"besar ada ketika yang kecil ada. tidak akan ada besar lagi ketika yang kecil hilang"
Anonim
seorang raksasa disebut besar karena ada manusia yang lebih kecil di sekitarnya, seorang monster, apapun bentuknya, terlihat jumbo dan menakutkan jika dan hanya jika ada sesuatu yang terlihat lebih kecil darnia, dan sesuatu yang kecil itu bersifat agregate, bahkan kalau diterjemahkan dalam aspek realistis, orang disebut pintar jika ada yang dianggap bodoh dan sebagainya.
Assalamualaikum, Ohaiyoo minna. genki desu ka? sebenanrnya ane udah lama banget nggak ngeliat anime, padahal yah, salah satu sarana ane buat belajar lewat anime itu, terutama belajar nilai-nilai kehidupan, belajar bahasa, terutama jepang dan inggris, bahkan yang lebih mundur lagi, sudah hampir sebulan ane nggak menciptakan anime dan manga baru. bukan salah ane juga, tapi yah, memang, sekarang kehidupan ane banyak disita sama orang, bahkan buat berkarya juga susah loh. tapi ya apa boleh buat, begitulah hidup, dan ketika sampai pada level tertentu, kita akan merasa puas ketika bermanfaat bagi orang lain. *hahaha, ketawa miris
okeh, ini judul post nya ane mabil dari salah satu dalil hukum, dan bahasan kedepan akan mengarah pada kehidupan kampus, sebuah kehidupan dimana superioritas dan power besar dalam hidup bisa diperoleh dan dikembangkan. dulu sebelum ane jadi mahasiswa semester genap, atau boleh dibilang masih maru, perasaan minder, kaku, merasa tak acuh, dan mental inlander masih sangat kentara. seolah ketika bertemu dengan kakak tingkat yang berada pada level lebih tinggi. merasa bertemu dengan seorang dewa yang nyungsep ke langit.
padahal dalam hukum jelas disebutkan, bahwa yang superior akan dapat mengalahkan yang inferior, bahkan lebih unggul dalam segala aspek. bukan disebutkan yang lebih tua akan mengalahkan yang lebih muda. jadi seorang yang masih muda pun bisa menjadi seorang yang superior dan memiliki impact effect yang besar bagi linkungan di sekitarnya.
maka, siapapun kalian, semuada apapun kalian, boleh kok menjadi seorang yang superior dan berdampak besar bagi lingkungan, bahkan malah santa dianjurkan, karena kehidupan akan lebih mudah dijalani ketika kia dianggap penting dalam suatu masyarakat. yang jadi masalah, adalah ketika superioritas yang kita miliki tidak bersifat wide dan cenderung tidak berimbang antara salah satu aspek dengan aspek yang lain, misal sederhana dalam dunia kampus. dalam kehidupana organisasional, seorang aktivis adalah singa, sedangkan seorang aktivis di dunia akademisi, seolah hanya menjadi kucing yang ngga ada harganya. paham?
dalam dunia kampus, yang pilihan kehidupan macam apa yang ingin dijalani tersedia dengan sangat variatif dan bermacam-macam, kesalahan dalam memilih dapat menimbulkan dampak bagi masa depan setelah seleseai menempuh dunia kuliah. menjadi seorang aktifis dan superior disana merupakan suatu keharusan, tetapi menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi, kokoh di bidang akademik, adalah suatu kewajiban. pahamkah?
yang ane maksudkan disini, adalah apapun anda, aktif dimanapun anda, jangan sampai wawasan ilmiah dan kemampuan akademik anda terbengkalai, karena muatan akademik lebih wajib bagi seorang mahasiswa daripada muatan aktualisasi diri yang terdapat dalam kegiatan organisasional, dan lebih sedih, ketika seorang aktifis apapun itu, cenderung abai dan melupakan kewajiban superiorisme dirinya di bidang akademik.
lebih panjang lagi apabila dirunut masalah ini, seorang aktifis dalam dunia perkuliahan seharusnya akan lebih indah dan lebih mulia ketika menjadi seorang pribadi yang prestatif dan berwawasan luas dalam wacana keilmiahan. apabila dibandingkan dengan superioritasnya di sisi organisasional. kemampuan dalam menelaah program studi yang dia tempuh, seharusnya lebih mampu dikuasai ketimbang kemampuan mengorganisasi acara, dan kemampuan mengambil informasi yang ada kaitannya dengan disiplin ilmu yang tengah ditempuh harus lebih baik daripada kemampuan mengambil informasi yang berkaitan dengan suksesi acara.
yang ane maksud, boleh anda menjadi aktifis, bahkan diharuskan dan memang benar harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasional, tetapi, apabila sisi akademik seorang aktifis diminta untuk dipenuhi jatahnya, maka penuhilah. penuhilah dengan se optimal mungkin. karena di bidang akademis itulah kewajiban anda diutamakan dan benar diharuskan.
jadi aktifis cerdas? siapa takut?
Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam, Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta
No comments:
Post a Comment