapat menjadi wawasan baru, dan dapat menjadi evaluasi bagi
pihak yang terkait. Paper ini masih jauh dari sempurna sehingga kami sangat
mengharapkan masukan atau saran para pembaca untuk mengoreksi paper ini.
Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Sinto Sunaryo SE, MSi selaku dosen Manajemen Sumber Daya Manusia
Lanjutan, yang telah membimbing kami sehingga paper ini dapat terselesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Manajemen A yang telah
memberikan dukungan kepada kami.
Surakarta, 31 Maret 2015
Penulis
Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi saat ini setiap organisasi bisnis
dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenangkan persaingan. Oleh
karena itu keberadaan sumber daya manusia adalah poin yang sangat penting yang
harus di perhatikan oleh perusahaan. Karena keberhasilan perusahaan sepenuhnya
juga bergantung pada tingkat keterlibatan karyawan terhadap aktivitas dan
pencapaian tujuan perusahaan itu sendiri. Karena setelah ditinjau, bahwa sumber
daya manusia yang potensial dan berkualitas merupakan modal dasar perusahaan
yang mengantarkan perusahaan tersebut kepada tujuannya yaitu kesuksesan.
Menyadari betapa pentingnya sumber daya manusia sebagai
asset yang berharga, maka perusahaan perlu memperhatikan pemberian kompensasi
sebagai imbalan yang layak untuk sebuah penghargaan terhadap apa yang telah
dikerjakan karyawan. Semakin tinggi kompensasi yang diterima karyawaan dari
perusahaan maka kesejahteraan karyawan pun juga meningkat. Hal ini memotivasi
karyawaan untuk melaksanakan semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang
diberikan dan begitupun juga sebaliknya jika kompensasi yang di terima rendah
maka kesejahteraan karyawan pun akan berkurang dan mengakibatkan menurun nya
semangat dalam melakukan pekerjaan sehingga hal ini yang menyebabkan kerugian
kepada perusahaan karena tujuan perusahaan tidak tercapai dengan baik.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Perusahaan IBM
Indonesia yang memberikan kompensasi kepada karyawannya secara fleksibel. .
Misalnya karyawan single itu, merasa sehat, dia bisa memilih benefit kesehatan
yang simpel, tapi dia punya dana cadangan yang bisa digunakannya sebagai dana
liburan. Jadi, IBM menyediakan budget kesehatan yang tidak harus digunakan
seluruhnya, jika dia sehat, masih single, sehingga kelebihan dananya itu bisa
digunakan sesuai dengan pilihan karyawan. Bagi karyawan di bidang marketing pun
berbeda bentuk kompensasinya. Semakin besar hasil penjualan maka semakin besar
pula kompensasi yang mereka dapat.
Dengan menerapkan bentuk kompensasi seperti itu
Perusahaan IBM Indonesia memiliki masalah yang harus dihadapi, yaitu turnover.
Tingkat turnover pada Perusahaan IBM Indonesia sangat tinggi bahkan meningkat
setiap tahunnya. Jadi, ketika awal direkrut misalnya 20 orang, dalam 2-3 tahun
akan tinggal separuhnya. Tapi yang jadi fokus IBM bukan pada angka turn over
itu, pada mereka yang memberikan kontribusi terbesar bagi perusahaan lah yang
dijaga.
A.
LANDASAN
TEORI
Definisi Kompensasi
Menurut
Werther dan Davis yang dikutip oleh Hasibuan (2002:119),
mengemukakan bahwa: “Compensation is what employee receive in exchange of their
work. Whether hourly wages or periodic salaries, the personnel department
usually designs and administers employee compensation.
Menurut
Dessler (2007: 46), kompensasi karyawan
adalah semua bentuk pembayaran atau hadiah yang diberikan kepada karyawan dan
muncul dari pekerjaan mereka.
Menurut
Hasibuan (2002 : 118) kompensasi adalah
semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung maupun tidak langsung
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang telah diberikan kepada
perusahaan.
Definisi Karyawan
Professional
Menurut Dessler (2007: 445),
karyawan professional adalah mereka yang bekerja untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari sebagai solusi untuk
masalah-masalah terkait kepegawaian.
Definisi Kompensasi berdasarkan Kompetensi
Menurut Dessler (2007:
412) kompensasi berdasarkan kompetensi berarti perusahaan
melakukan pembayaran karyawan berdasarkan jarak, kedalaman dan tipe dari
pengetahuan dan keahlian, dibanding mempertimbangkan jabatan yang dipegang
karyawan.
