sekian bulan lamanya
blog ini terbengkalai
penuh dengan karat dan sarang laba-laba
rapuh, berdebu,
aku kembali
membersihkan
karena aku yang punya
problem?
yah, sepenggal roman karya Buya Hamka KW 5, alias ane, ane soalnya lagi dalam kondisi entah bisa disebut galau atau gimana ya, tapi, inilah, realita yang dihadapi sebahagian besar penduduk
gimana gak galau ya, orang akhirnya mulai hari ini insya Allah kita bakal memiliki presiden baru kok. yang mungkin hasilnya bisa dilihat setelah jam satu nanti, dan semoga presiden pilihan rakyat yang menang. hoho.
dan sedikit ane mau mengutip sejarah yang terjadi semalem. bagaimana piala dunia mampu membuat sebuah negara dan warganya solah kehilangan harga dirinya, dan membuat negara yang lain seolah menjadi raja dunia. ane memngucapkan bela sungkawa, atas pembantaian yang dialami Brazil dan mengucapkan selamat kepada Germany yang berhasil membantai Brazil 7-1. hehe
oke, itu aja intermezzonya gan, sekarang masuk ke inti acara, ane mau ngucapin salam, Assalamualaikum, selamat siang dan konichiwa buat para pembaca sekalian, yang greget dan keren-keren, semoga dimudahkan urusannya, terutama untuk urusan politik ya, terutama yang rajin bener ngebuka blog ane meskipun blog ane udah karataan banget. hehe, makasih banget buat kalian sekalian (backsound kitaro).
hehe, sebenarnya ini masih tulisan mentah, ane belum melakukan riset dan perenungan yang cukup mendalam, jadi ini bisa dibilang ya inilah opini ane menyikapi hal-hal terbaru yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sosial indonesia.
sederhananya begini guys, seperti yang udah ane cantum dan tulis di logika massa jilid 1, tentang bagaimana massa itu bergerak berdasarkan beberapa alasan yang bermacam-macam hingga massa yang bergerak tanpa logika dan berbasis pada fanatisme belaka, sehingga cenderung mengarah ke tindakan abnormal dan cenderung membahayakan.
nah disini ane akan membahas dan sedikit menyampaikan opini tentang peran seorang individu dalam kapasitasnya untuk mempengaruhi massa dalam hal ini massa pendukung terutama. seringkali asumsi seseorang untuk menjatuhkan pilihan untuk periode ini mengutamakan tentang siapa tokohnya, dengan jaminan dan asumsi seorang figur individu mampu untuk mengcover dan mengendalikan pemerintahan dan para pendukungnya. hingga ini menjadi argumen kuat bagi beberapa orang termasuk tokoh nasional yang membandingkan track record antar tokoh dan sama sekali tidak memedulikan track record para pendukung yang berdiri di belakang masing-masing tokoh yang akan mencari peruntungan dalam kancah perebutan kekuasaan dalam level apapun.
ane akan kupas argumen yang sejujurnya ane nggak setuju, satu persatu. pertama kembali kepada logika massa
massa emang bergerak berdasarkan leader yang berada dan memegang kendali atas massa. dan gerakan massa emang disetir berdasarkan aturan leader, akan tetapi akan muncul pertanyaan yang cukup logis, apakah massa yang berjumlah besar itu, hanya diatur oleh satu leader yang memang dipuja oleh massa? tentu tidak. bukan tidak mungkin jika kemudian sang leader mendelegasikan pengaturan massa kepada mereka yang berdiri di belakanganya, dan perbuatan massa bisa disetir berdasarkan cara pemimpin yang memperoleh mandat dari sang leader.
sederhananya, hal ini membuktikan bahwa kontrol leader dalam mengatur massa pendukungnya sendiri sudah sangat terbatas, bahkan jangankan kepada massa-nya kepada para pemimpin yang diberi mandat oleh leader saja yakin 100% tidak bisa maksimal. itulah mengapa, apabila kita sebagai massa atau calon penentu kebijakan tidak bisa jika hanya melihat kepada figur yang bersaing, perlu juga mempertimbangkan siapa-siapa yang berada di belakangnya.
itu argumen dengan melihat aspek massa dan pengendalian massa, aspek akar rumput yang sederhana.
kemudian kita bisa melihat kepada argumen kedua, mempersetankan, atau tidak mempedulikan bagaimana latar belakang track record para pendukung.
sederhananya begini, manusia pun nggak bisa hidup sendiri, lantas apakah logis jika seorang tokoh yang ingin menjadi seorang pemimpin bergerak sendiri tanpa adanya dukungan dari yang lain yang tentunya memiliki latar belakang yang bermacam-macam, karena manusia saja nggak bisa hidup sendiri lantas apakah pemimpin mampu hidup sendiri dan tidak terpengaruh oleh para pendukungnya?
silahkan renungkan. :) dan enjoy Quick Count, and hope the people choice president is the winner :v
indonesia bangkit dan hebat dalam kebaikan dan kejujuran.:D
Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam
Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta
blog ini terbengkalai
penuh dengan karat dan sarang laba-laba
rapuh, berdebu,
aku kembali
membersihkan
karena aku yang punya
problem?