Menurut Dessler (2007: 412) sedangkan kompetensi berarti karakteristik yang dapat di
tunjukkan termasuk pengetahuan, kemampuan, dan perilaku, yang mendukung
performa.
Definisi Turnover
Menurut Harninda (1999:27): Turnover intentions pada dasarnya adalah sama dengan
keinginan berpindah karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya.
Harnoto (2002:2) menyatakan:
turnover intentions adalah kadar atau intensitas dari keinginan untuk keluar
dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan timbulnya turnover intentions
ini dan diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
baik.
Jurnal-jurnal Terkait
Teori Hezberg
Now, more than 30 years after the debate and despite
multiple claims that Herzberg's theory is dead, emerging research from the
field of positive psychology is surprisingly consistent with basic tenets of
the motivation-hygiene theory. It may be time to resurrect Herzberg's theory.
This article includes a summary of the motivation-hygiene theory, a
clarification of long-standing misinterpretations of the theory, and an
examination of the fit between Herzberg's theory and contemporary research on
happiness, intrinsic motivation, and materialism. The benefits of returning to
Herzberg's model are discussed. (Sachau, Daniel A Vol
6. 2007. Human Resource Development Review. Thousand Oaks ).
Herzberg's motivation-hygiene theory argues that job
satisfaction and job dissatisfaction result from different causes. According to
Herzberg, satisfaction depends on motivators, while dissatisfaction is the
result of hygiene factors.46 He defined motivators as intrinsic to the job, and
he defined hygiene factors as extrinsic to the job.47 He also succinctly
created a distinction between satisfaction and dissatisfaction. . (Udechukwu, Ikwukananne I, DBA Vol
38 2007.
Public Personnel Management. Thousand Oaks ).
.
Hubungan antara Kompensasi, Turnover dan Pelatihan
The results provide strong support for the hypothesis that is the negative relationship between organizational commitment and
turnover intention. Employees' training is significantly
correlated with organizational commitment, turnover intentions and the
commitment-turnover relationship.
(Jehanzeb, Khawaja; Rasheed, Anwar; Rasheed, Mazen F.
Vol 8. 2013. International Journal of Business and Management. Toronto ).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Definisi
Karyawan Professional dan Metode Kompensasi
Definisi karywan profesional sendiri yaitu
pekerja/pegawai yang telah memiliki keahlian dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu. Bekerja secara profesional adalah bekerja yang didasarkan pada
keahlian, bukan bekerja yang didasarkan kepada perintah saja. Di dalam kasus
yang terjadi di IBM Indonesia dalam hal menerapkan strategi kompensasi bagi
karyawan profesionalnya, mereka menggunakan teori Herzberg yang lebih
mengutamakan kenyamanan di tempat kerja.
IBM memberikan kompensasi yang adil terhadap karyawannya.
Mereka juga memberikan kompensasi yang sifatnya fleksibel yaitu memberikan
keleluasaan karyawan untuk memilih benefit yang sesuai dengan kebutuhannya.
Misalnya, karyawan bisa mengambil cuti untuk liburan ke suatu tempat dan
liburannya dibiayai oleh perusahaan. Selain itu, IBM juga menyediakan budget
kesehatan yang tidak harus digunakan seluruhnya, jika karyawan tersebut sehat, masih
single, kelebihan dananya bisa digunakan sesuai dengan pilihan dia. Jadi
karyawan Gen Y di IBM memang dituntut untuk berkembang, jadi mereka dibebaskan
dan tidak berada dalam tekanan. Oleh sebab itu, tingkat turnover di IBM lumayan
tinggi. Tetapi IBM tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena yang terpenting
bagi mereka adalah kontribusi yang diberikan oleh karyawan dan yang dapat
perusahaan pertahankan.
Bagaimana metode
penggajian berdasarkan kompetensi dapat diterapkan di IBM Indonesia
Menurut Dessler (2007: 412) kompensasi berdasarkan kompetensi berarti perusahaan
melakukan pembayaran karyawan berdasarkan jarak, kedalaman dan tipe dari
pengetahuan dan keahlian, dibanding mempertimbangkan jabatan yang dipegang
karyawan. Sedangkan kompetensi berarti karakteristik yang dapat ditunjukkan
termasuk pengetahuan, kemampuan, dan perilaku, yang mendukung performa. Maka,
penerapan sistem kompensasi berdasarkan kompetensi dapat dilakukan jika
perusahaan memenuhi syarat berikut. Pertama, perusahaan lebih mengutamakan
kompetensi karyawan. Kedua, perusahaan memang bergerak di bidang yang
membutuhkan karyawan dengan spesifikasi kompetensi tertentu.
Berdasarkan
kasus yang kami peroleh, IBM Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karyawan yang bekerja pun juga memiliki
kompetensi tertentu yang memang harus dipernuhi. Maka, secara otomatis,
karyawan yang bekerja di IBM adalah karyawan yang memiliki kompetensi tertentu
dan kompetensi tersebut memang harus teruji. Dibuktikan juga, dalam kasus bahwa
jajaran manajerial IBM Indonesia 23% adalah generasi Y, yang notabene memiliki
keunggulan dalam aplikasi teknologi. Sehingga, kesimpulan terakhir yang kami
ambil, IBM Indoensia memnuhi seluruh syarat yang dicantumkan dalam pernyataan
Dessler.
Selain
itu, ada beberapa keunggulan yang menjadikan metode penggajian demikian efektif
dijalankan. Menurut
Dessler (2007: 413), metode kompensasi berdasarkan kompetensi memiliki 2
keunggulan. Pertama, sarana memperoleh tujuan bagi perusahaan yang menginginkan
high-performance work system atau sistem
kerja berbasis performa tinggi. Kedua, membayar seseorang untuk kemampuan,
pengetahuan dan kompetensinya dinilai lebih strategis.
Pendapat
pertama Dessler dapat dijabarkan, sistem kerja berbasis performa tinggi merupakan
tujuan bagi beberapa perusahaan. Performa tinggi dapat berarti karyawan bekerja
secara maksimal dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Karena
kompetensi adalah sesuatu yang harus ditunjukkan, saran menunjukkan kapasitas
kompetensi karyawan adalah dalam melaksanakan kerja-kerja perusahaan. Maka,
dengan iming-iming kompensasi tertentu disini, karyawan akan terpacu untuk
“memberi yang terbaik” agar dapat memperoleh yang terbaik juga.
Sedangkan
pendapat kedua, melakukan pemberian kompensasi dengan metode ini lebih
strategis. Maksudnya, kompensasi yang diberikan berada dalam kondisi yang
terukur atau minimal kasat mata terlihat. Karena bagaimanapun, kompetensi
merupakan sesuatau yang dapat terlihat. Tentu saja, karena dapat terlihat
indikator-indikator yang menjadi perhitungan dapat ditentuntakn.
Kesimpulan
kami adalah, metode pemberian kompensasi berdasarkan kompetensi memang cocok
untuk perusahaan seperti IBM Indonesia. Karena memenuhi syarat penerapan, yaitu
orientasi perushaan terhadap kompetensi dan ketersediaan serta kebutuhan akan
sumber daya manusia yang kompeten. Apalagi, dalam ditemukan dalam kasus bahwa
IBM memang memprioritaskan performa, sesuai dengan manfaat dari metode
kompensasi berdasarkan kompetensi yang dijelaskan Dessler. Kemudian, dengan
beberapa pandangan-pandangan perusahaan mengenai kompetensi dan pengembangan
kompetensi, memang ada indikasi IBM menganggap bahwa sistem kompensasi demikian
lebih stratejik bagi perusahaan.
Meskipun
dalam beberapa catatan, memang kompensasi yang diberikan IBM Indonesia tidak
hanya berupa kompensasi materiil. Ada beberapa jenis kompensasi lain yang
sesuai dengan teori Hezberg yang diterapkan. Hezberg menjelaskan bahwa
menguatamakan kenyaman kerja merupakan salah satu hal yang dapat menetukan
kesuksesan perusahaan. Begitu juga yang diterapkan di IBM yang menegutamakan
hal-hal diluar konteks materi dalam hal ini gaji. Akan tetapi, bagaimanapun,
kompensasi yang demikian juga menuntuk kompetensi tertentu. Bahkan dalam tahap
lanjut, di IBM kompetensi harus dibarengi dengan performa. Maka, kesimpulan
kami, IBM memang dapat menerapkan metode kompensasi berdasarkan kompetensi sebagaiman
dijelaskan. Tentunya, dengan beberapa pertimbangan untuk dapat meminimalisir
hal-hal seperti turnover dan
lain-lain.