yah, sepenggal roman karya Buya Hamka KW 5, alias ane, ane soalnya lagi dalam kondisi entah bisa disebut galau atau gimana ya, tapi, inilah, realita yang dihadapi sebahagian besar penduduk
gimana gak galau ya, orang akhirnya mulai hari ini insya Allah kita bakal memiliki presiden baru kok. yang mungkin hasilnya bisa dilihat setelah jam satu nanti, dan semoga presiden pilihan rakyat yang menang. hoho.
dan sedikit ane mau mengutip sejarah yang terjadi semalem. bagaimana piala dunia mampu membuat sebuah negara dan warganya solah kehilangan harga dirinya, dan membuat negara yang lain seolah menjadi raja dunia. ane memngucapkan bela sungkawa, atas pembantaian yang dialami Brazil dan mengucapkan selamat kepada Germany yang berhasil membantai Brazil 7-1. hehe
oke, itu aja intermezzonya gan, sekarang masuk ke inti acara, ane mau ngucapin salam, Assalamualaikum, selamat siang dan konichiwa buat para pembaca sekalian, yang greget dan keren-keren, semoga dimudahkan urusannya, terutama untuk urusan politik ya, terutama yang rajin bener ngebuka blog ane meskipun blog ane udah karataan banget. hehe, makasih banget buat kalian sekalian (backsound kitaro).
hehe, sebenarnya ini masih tulisan mentah, ane belum melakukan riset dan perenungan yang cukup mendalam, jadi ini bisa dibilang ya inilah opini ane menyikapi hal-hal terbaru yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sosial indonesia.
sederhananya begini guys, seperti yang udah ane cantum dan tulis di logika massa jilid 1, tentang bagaimana massa itu bergerak berdasarkan beberapa alasan yang bermacam-macam hingga massa yang bergerak tanpa logika dan berbasis pada fanatisme belaka, sehingga cenderung mengarah ke tindakan abnormal dan cenderung membahayakan.
nah disini ane akan membahas dan sedikit menyampaikan opini tentang peran seorang individu dalam kapasitasnya untuk mempengaruhi massa dalam hal ini massa pendukung terutama. seringkali asumsi seseorang untuk menjatuhkan pilihan untuk periode ini mengutamakan tentang siapa tokohnya, dengan jaminan dan asumsi seorang figur individu mampu untuk mengcover dan mengendalikan pemerintahan dan para pendukungnya. hingga ini menjadi argumen kuat bagi beberapa orang termasuk tokoh nasional yang membandingkan track record antar tokoh dan sama sekali tidak memedulikan track record para pendukung yang berdiri di belakang masing-masing tokoh yang akan mencari peruntungan dalam kancah perebutan kekuasaan dalam level apapun.
ane akan kupas argumen yang sejujurnya ane nggak setuju, satu persatu. pertama kembali kepada logika massa
massa emang bergerak berdasarkan leader yang berada dan memegang kendali atas massa. dan gerakan massa emang disetir berdasarkan aturan leader, akan tetapi akan muncul pertanyaan yang cukup logis, apakah massa yang berjumlah besar itu, hanya diatur oleh satu leader yang memang dipuja oleh massa? tentu tidak. bukan tidak mungkin jika kemudian sang leader mendelegasikan pengaturan massa kepada mereka yang berdiri di belakanganya, dan perbuatan massa bisa disetir berdasarkan cara pemimpin yang memperoleh mandat dari sang leader.
sederhananya, hal ini membuktikan bahwa kontrol leader dalam mengatur massa pendukungnya sendiri sudah sangat terbatas, bahkan jangankan kepada massa-nya kepada para pemimpin yang diberi mandat oleh leader saja yakin 100% tidak bisa maksimal. itulah mengapa, apabila kita sebagai massa atau calon penentu kebijakan tidak bisa jika hanya melihat kepada figur yang bersaing, perlu juga mempertimbangkan siapa-siapa yang berada di belakangnya.
itu argumen dengan melihat aspek massa dan pengendalian massa, aspek akar rumput yang sederhana.
kemudian kita bisa melihat kepada argumen kedua, mempersetankan, atau tidak mempedulikan bagaimana latar belakang track record para pendukung.
sederhananya begini, manusia pun nggak bisa hidup sendiri, lantas apakah logis jika seorang tokoh yang ingin menjadi seorang pemimpin bergerak sendiri tanpa adanya dukungan dari yang lain yang tentunya memiliki latar belakang yang bermacam-macam, karena manusia saja nggak bisa hidup sendiri lantas apakah pemimpin mampu hidup sendiri dan tidak terpengaruh oleh para pendukungnya?
silahkan renungkan. :) dan enjoy Quick Count, and hope the people choice president is the winner :v
indonesia bangkit dan hebat dalam kebaikan dan kejujuran.:D
Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam
Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta
No comments:
Post a Comment