Berdasarkan kasus tersebut jelaskan pula metode atau pendekatan
kompensasi apa yang digunakan IBM Indonesia untuk menggaji tenaga salesnya!
Menurut Gomez-Mejia, et
al. (1995), dasar perhitungan kompensasi dapat dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu menggunakan pendekatan pekerjaan atau jabatan (job-based approaches)
dan menggunakan pendekatan keterampilan (skill-based approaches). Menurut
Lawler (1983), alasan digunakannya keterampilan sebagai dasar perhitungan
kompensasi adalah karena (a) pegawai yang berkemampuan tinggi atau yang mampu
mengembangkan keterampilannya dapat menerima kompensasi yang lebih tinggi,
walaupun jabatannya tetap. (b) nilai individu akan lebih tersorot daripada
nilai pekerjaan yang dilakukannya. Pegawai yang memiliki kemampuan dan keterampilan
tentu akan tertarik pada organisasi yang memberikan kompensasi berdasarkan
kemampuan dan keterampilan, sebab pada umumnya pegawai yang mempunyai
keterampilan lebih, mengharapkan kompensasi yang lebih banyak pula. Menurut
Dessler (2000) terdapat empat perbedaan antara kompensasi berdasarkan
keterampilan (skill-based pay) dan kompensasi berdasarkan pekerjaan atau
jabatan (jobbased pay) yaitu:
1. Test kompetensi, dengan SBP kompensasi
diberikan berdasarkan keterampilan, keahlian, yang tidak ada kaitannya dengan
jabatan, sehingga diperlukan sertifikasi bagi kompetensi keterampilan yang
dimiliki pegawai sebagai tuntutan untuk meningkatkan kompensasi.sementara
dengan JBP, kompensasi diberikan berdasarkan pada jabatan terlepas apakah
pegawai tersebut memiliki kompetensi atau tidak untuk meningkatkan pekerjaannya
secara efektif
2. Efek
dari perubahan jabatan, dengan SBP, untuk mendapatkan kenaikan upah, pegawai harus
menunjukkan kinerja melalui kecakapan dan keterampilan yang dimiliki nya
sebagai tuntutan atas jabatan baru yang di capai, baru kemudian pegawai
tersebut mengalami peningkatan dalam hal kompensasi,sementara dengan JBP,
kompensasi yang didapat akan berubah secara otomatis ketika seorang pegawai
beralih jabatan
3. Senioritas
dan faktor lain lain, dengan SBP, kompensasi diberikan berdasarkan keteramplan dan
keahlian. Sementara dengan JBP seringkali terikat pada ‘ masa dalam tingkatan’
atau senioritas, artinya semakin lama seorang pegawai bertugas,
maka semakin tinggi upah/gaji yang didapat terlepas apakah kinerjanya baik atau
tidak
4. Peluang promosi, dengan SBP, peluang untuk
meningkatkan kinerja perusahaan lebih besar, karena perusahaan memfokuskan pada
bagaimana membangun keterampilan pegawai, sehingga membantu memudahkan para
pegawai bergerak dari jabatan yang satu menuju jabatan yang lain berdasarkan
keterampilan yang dimiliki. Sedangkan JBP sebaliknya. Bersifat kaku, peluang
meningkatkan kinerja lebih sedikit karena selalu terikat pada posisi atau
jabatan tertentu sehingga kurang membuka peluang bagi kemajuan perusahaan.
Dalam menggaji salesnya IBM menggunakan
pendekatan kompensasi berdasarkan
keterampilan (Menurut Robbins (2001),
adalah sesuai dengan teori ERG (Existence, Relatedness and Growth
theory) dari Alderfer, sebab sistem pembayaran ini dapat mendorong pegawai
untuk belajar, meningkatkan keterampilannya dan memelihara keterampilannya. Hal
ini dapat diartikan, bahwa bagi pegawai yang ingin memenuhi kebutuhannya dengan
lebih baik, maka pemberian kompensasi berdasarkan keterampilan akan menjadi
pendorong baginya untuk lebih meningkatkan keterampilan, agar memperoleh
kompensasi yang lebih tinggi, sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi.
Dikaitkan
dengan teori kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement theory),
pemberian kompensasi berdasarkan keterampilan juga sesuai, sebab sistem
pembayaran kompensasi ini dapat akan mendorong pegawai untuk bekerja lebih
efisien, mau mempelajari keterampilan yang baru atau berusaha meningkatkan
keterampilannya, sehingga siap menghadapi tantangan baru. Hal ini cukup jelas,
sebab mempelajari keterampilan baru merupakan tantangan tersendiri bagi
seseorang yang ingin maju. Apabila tantangan ini dapat dilampaui, maka akan
timbul rasa bangga bagi yang bersangkutan, kebanggaan bukan hanya karena
prestasi yang meningkat, namun karena penghargaan yang diterima juga meningkat
dan memuaskan bagi dirinya.
Berdasarkan
kasus tersebut analisislah mengapa IBM Indonesia tetap menghadapi masalah turn
over karyawan mereka!
Jawab
:
Meskipun
memberi kebebasan kepada karyawannya untuk berkarya bahkan kompensasi berupa
kenyamanan kerja yang luar biasa namun di IBM Indonesia memiliki tingkat
turnover yang masih tinggi dan bahkan meningkat. Menurut analisa dari kelompok
kami bahwa turnover yang terjadi di perusahaan ini bukan merupakan suatu
masalah tetapi merupakan sebuah resiko dari perusahaan yang memperkerjaan
karyawan muda. Seperti yang kita ketahui bahwa generasi muda sangat dengan
mudah berkembang dan mereka juga masih mempunyai waktu yang panjang untuk
jenjang karier yang lebih baik.
Perusahaan IBM
Indonesia pun telah mengatakan bahwa pihaknya telah siap dengan kondisi
turnover seperti ini, perusahaan juga mengatakanbahwa fokusnya IBM bukan pada
angka turn over itu, tapi pada mereka yang memberikan kontribusi terbesar bagi
perusahaan lah yang dijaga. Menurut pandangan kelompok kami, perusahaan IBM
Indonesia ini memang membutuhkan karyawan yang mau dan mampu berkembang di
perusahaannya. Jadi mereka memperkerjakan karyawan muda yang mereka anggap
berkompeten dan juga perusahaan memberikan kebebasan serta tanggung jawab untuk
pekerjaan karyawan tersebut. Istilahnya terserah karyawan itu mau kerjanya
seperti apa, mau sambil cuti dan liburan atau sambil kuliah pun yang penting
hasil kerja karyawan membuahkan hasil yang maksimal untuk perusahaan.
Perusahaan hanya menerima hasil yang menghasilan profit bagi perusahaan dan
mereka dapat menilai karyawan mana yang benar-benar serius bekerja, berkompeten
dan mampu bertahan di IBM Indonesia.
Mungkin sistem kerja
seperti ini sama dengan yang diterapkan oleh Google, jadi perusahaan lebih
memilih mempertahankan karyawan yang memang berkompeten, berprestasi dan dapat
memberikan kontribusi yang besar kepada perusahaan tersebut daripada harus mempertahankan karyawan yang memang
tidak mampu berkontribusi pada perusahan dan akhirnya memilih untuk meninggalkan perusahan. Dengan penjelasan di
atas, mungkin kami dapat menawarkan suatu program untuk dapat menurunkan
tingkat turnover di perusahaan IBM Indonesia. Ada 2 alternatif program yang
akan kami tawarkan yaitu :
a. Program
Buy Back
Konsep dari Program Buy Back yang kami tawarkan
disini ada 2 alternatif. Pertama perusahaan membiarkan karyawan itu turnover
tetapi perusahaan juga masih menyediakan ruang untuk si karyawan jika masih
ingin kembali ke IBM. Jadi perusahaan memberikan penawaran kepada karyawan yang
ingin keluar yaitu berupa ketersediaan perusahaan untuk menerima dia kembali.
Dengan cara demikian maka karyawan yang mempunyai keinginan untuk keluar
tersebut akan merasa dihargai oleh perusahaan. Kedua, berupa konsekuensi i kepada
karyawan yang telah keluar dan mereka berkembang dengan baik di perusahaan lain
maka dari pihak IBM dapat menawar karyawan itu untuk dapat kembali bekerja di
IBM. Jadi perusahaan seolah-olah membiarkan karyawan itu untuk keluar tetapi di
sisi lain IBM tetap memantau perkembangan karyawan tersebut. Apabila karyawan
tersebut berkembang baik di luar maka dari pihak IBM berhak menawarnya kembali.
Dengan cacatan hal ini harus melalui kesepakatan kedua belah pihak agar tidak
timbul masalah antara keduanya kelak.
b.
Ikatan Alumni IBM
Dari pihak IBM dapat membentuk Ikatan Alumni bagi karyawan IBM yang
telah turnover. Seperti penerapan ikatan alumni lain bahwa tujuan dibentuk
ikatan ini adalah sebagai wadah untuk mantan karyawan IBM yang telah sukses di
luar sana dapat memberikan kontribusi untuk IBM yang notabene adalah mantan
perusahaan yang telah membantu untuk pengembangan kariernya dan juga telah
berjasa untuk pengembangan dirinya hingga sampai pada titik sukses saat ini.
Kontribusi alumni disini bermacam-macam, dapat berupa jasa untuk sekedar
sharing kepada karyawan IBM tentang pengalamannya dulu bekerja di IBM atau
dapat juga sebagai trainer untuk program pelatihan karyawan di IBM dan lain
sebagainya.
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem kompensasi yang diterapkan IBM merupakan kompensasi yang disesuaikand
dengan kebutuhan generasi Y yang memegang 23% posisi di jajaran manjerial.
Generasi Y yang notabene merupakan generasi muda memang cukup lemah dalam
komitmen dan loyalitas. Tetapi, dibandingkan dengan performa dan kompetensi
yang dimiliki generasi Y pada bidang teknologi, hal itu tidak menjadi masalah.
Mengapa demikian, ada beberapa perusahaan seperti IBM yang memang berorientasi
pada performa tinggi sistem kerja.
Maka, dapat kami simpulkan
metode yang diterapkan IBM tepat dengan lini bisnis yang ditekuni. Menggunakan
kompetensi berbasis kompetensi memang tepat karena sesuai dengan tujuan
perusahaan yang menginginkan performa tinggi. Variasi kompensasi yang dipadukan
dengan teori kebutuhan Herzberg menjadi sebuah kombinasi yang tepat. Memberikan
kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan tinggi menjadi salah satu
keunggulan kompetiitif yang dapat meningkatkan potensi dari generasi Y.
Meskipun mengahadapi masalah turnover
yang cukup besar. Memang itu resiko yang dipilih IBM Indonesia yang
menginginkan generasi kerja remaja. Maka, dengan solusi yang kami sarankan,
harapannya dapat meminimalisir angka
turnover atau minimal memperoleh benefit dari karyawan yang keluar dari IBM
Indonesia.
Saran
Pandangan Dessler yang condong
pada penerapan kompensasi berbasis kompetensi menjadi catatan tersendiri. Dalam
banyak hal diakui memang metode kompensasi demikian memiliki banyak manfaat.
Tetapi tetap saja, persyaratan-persyaratan penerapan metode kompensasi harus
dipenuhi terlebih dahulu. Maka saran dari kami, paduan metode kompensasi dan
penjagaan karyawan harus dibarengi dengan orientasi tujuan yang ditetapkan.
Dengan begitu, maka dengan metode kompensasi yang disebutkan di kasus
harapannya tidak memunculkan dampak seperti disorientasi tujuan dan lain-lain.
Daftar Pustaka
1. DESSLER, Gary. Human Resources
Management. Prentice
Hall , 2007.
2. JEHANZEB, Khawaja; RASHEED, Anwar; RASHEED, Mazen F. Organizational Commitment and Turnover Intentions: Impact of
Employee's Training in Private Sector
of Saudi Arabia. International Journal of Business and Management, 2013, 8.08
of Saudi Arabia. International Journal of Business and Management, 2013, 8.08
3. SACHAU, Daniel A. Organizational Commitment and Turnover Intentions: Impact of
Employee's Training in Private Sector. Human Resource Development Review, 2007, 6.04.
4. SUMAMPOUW, Christine L. Pengaruh kompensasi terhadap produktifitas kerja karyawan
pada pt. Bank tabungan pensiunan
nasional, tbk manado. unsrat.ac.id, 2013, 2.03.
5. UDECHUKWU, Ikwukananne I. Correctional Officer Turnover: Of Maslow's Needs Hierarchy and
Herzberg's Motivation Theory. Public Personnel Management, 2007, 38.02.
Situs Web
1. https://www.scribd.com/doc/216817695/Definisi-Turnover-Intentions diakses pada
14 Mar. 15 pukul 20.34
No comments:
Post a Comment